BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Trayu 01 Jalan
Boja-
Kaliwungu Km. 5 Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal.
B. Subyek Penelitian
Subyek dari penelitian tindakan kelas ini adalah siswa
kelas II SD
Trayu 01 yang berjumlah 35 siswa, yang terdiri atas 15
siswa perempuan dan
20 siswa laki-laki, dan peneliti.
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian tindakan kelas ini adalah hasil belajar
siswa kelas
II Sekolah Dasar Trayu 01 pada pokok bahasan penjumlahan
dan pengurangan
bilangan cacah.
D. Rencana Tindakan
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam dua
siklus,
masing-masing dua kali pertemuan dalam setiap siklus.
Konsep pokok
penelitian tindakan menurut Kurt Lewin (dalam
Dekdikbud,1999) terdapat
empat tahap rencana tindakan, meliputi: perencanaan (planning),
tindakan
(acting), pengamatan (observing), dan
refleksi (reflecting). Rincian prosedur
tindakan adalah sebagai berikut.
Siklus I
Secara terperinci prosedur penelitian tindakan kelas untuk
siklus
pertama diuraikan sebagai berikut.
1. Perencanaan
Kegiatan dalam tahap ini meliputi hal-hal berikut :
a. Merancang rencana pembelajaran siklus I (RP 01) pokok
bahasan
penjumlahan bilangan cacah.
b. Membuat Lembar Kerja Siswa, Lembar Evaluasi Permainan
dan
Lembar Tugas Kelompok.
c. Menyiapkan kartu bridge.
d. Membuat lembar observasi guru dan lembar aktivitas
siswa.
e. Membentuk kelompok.
f. Menyusun alat evaluasi tes siklus I.
2. Pelaksanaan
Rencana pembelajaran yang dirancang pada tahap perencanaan
dilaksanakan sepenuhnya pada tahap ini. Secara garis besar
kegiatannya
mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Membuka pelajaran.
b. Guru memberikan apersepsi.
c. Guru melakukan tanya-jawab tentang menuliskan bilangan
dua angka
dalam bentuk panjang.
d. Guru melakukan tanya-jawab tentang menjumlahkan dua
bilangan
tanpa menyimpan.
e. Guru memperagakan permainan dengan menggunakan kartu
bridge.
f. Guru menyuruh siswa melakukan permainan kartu bridge
berpedoman
pada Lembar Kerja Siswa (setiap siswa bermain selama 10
menit).
g. Guru memberikan reward kepada kelompok yang mendapat
nilai
paling banyak berdasarkan lembar evaluasi permainan.
h. Guru mengumpulkan kembali kartu bridge.
i. Guru melakukan tanya-jawab tentang bagaimana memecahkan
soal
cerita yang mengandung penjumlahan.
j. Guru memberikan soal latihan.
k. Guru bersama siswa membahas soal latihan.
l. Siswa dibantu membuat kesimpulan.
m. Melaksanakan tes siklus I
n. Menutup pelajaran
3. Pengamatan
Dalam tahap ini dilakukan pengamatan atau perhatian oleh
guru
secara partisipasif tentang jalannya proses pembelajaran.
4. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh maka diadakan
refleksi dari tindakan yang telah dilakukan sehingga
peneliti dapat
merefleksikan diri tentang berhasil tidaknya apa yang telah
dilakukan
dalam siklus I. Hasil dari siklus I digunakan untuk
menentukan tindakan
pada siklus II.
Siklus II
Secara terperinci prosedur penelitian tindakan kelas untuk
siklus II
diuraikan sebagai berikut:
1. Perencanaan
Berdasarkan refleksi siklus I baik yang berkaitan dengan
guru,
siswa ataupun perangkat, maka diadakan perencanaan ulang
terutama
mengidentifikasi masalah. Masalah pokok yang dihadapi
dikaji dalam
refleksi I, kemudian dievaluasi untuk mendapatkan informasi
pada bagian
yang menjadi kelemahan sehingga pada siklus II dapat
direncanakan
yang lebih baik lagi. Dalam siklus II pokok bahasan yang
diajarkan
adalah pengurangan bilangan cacah.
a. Merancang rencana pembelajaran siklus II (RP 02) pokok
bahasan
pengurangan bilangan cacah.
b. Membuat Lembar Kerja Siswa, Lembar Evaluasi Permainan
dan
Lembar Tugas Kelompok.
c. Menyiapkan kartu bridge.
d. Membentuk kelompok.
e. Menyusun alat evaluasi tes siklus II.
2. Pelaksanaan
Setelah perencanaan ulang diambil, pelaksanaan dilaksanakan
pada siklus II. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada
pelaksanaan
tindakan ini, sama dengan tindakan pada siklus I. Secara
garis besar
kegiatannya mencakup hal-hal sebagai berikut.
a. Membuka pelajaran.
b. Guru memberikan apersepsi.
c. Guru melakukan tanya-jawab tentang menuliskan bilangan
dua
angka dalam bentuk panjang.
f. Guru melakukan tanya-jawab tentang mengurangkan dua
bilangan
tanpa meminjam.
g. Guru memperagakan permainan dengan menggunakan kartu
bridge.
h. Guru menyuruh siswa melakukan permainan kartu bridge
berpedoman pada Lembar Kerja Siswa (setiap siswa bermain
selama
10 menit).
i. Guru memberikan reward kepada kelompok yang
mendapat nilai
paling banyak berdasarkan lembar evaluasi permainan.
j. Guru mengumpulkan kembali kartu bridge.
k. Guru melakukan tanya-jawab tentang bagaimana memecahkan
soal
cerita yang mengandung pengurangan.
l. Guru memberikan soal latihan.
m. Guru bersama siswa membahas soal latihan.
n. Siswa dibantu membuat kesimpulan.
o. Melaksanakan tes siklus II.
p. Menutup pelajaran.
3. Pengamatan
Selama pembelajaran berlangsung, peneliti diamati oleh guru
pengamat dengan menggunakan lembar observasi. Adapun poin
untuk
lembar pengamatan guru menyangkut tentang hal-hal yang
berkenaan
dengan proses pembelajaran di kelas. Selain itu peneliti
sendiri juga
melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa selama
pembelajaran guna
mengetahui keaktifan siswa. Pengamatan terhadap siswa ini
juga
dilakukan berdasarkan lembar observasi .
4. Refleksi
Peneliti bersama pengamat menganalisa semua tindakan kelas
pada siklus II sebagaimana yang telah dilakukan pada siklus
I. Selanjutnya
peneliti mengadakan refleksi apakah melalui permainan kartu
bridge dapat
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa Sekolah
Dasar Trayu I
kecamatan Singorojo kabupaten Kendal tahun pelajaran
2006/2007 pokok
bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah.
E. Indikator Keberhasilan
Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila:
1. Hasil belajar matematika siswa SD 01 Trayu kecamatan
Singorojo
kabupaten Kendal pada pokok bahasan penjumlahan dan
pengurangan
bilangan cacah nilai rata-ratanya ≥ 6,50 dan ketuntasan kelas ( banyaknya
siswa yang mendapat nilai ≥ 6,50) sekurang-kurangnya 85 % dari jumlah
siswa (Mulyasa, 2003: 99).
2. Berdasarkan lembar pengamatan siswa maka keaktifan siswa
meningkat.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus I
1. Hasil Penelitian Siklus I
Dari pelaksanaan siklus I, diperoleh berbagai data yaitu
data hasil
belajar siswa, data hasil observasi kinerja guru, dan data
hasil observasi
aktivitas siswa da hasil permainan kartu bridge.
a. Hasil Belajar Siswa
Setelah dilakukan analisis data hasil tes siklus 1 dengan
pokok
bahasan penjumlahan diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar
7, 94, siswa
yang tuntas sebanyak 24 anak (68,57%), siswa yang tidak
tuntas
sebanyak 11 anak (31,43%) dengan nilai tertinggi 10 dan
nilai terendah 2
(Lampiran 9). Hasil dari tes akhir sikus I, perinciaannya
dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Tabel Hasil Tes Siklus I
Nilai Jumlah Siswa
10
9
8
6
5
4
3
2
13
8
3
5
2
1
2
1
37
Berdasarkan data keseluruhan hasil belajar siklus I
tersebut dapat
dibuat grafik sebagai berikut.
Grafik 4.2 Hasil Siklus I
Grafik Hasil I
7.94
24
11 10
2
0
5
10
15
20
25
30
Siklus I
Frekuensi dan Nilai
Nilai Rata-rata
Siswa Tuntas
Siswa Tidak
Tuntas
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
b. Hasil Observasi Kinerja Guru
Pengamatan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran
pada
siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:
No Indikator Penilaian Arti
1 Baik Guru mampu mengkondisikan kelas
Baik Guru memunculkan motivasi /
keingintahuan siswa tentang materi
yang akan dipelajari
Baik Memberi gambaran tentang materi yang
akan dipelajari
Baik Memberi apersepsi
1
Baik Mengatur waktu untuk membuka
38
pelajaran
6 Baik Membentuk kelompok
7 Baik Mengkondisikan siswa agar siap
dengan alat peraga dan saran yang lain
8 Baik Memberikan contoh permainan dengan
tepat
9 Baik Mendampingi / membantu siswa saat
permainan sedang berlangsung
10 Baik Menjawab pertanyaan siswa dengan
tepat
11 Baik Memberikan penguatan pada siswa
yang berhasil
2
12 Sangat
Baik
Melakukan tanya jawab dengan siswa
dalam memecahkan soal cerita yang
mengandung penjumlahan
13 Baik Membuat kesimpulan 3
14 Sangat
Baik
Melaksanakan evaluasi
Dari hasil diatas diperoleh skor akhir kemampuan guru dalam
pengelolaan pembelajaran sebesar 80,57, yang termasuk dalam
kriteria
baik dengan skor terendah 75 dan skor tertinggi 90
(Lampiran 13).
c. Hasil Observasi Aktivitas Siswa
39
Pengamatan aktivitas siswa pada siklus I dapat dilihat pada
tabel berikut:
No Nilai /
Presentase
Arti
1 4
100 %
Seluruh siswa telah duduk pada kelompok
masing-masing
2 4
100%
Seluruh siswa telah siap dengan kartu bridge
dan sarana yang lain
3 3
74,29 %
siswa tenang pada waktu guru menjelaskan
sementara yang lain asyik bermain sendiri
4 3
57,14 %
Hanya sebagian siswa yang aktif bertanya
5 3
68,57 %
siswa menjawab pertanyaan guru ( termasuk
angkat tangan saat guru bertanya)
6 3
71,43 %
siswa sudah menguasai permainan
7 2
42,86 %
siswa yang mampu menyelesaikan permainan
tepat pada waktu yang telah ditentukan.
8 3
54,29 %
Hanya sebagian siswa yang tidak sedang
bermain mau untuk memperhatikan dengan
seksama permainan yang sedang berlangsung
9 4
77,14%
Siswa sudah aktif dalam melaksanakan tugas
kelompok.
10 3
74,29%
Siswa dapt bekerjasama dan berhubungan
dengan siswa lain.
Dari hasil diatas skor total aktivitas siswa dalam
pembelajaran sebesar
80, yang termasuk kriteria baik dengan skor terendah 2 dan
skor
tertinggi 4 (Lampiran 12).
d. Evaluasi Permainan
Berdasarkan lembar evaluasi permainan dapat diperoleh nilai
dari permainan setiap kelompok (lampiran 11). Kelompok 6
memperoleh nilai tertinggi dengan total nilai sebanyak 16 .
Nilai
tertinggi yang diperoleh siswa dengan jumlah nilai 5 yang
berhasil
diraih oleh 7 siswa dari jumlah total 35 siswa. Sedangkan
nilai
terendah yang diperoleh siswa dengan jumlah nilai 1 yang
diraih oleh
1 siswa.
2. Pembahasan Siklus I
Siklus I merupakan pembelajaran dengan materi penjumlahan.
Hasil penelitian pada siklus I dapat dijelaskan sebagai
berikut.
a. Hasil Belajar
Dari grafik 4.1 diperoleh rata-rata hasil belajar siswa
sebesar
7,94. Demgam standar ketuntasan belajar klasikal sebesar
6,5
diperoleh prosentase ketuntasan belajar klasikal sebesar
68,57% atau
sebanyak 24 anak tuntas belajar dengan mendapatkan nilai ≥ 6,5.
Dengan demikian hasil belajar belum mencapai indikator
keberhasilan, oleh karena itu diadakan upaya perbaikan pada
siklus II
dengan memotivasi pada siswa untuk lebih aktif dalam
pembelajaran.
Hal ini didukung pernyataan yang dikemukakan oleh Hamalik
(2001),
bahwa motivasi menentukan tingkat keberhasilan dan
kegagalan
dalam belajar.
b. Aktivitas Siswa
Pada siklus 1, dari lembar observasi menunjukkan aktifitas
belajar
siswa. Seperti meningkatnya antusias dan motivasi siswa
dalam
mengikuti pembelajaran, karena dorongan dan pemberian
motivasi
oleh guru. Untuk kerja kelompokpun menunjukkan aktivitas,
seperti
diskusi dan tanya jawab antar teman dalam kelompok, serta
memberi
pendapat tentang hasil yang diperoleh. Namun ini belum
menunjukkan
aktivitas yang dilaksanakan siswa optimal sesuai yang
diharapkan
sehingga perlu ditingkatkan.
Berdasarkan hasil lembar observasi aktivitas siswa, skor
keaktifan
siswa 80, termasuk dalam kriteria baik. Meskipun demikian
masih
perlu ditingkatkan. Hal ini disebabkan siswa masih kurang
percaya
diri dalam melaksanakan permainan, dan masih canggung untuk
bekerja dalam kelompok. Selain itu pengawasan tingkah laku
siswa
dalam melakukan diskusi kelompok masih kurang, terlihat
masih
adanya siswa yang bermain dan mengganggu teman sehingga
tidak
memperhatikan penjelasan guru..
Belum optimalnya aktivitas dalam pembelajaran tersebut
perlu
adanya perbaikan dengan memberikan dorongan motivasi kepada
siswa untuk bersungguh-sungguh dalam melaksanakan permainan
,
menyatukan pendapat, tidak boleh mengganggu teman serta
melakukan diskusi secara aktif dan memberi pujian bagi
siswa yang
bertanya dan menjawab pertanyaan. Guru harus mampu memberi
perhatian serta motivasi terhadap kegiatan siswa dalam
kelompoknya. Permasalahan ini akan diupayakan perbaikan
pada
siklus II.
c. Aktivitas Guru
Kegiatan inti yang dilakukan guru meliputi mengorientasi
siswa dalam pembelajaran, khususnya saat permainan sedang
berlangsung dalam hal ini guru memberikan bimbingan kepada
kelompok yang mengalami kesulitan. Siswa dalam kelompoknya
melakukan kegiatan dengan bimbingan guru, namun demikian
bimbingan guru masih belum merata pada setiap kelompok.
Guru
lebih banyak memberikan bimbingan kepada kelompok yang
aktif
bertanya, sedangkan kelompok yang cenderung pasif hanya mendapat
bimbingan guru secara sekilas. Kemampuan guru dalam
memberikan
apersepsi masih kurang sehingga siswa kurang memahami
materi yang
akan dipelajari.
Pada kegiatan penutup guru membimbing siswa dalam
menarik kesimpulan. Namun dalam menarik kesimpulan
kebanyakan
masih dilakukan oleh guru, sehingga siswa belum terbiasa
berpikir
sendiri. Secara umum pada siklus I ini guru masih
mendominasi
pembelajaran.
Skor total aktivitas guru pada siklus I cukup baik yaitu
sebesar
80,57 yang termasuk dalam kriteria baik dan persiapan guru
sudah
cukup baik. Namun hal ini perlu ditingkatkan lagi pada
siklus II
dengan perbaikan-perbaikan seperti pemeratan bimbingan pada
setiap
kelompok, serta memberi kesempatan pada siswa untuk
terbiasa
berpikir sendiri.
d. Permainan
Kartu Bridge
Masih sedikitnya siswa yang dapat menyelesaikan permainan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, salah satu
sebabnya adalah
masih lambannya siswa dalam perhitungan penjumlahan.
Sehingga
sering ada 3 buah kartu yang sudah berjumlah 10, 20 atau 30
tidak
diambil oleh siswa sehingga berpengaruh pada nilai
permainan siswa.
Kadang siswa juga lupa dengan nilai dari tiap kartu
sehingga masih
sering bertanya kepada guru.
Dengan demikian dari hasil observasi dan refleksi siklus I
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa belum memenuhi
indikator keberhasilan. Hal ini akan diperbaiki pada
pembelajaran
siklus II dengan memberikan pengarahan terutama saat
permainan
sedang berlangsung, motivasi agar siswa melakukan diskusi
secara
aktif saat mengerjakan tugas kelompok, bekerja sama dengan
kelompoknya, berani bertanya, serta menjawab pertanyaan.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus II
1. Hasil Penelitian Siklus II
Dari pelaksanaan siklus II, diperoleh berbagai data yaitu
data hasil
belajar siswa, data hasil observasi kinerja guru, data
hasil observasi
aktivitas siswa dan hasil permainan kartu bridge.
a. Hasil Belajar Siswa
Setelah dilakukan analisis data hasil tes siklus II dengan
pokok
bahasan pengurangan, diperoleh nilai rata-rata siswa
sebesar 8,34,
siswa yang tuntas sebanyak 30 anak (85,71%), siswa yang
tidak tuntas
sebanyak 5 anak (14,29%) dengan nilai tertinggi 10 dan
nilai terendah
5 (Lampiran 22). Hasil tes akhir siklus II dapat di lihat
pada tabel
berikut.
Tabel 4.3 Hasil Tes Siklus II
Nilai Jumlah
10
9
8
11
45
8
7
6
5
8
3
3
2
Berdasarkan data keseluruhan hasil belajar siklus II
tersebut dapat
dibuat grafik sebagai berikut.
Grafik 4.4 Hasil Siklus II
Grafik Siklus II
8.34
30
5
10
5
0
5
10
15
20
25
30
35
Siklus II
Frekuensi dan Nilai
Nilai Rata-rata
Siswa Tuntas
Siswa Tidak
Tuntas
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
b. Hasil Observasi Kinerja Guru
Pengamatan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran
pada
siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.
No Indikator Penilaian Arti
1 Baik Guru mampu mengkondisikan kelas 1
2 Sangat Baik Guru memunculkan motivasi /
keingintahuan siswa tentang materi
yang akan dipelajari
3 Baik Memberi gambaran tentang materi
yang akan dipelajari
4 Baik Memberi apersepsi
5 Baik Mengatur waktu
untuk membuka
pelajaran
6 Sangat Baik Membentuk kelompok
7 Sangat Baik Mengkondisikan siswa agar siap
dengan alat peraga dan saran yang
lain
8 Baik Memberikan contoh permainan
dengan tepat
9 Sangat Baik Mendampingi / membantu sisiwa
saat permainan sedang berlangsung
10 Sangat Baik Menjawab pertanyaan siswa dengan
tepat
11 Baik Memberikan penguatan pada siswa
yang berhasil
2
12 Sangat Baik Melakukan tanya jawab dengan
siswa dalam memecahkan soal cerita
yang mengandung penjumlahan
13 Sangat Baik Membuat kesimpulan 3
14 Sangat Baik Melaksanakan evaluasi
Dari hasil diatas diperoleh nilai akhir kemampuan guru
dalam
pengelolaan pembelajaran sebesar 83,21 yang termasuk dalam
kriteria
sangat baik dengan skor terendah 80 dan skor tertinggi 90
(Lampiran
26).
c. Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Pengamatan aktivitas siswa pada siklus II dapat dilihat
pada tabel
berikut.
No Nilai /
Presentase
Arti
1 4
100 %
Seluruh siswa telah duduk pada kelompok
masing-masing
2 4
100%
Seluruh siswa telah siap dengan kartu bridge
dan sarana yang lain
3 4
85,71 %
siswa tenang pada waktu guru menjelaskan
sementara yang lain asyik bermain sendiri
4 3
88,57 %
Hanya sebagian siswa yang aktif bertanya
5 4
71,43 %
siswa menjawab pertanyaan guru ( termasuk
angkat tangan saat guru bertanya)
6 4
80 %
siswa sudah menguasai permainan
7 4 siswa yang mampu menyelesaikan permainan
85,71 % tepat pada waktu yang telah ditentukan.
8 3
74,29 %
Hanya sebagian siswa yang tidak sedang
bermain mau untuk memperhatikan dengan
seksama permainan yang sedang berlangsung
9 4
77,15%
Siswa sudah aktif dalam melaksanakan tugas
kelompok.
10 4
85,71 %
Siswa dapat bekerjasama dan berhubungan
dengan siswa lain.
Dari hasil diatas total nilai aktivitas siswa dalam
pembelajaran sebesar
95 yang termasuk dalam kriteria sangat baik dengan skor
terendah 3
dan skor tertinggi 4 (Lampiran 25).
d. Permainan
Kartu Bridge
Berdasarkan lembar evaluasi permainan dapat diperoleh nilai
dari permainan setiap kelompok (lampiran 24). Kelompok 4
dan
kelompok 6 memperoleh nilai tertinggi dengan total nilai
sebanyak
17. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa dengan jumlah
nilai 5 yang
berhasil diraih oleh 15 siswa dari jumlah total 35 siswa.
Sedangkan
nilai terendah yang diperoleh siswa dengan jumlah nilai 2
yang diraih
oleh 3 siswa.
2. Pembahasan Siklus II
Siklus II merupakan pembelajaran dengan materi pengurangan.
Hasil penelitian siklus II dapat dijelaskan sebagai
berikut.
a. Hasil Belajar
Dari hasil tes pada siklus II terdapat peningkatan. Hal ini
dapat
terlihat dari grafik 4.2 diperoleh rata-rata hasil tes yang
diberikan
kepada siswa pada siklus II adalah sebesar 8,34. Ketuntasan
belajar
secara klasikal sebesar 85,71% atau sebanyak 30 siswa
memperoleh
nilai 5 , 6 ≥ .
Dengan demikian hasil belajar pada siklus II ini sudah
sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan,
sehingga tidak
perlu dilakukan siklus selanjutnya.
b. Aktivitas Guru
Pencapaian hasil belajar siswa yang diharapkan seperti yang
ditetapkan dalam indikator keberhasilan tidak lepas dari
peran guru
dalam proses pembelajaran. Mengingat guru merupakan salah
satu
komponen yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Berdasar
hasil
lembar aktivitas guru pada siklus II, dapat diketahui bahwa
guru sudah
dapat mengkondisikan kelas dengan lebih baik. Kemampuan
guru
seperti memunculkan motivasi, memberikan apersepsi, membentuk
kelompok, mendampingi ssiwa saat bermain, menjawab
pertanyaaan
siswa dan membantu siswa membuat kesimpulan sudah meningkat
ditandai dengan tingginya nilai akhir hasil observasi pada
siklus II
sebesar 83,21 yang termasuk dalam kriteria sangat baik.
Pada siklus II ini guru memberikan penghargaan ” snack ”
kepada siswa yang sudah berhasil memperoleh nilai paling
tinggi
dalam permainan. Guru juga sudah memotivasi siswa untuk
menyelesaikan permainan dengan cepat dan memperoleh nilai
yang
maksimal.
c. Aktivitas Siswa
Pada siklus II aktivitas siswa lebih meningkat lagi
dibandingkan dengan siklus I. Ditandai dengan perolehan
skor total
hasil observasi yang tinggi yaitu 95 yang termasuk dalam
kriteria
sangat baik.
Hal ini menunjukkan siswa yang melakukan aktivitas belajar
lebih banyak dibandingkan dengan siklus I. Ini berarti
siswa lebih
menguasai permainan dan berhasil dalm menciptakan kondisi
kelas
yang kondusif. Siswa juga telah bekerja sama dengan
kelompoknya
secara baik, walaupun dalam permainan kartu bridge nilai
yang
tertinggi nasih didominasi siswa pandai. Tetapi siswa yang
pandai di
sini sudah mau membantu siswa yang lain. Hal tersebut
sesuai dengan
pendapat Lie (2002: 42) yang menyatakan bahwa pembagian
kelompok secara heterogen memberikan kesempatan untuk
saling
mendukung, meningkatkan relasi dan interaksi serta
memudahkan
pengelolaan kelas, karena dengan adanya siswa yang
berkemampuan
akademis yang tinggi guru mendapatkan asisten untuk
kelompok.
Oleh karena itu belajar kelompok sangat diperlukan agar
diperoleh
hasil belajar yang lebih baik.
d. Permainan Kartu Bridge
Sebagian besar siswa sudah dapat menyelesaikan permainan
tepat pada waktu yang telah ditentukan. Hal ini karena
disebabkan oleh
siswa yang sudah memahami permainan dengan baik dan sudah
terbiasa berhitung secara cepat dan benar. Siswa yang
memperoleh
nilai tinggi pun meningkat menjadi 15 siswa.
Dari pembahasan silklus I dan II diatas menunjukkan bahwa
indikator keberhasilan tercapai, sehingga hipotesis
penelitian ini dapat
diterima yang berarti ada peningkatan hasil belajar dan
aktivitas siswa
kelas II Sekolah Dasar Trayu 01 pada pok bahasan
penjumlahan dan
pengurangan bilangan cacah dengan permainan kertu bridge.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari seluruh pelaksanaan kegiatan tindakan kelas di kelas
II Sekolah
Dasar Trayu 01 kecamatan Singorojo kabupaten Kendal dapat
disimpulkan
sebagai berikut :
1. Penggunaan permainan kartu bridge pada proses
pembelajaran matematika
siswa kelas II Sekolah Dasar Trayu I kecamatan Singorojo
kabupaten
Kendal tahun pelajaran 2006 / 2007 dapat meningkatkan hasil
belajar
siswa pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan
bilangan cacah.
Hasil dari siklus I adalah nilai rata-rata 7,94 dan
ketuntasan belajar secara
klasikal sebesar 68,57 %. Jadi, hasil dari siklus I belum
memenuhi
indikator keberhasilan. Hasil dari siklus II adalah nilai
rata-rata 8,34 dan
ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 85,71 %. Hasil
dari siklus II ini
jelas telah melampaui kriteria ketuntasan belajar yang
mensyaratkan ratarata
hasil tes minimal 6,5 dengan prosentase ketuntasan ≥ 85 %. Dengan
demikian maka penelitian tidak perlu dilanjutkan ke siklus
III.
2. Penggunaan permainan kartu bridge dapat meningkatkan
aktivitas siswa
dalam mengikuti pembelajaran dan juga menumbuhkembangkan
kerjasama antar siswa dalam kelompok.
B. Saran
Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan penelitian
tindakan
kelas di kelas II Sekolah Dasar Trayu 01 kecamatan
Singorojo kabupaten
Kendal maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut :
1. Guru hendaknya dapat berperan sebagai motivator dan
fasilitator serta
dapat mengembangkan kreatifitas dan meningkatkan peran
siswa dalam
pembelajaran.
2. Guru dapat menggunakan permainan kartu bridge dengan
cara permainan
yang berbeda dalam pembelajaran dikelas pada pokok bahasan
perkalian
dan pembagian.
3. Guru harus menguasai permainan kartu bridge yang akan
digunakan dalam
pembelajaran.
4. Meskipun penelitian tindakan kelas ini hanya sampai 2
siklus dan sudah
mencapai hipotesis tindakan, namun guru hendaknya terus mengadakan
penelitian selanjutnya agar hasil belajar siswa meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Adrian. 2004. Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Siswa.
Tersedia:
http://artikel.us/art05-65.html [Mei 2005]
Ani, C.T. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES Press
Drajat. 2005. Anak Suka Matematika. Tersedia: http://www.pikiranrakyat.
com/cetak/2005/1205/30/1103.htm [13 maret 2007]
Depdikbud. 1999. Penelitian Tindakan. Jakarta:Depdikbud.
Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas.
Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan pembelajaran.
Jakarta :
Rineka Cipta.
Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Handayani, Kasih. 2004. Pemanfaatan Alat Peraga Kubus
Pecahan untuk
Meningkatkan Kemampuan Berhitung Pecahan Pada Siswa Kelas V
Sekolah Dasar Negeri Panggung 09 Jepara Tahun Pelajaran
2003/2004. Skripsi
Icha. 2004. Belajar Matematika, Siapa Takut ?. Tersedia:
http:/www.pikiranrakyat.
com/cetak/0804/19/1104.htm [Mei 2005]
Kazoeru. 2004. Manfaat Belajar Aritmatika. Tersedia:
http://Kazoeru_fantastic.bzhosting.com/halz.htm#Sejarah [Mei 2005]
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning: Mempraktikkan
Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Gramedia Widiasarana.
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Remaja Rosdakarya:
Bandung.
Poerwadarminta, WJS. 2002. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
Purwantari, Teguh dkk. 2004. Hitunganku, Matematika 2
untuk Sekolah Dasar
Kelas 2. Jakarta: Bumi Aksara.
Reni. 2006. Kemampuan Bermain Anak. Tersedia:
http://agusset.wordpress.com/2006/06/30/kemampuan-bermain-anak
[13 Maret 2007]
Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: IKIP
Semarang Press
Soeparwoto, dkk. 2003. Psikologi Perkembangan. Semarang:UPT UNNES
PRESS.
Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran
Matematika Kontemporer
(edisi revisi). Bandung
: UPI
Suharsono. 2003. Membelajarkan Anak dengan Cinta. Jakarta: Insaniasi Press.
Suyitno, Amin. 2004. Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran
Matematika I.
Hand Out Perkuliahan Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan
Matematika FMIPA UNNES.
Tasmin, Martina Rini S. 2002. Belajar Lebih Penting
Daripada Bermain ?.
Tersedia: http://www.e-psikologi.com/anak/250402.htm
[13 Maret 2007]
----------. 2002. Misteri Kartu
Bridge. Tersedia:
http://www.indomedia.com/intisari/2002/briket_usutasal.htm [ Mei2005]
No comments:
Post a Comment