BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
PBM (Proses Belajar Mengajar) banyak sekali masalah yang timbul, baik
dari siswa maupun guru. Masalah yang berhubungan dengan PBM (Proses Belajar
Mengajar) dan hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan harapan atau hal-hal
yang berkaitan dengan perilaku mengajar guru maupun perilaku siswa.
Siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran merupakan sasaran utama program
pengajaran. Bagi guru merupakan kepuasan dan kebanggan tersendiri apabila
berhasil dalam pembelajaran. Namun, apabila yang terjadi sebaliknya, maka guru
dituntut untuk melakukan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan
kelas.
Menurut data yang dikumpulkan penulis dalam pembelajaran Matematika
tentang perkalian sebagai berikut :
- SDN. Sukorejo 25 siswa yang berhasil 11 siswa.
- SDN. Gurah I 23 siswa yang berhasil 9 siswa.
- SDN. Gurah II 20 siswa yang berhasil 8 siswa.
Penulis berdasarkan data di atas merenungkan apa penyebab permasalahan
tersebut dan pada akirnya penulis berdiskusi dengan teman sejawat sehingga
penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian tindakan kelas.
A.
Tujuan
Penelitian
Penulis melaksanakan perbaikan pembelajaran dari data nilai yang masih di
bawah ketuntasan melalui penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk
meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran matematika tentang
perkalian.
Laporan pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini bertujuan juga untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PGSD A412) pada
program S-1 PGSD.
B.
Proses
Penulisan Laporan
Penulis menyusun laporan ini berdasarkan analisa hasil ulangan matematika
siswa yang masih di bawah nilai tuntas, kemudian catatan yang dibuat ketika
merancang kegiatan perbaikan, serta selama pelaksanaan dan diskusi pelaksanaan
perbaikan pembelajaran yang dilakukan dalam 2 siklus PTK. Berdasarkan rangkaian
kegiatan-kegiatan di atas akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan
laporan ini.
C.
Gambaran
Umum Isi Laporan
Penulis secara garis besar menerangkan bahwa pembelajaran matematika
memuat 5 bagian yang saling berkaitan, yaitu bab pendahuluan, bab perencanaan
perbaikan, bab pelaksanaan perbaikan, bab temuan hasil yang diperoleh, bab
penutup yang berisi kesimpulan, saran, dan tindak lanjut serta dilengkapi
dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Matematika Sekolah Dasar
Pelajaran matematika di sekolah dasar pada kenyataannya di beri waktu
yang cukup banyak dibandingkan mata pelajaran lain, namun demikian prestasi
belajar matematika para siswa masih belum memuaskan. Siswa maupun masyarakat
umum masih merasa bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dan
menakutkan. Hal tersebut mungkin dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya
obyek matematika itu sendiri yang berbeda dengan mata pelajaran lain yaitu
bersifat abstrak. Misalnya tentang konsep bilangan merupakan konsep abstrak,
pada kenyataannya siswa hanya dapat menuliskan lambang bilangan tersebut tetapi
siswa tidak dapat menunjukkan bilangan itu apa.
Ruseffendi (1979) menyatakan bahwa siswa pada tahap operasi konkret untuk
memahami konsep abstrak memerlukan benda-benda konkret sebagai perantaranya.
Sedangkan untuk menyajikan konsep abstrak itu dicapai melalui tingkat-tingkat
belajar yang berbeda-beda. Beljar siswa akan meningkat bila ada motivasi,
karena itu dalam pengajaran diperlukan faktor-faktor yang dapat memotivasi
siswa belajar. Sehingga guru dituntut agar dapat menimbulkan minat dan suasana
yang menyenangkan antara lain dengan lengkapnya alat peraga/media yang mudah di
dapat di lingkungan sekitar.
A. Media/Model Peraga
Kata media berasal dari kata latin medius yang secara harfiah berarti
“tengah” atau mengantar. Menurut Gerlach dan Ely dalam Arsyad (2013: 3)
“mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia,
materi atau kegiatan yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan atau sikap. Sedangkan Gagne dan Briggs dalam Arsyad
(2013: 6) secara implicit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat
yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang
terdiri dari buku, tape recorder, kaset, video camera, film, slide (gambar
bingkai), foto, gambar, grafik, televise, dan computer.
Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik
yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang
siswa untuk belajar.
B. Ciri-ciri Media Pendidikan
Gerlach dan Ely dalam Arsyad (2013: 12) mengemukakan tiga ciri media yang
mekrupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat
dilakukan oleh media yg mungkin guru tidak mampu (kurang efisien) melakukannya.
a.
Ciri fiksatif (Fixative property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan
dan merekonstruksi suatu peristiwa atau obyek.
b.
Cara manipulatif (Manipulative property)
Transformasi suatu kejadian atau obyek dimungkinkan karena media memiliki
ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan
kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik penmgambilan gambar
time tape recording.
c.
Ciri distributif (Distributive property)
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu obyek atau kejadian
ditransportasikan melalui ruang secara bersamaan kejadian tersebut disajikan
kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif yang sama mengenai
kejadian.
Dari semua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa media adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk mengulur pesan yang dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar pada diri siswa.
A. Kegunaan Media
Secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut
(menurut Arief Sadiman, 1990: 16) :
1.
Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat
verbalistis (dalam bentuk lisan belaka).
2.
Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.
3.
Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan
bervariasi dapat mengurangi sikap pasif anak didik.
Dalam hal ini
media pendidikan berguna untu :
a.
Menimbulkan kegairahan belajar.
b.
Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak
didik dengan lingkungan dan kenyataan.
c.
Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut
kemampuan dan minatnya.
PERENCANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
PKN
A.
Identifikasi
Masalah
Penulis di dalam melaksanakan pembelajaran matematika
kelas IV tentang perkalian menggunakan dan mengembangkan banyak metode dan
strategi pembelajaran yang ditujukan agar mampu mencapai hasil yang memuaskan
atau sesuai dengan tujuan pembelajaran. Namun, selama pembelajaran berlangsung,
siswa jarang mengajukan pertanyaan dan terkesan bingung. Penulis mengadakan
ulangan sebagai proses tindak lanjut pada materi perkalian, tetapi hasilnya
tidak sesuai yang diharapkan. Dari 25 siswa di kelas IV hanya 11 siswa yang
mencapai nilai tuntas.
Penulis berdiskusi dengan teman sejawat yang bernama
Fitri Wardatul Hamdah guru SDN Kepung V Kediri. Terungkaplah beberapa masalah
yang terjadi sebagai berikut :
- Rendahnya penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.
- Siswa kurang aktif mengikuti pembelajaran.
B.
Analisis dan
Perumusan Masalah
Penulis melalui refleksi diri dan diskusi dengan teman sejawat dan
bimbingan supervisor diketahui bahwa faktor penyebab siswa kurang menguasai
materi adalah sebagai berikut :
1. Guru
di dalam menjelaskan materi tertalu cepat.
2. Guru
tidak menggunakan media nyata, sehingga pemahaman anak abstrak.
3. Kurangnya
contoh dan latihan.
Guru tidak melakukan demonstrasi yang
melibatkan siswa, sehingga pembelajaran tidak menyenangkan.
Penulis merumuskan fokus perbaikan pembelajaran adalah “Bagaimana cara
meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran melalui penggunaan
contoh dan latihan”.
A.
Rencana
Perbaikan Pembelajaran
Penulis melakukan analisis hasil tentang pembelajaran yang sudah
dilaksanakannya dan ternyata penulis merasa belum puas karena hasilnya kurang
memenuhi harapan.
Penulis pada akhirnya merencanakan perbaikan pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar.
Langkah-langkah
yang direncanakan dalam perbaikan ini adalah
1. Menjelaskan
secara runtut dan jelas.
2. Memperbanyak
contoh dan latihan di dalam pembelajaran.
3. Mengadakan
demonstrasi dengan alat peraga.
Prosedur perbaikan pembelajaran yang dilakukan dengan rencana
pembelajaran 2 siklus.
Rencana
perbaikan pembelajaran siklus I
- Kompetensi Dasar
Siswa mampu
melakukan dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan
masalah.
- Hasil Belajar
Siswa
menunjukkan kemampuannya untuk menggunakan operasi perkalian dalam pemecahan
masalah.
- Indikator
Siswa dapat
menyelesaikan berbagai permasalahan di dalam perkalian bersusun secara benar.
- Tujuan Perbaikan
§ Siswa
dapat membedakan bentuk perkalian bersusun panjang dengan bersusun pendek.
§ Siswa
dapat menuliskan bentuk perkalian bersusun secara tepat..
- Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan
awal (10 menit)
a. Guru
melakukan tanya jawab sekilas tentang perkalian sederhana dengan teknik 1 x
menyimpan.
Pertanyaan yang
diajukan
1) Permasalahan
yang berkaitan dengan perkalian sederhana.
2) Permasalahan
yang berkaitan dengan perkalian dengan teknik 1 x menyimpan.
b. Menyampaikan
tujuan pembelajaran.
Mencari
penyelesaian permasalahan perkalian bersusun panjang dan bersusun pendek yang
melibatkan operasi hitung bilangan.
1. Kegiatan
inti (50 menit)
a. Siswa
membentuk kelompok minimal 5 siswa (5 menit).
b. Guru
membagikan lembar soal untuk dikerjakan dan didiskusikan secara berkelompok.
Bentuk soal
sebagai berikut.
1. Kerjakan
soal di bawah ini dengan cara perkalian sederhana 1x menyimpan!
1. 14
x 5 = …..
2. 33
x 4 = …..
3. 25
x 3 = …..
4. 16
x 8 = …..
5. 17
x 3 = …..
2. Kerjakan
soal di bawah ini dengan perkalian bersusun dengan teknik 1x menyimpan.
a. Guru
menanggapi hasil pekerjaan kelompok dan mendiskusikannya bersama-sama siswa.
2.
Kegiatan akhir (10 menit)
a.
Siswa mengumpulkan hasil kerja kelompoknya.
b.
Siswa bersama-sama guru menyimpulkan model perkalian
yang paling mudah diterima oleh siswa.
c.
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk menghafalkan
perkalian.
- Sarana dan Sumber Belajar
1.
Model perkalian bersusun.
2.
Buku Terampil Matematika IV
3.
Buku Fokus Matematika IV
- Metode
Demonstrasi,
diskusi, tugas, tanya jawab
Pembelajaran pada siklus I ini dilaksanakan bersama oleh teman sejawat
yang bertujuan untuk mengobservasi pembelajaran. Berdasarkan hasil diskusi dan
tukar pendapat dengan teman sejawat akhirnya ditemukan masalah baru dan jalan
pemecahan untuk dilaksanakannya pada siklus ke II
Rencana
perbaikan pembelajaran siklus II sebagai berikut.
A. Langkah Pembelajaran
1.
Kegiatan awal (10 menit)
- Guru melakukan tanya jawab tentang perkalian dengan model bersusun panjang dan pendek.
Pertanyaan yang
diajukan antara lain.
1)
Permasalahan yang berkaitan dengan perkalian bersusun
pendek.
2)
Persamalahan yang berkaitan dengan perkalian bersusun
panjang.
- Menyampaikan tujuan pembelajaran.
Mencari
penyelesaian permasalahan perkalian bersusun panjang dan bersusun pendek yang
melibatkan operasi hitung bilangan.
1.
Kegiatan inti (45 menit)
a.
Guru membagikan soal dalam bentuk esay kepada setiap
kelompok yang sudah dibentuk (5 menit).
b.
Guru meminta menuliskan model perkalian bersusun serta
mendiskusikan dalam kelompok masing-masing.
Bentuk soal
sebagai berikut (40 menit).
Kerjakan dengan cara bersusun pendek
1.
Kegiatan inti (45 menit)
a.
Guru membagikan soal dalam bentuk esay kepada setiap
kelompok yang sudah dibentuk (5 menit).
b.
Guru meminta menuliskan model perkalian bersusun serta
mendiskusikan dalam kelompok masing-masing.
Bentuk soal
sebagai berikut (40 menit).
Kerjakan dengan cara
bersusun pendek
a.
Guru menanggapi dan mendiskusikan hasil pekerjaan
kelompok.
1.
Kegiatan akhir (15 menit)
a. Siswa
dan guru membuat kesimpulan tentang bagaimana menyelesaikan perkalian bersusun
yang paling tepat.
b. Tindak
lanjut penilaian akhir.
A. Metode
Demonstrasi,
diskusi, tugas, tanya jawab
Perbaikan pembelajaran pada siklus II ini diharapkan bisa mengetahui
masalah pada siklus I dan adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa.
No comments:
Post a Comment