Garam adalah pengawet pertama untuk makanan, yang memungkinkan manusia bisa melakukan perjalanan dan perdagangan jauh. Garam juga merupakan alat pertama pembayaran. Istilah "salary" atau "gaji" berasal dari bahasa Romawi "salarium," ketika itu para tentara dibayar ( sebagiannya) dengan garam (salt).
Kita beruntung karena lebih dari 70 persen permukaan bumi berupa air. Dari 70% itu 97 persennya mengandung garam, sedangkan sisanya air tawar 3 %.
Untuk itu harus terlebih dahulu mengumpulkan air laut di kolam, tambak, danau atau penampung (reservoir) khusus lainnya. Ini agar air yang sudah dikumpulkan tidak terganggu oleh pasang air laut.
Reservoir dapat berupa buatan manusia maupun ciptaan alam, seperti kolam, tambak, waduk atau danau. Tapi tanah yang pori-porinya halus akan lebih baik karena memiliki dasar yang dapat mencegah air laut serta kandungan mineralnya agar tidak banyak meresap ke dalam tanah.
Berikutnya, hamparan air laut dijemur oleh panas matahari sampai warna air berubah merah. Dalam skala luas, lebih murah menggunakan penguapan matahari untuk membuat garam. Tentu dibutuhkan cuaca yang panas, karena di musim hujan prosesnya akan sulit. Untuk skala kecil, bisa saja menggunakan tungku dan panci.
Berikutnya, mengeringkan air garam. Beberapa pembuat garam mengetahui sudah waktunya untuk menguras air garam ketika air berubah menjadi merah. Warna merah berasal dari alga yang berubah warna akibat konsentrasi garam yang semakin tinggi.
Berikutnya pengurasan air garam ke kolam kristalisasi atau tempat pengasinan. Di sinilah natrium klorida - garam - akhirnya mengkristal di dasar kolam.
Setelah garam mengkristal di bagian bawah reservoir, garam lalu dipanen/dikumpulkan dengan alat garuk. Garam kristal ini masih harus diproses agar bersih dan bisa dipakai, dikemas kemudian dipasarkan.
Proses Tradisional
Secara umum, proses pembuatan garam dapur adalah dengan mengumpulkan air laut ke suatu tempat seperti tambak di tepi pantai. Lalu, dengan bantuan sinar matahari, air laut itu akan diuapkan hingga kristal NaCl-nya tertinggal di tambak. Lalu, oleh para petani garam, kristal tersebut akan dikumpulkan, dicuci ulang agar bersih, lalu dijemur kembali.
Pada garam dapur yang butirannya kecil, proses pencuciannya, atau pemurnian setelah dikumpulkan dari laut, terjadi berulang kali hingga kotorannya benar-benar hilang. Beda dengan garam yang digunakan untuk industri lain, biasanya masih berupa garam krosok yang butirannya besar.
No comments:
Post a Comment