BROKEN HOME DAN PENGARUH NEGATIVENYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PEhttp://setofschoolwork.blogspot.com/SERTA DIDIK
Rumusan
nonpenelitian ini disusun untuk mengetahui pengaruh negative siswa yang berasal
dari kehidupan keluarga yang tidak utuh dalam artian tidak harmonis
(broken home ) terhadap hasil belajar siswa.Tujuan penulisan ini yaitu untuk
jelaskan apakah ada perbedaan pencapaian hasil belajar siswa yang berasal dari
keluarga tidak utuh(broken home) dan keluarga utuh.Masalah ini dikaji dari
berbagai sumber untuk mendukung permasalahan tersebut. Peningkatan hasil
belajar siswa bukan saja tergantung dari individu tersebut tetapi factor
luar sangat mempengaruhi hasil belajar siswa terutama lingkungan
keluarga.Istilah broken home bukanlah istilah yang sepelah tetapi berpengaruh
negative terhadap kejiwaan anak maka dengan demikian akan menghambat
konsentrasi belajar. Anak yang datang dari keluarga yang broken home prestasi
belajarnya sangat rendah dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga
yang utuh. Dapat disimpulkan bahwa keberadaan atau keutuhan keluarga sangat
berpengaruh terhadap anak dalam proses belajar disekolah.
Kata
kunci: broken home berdampak negative terhadap pendidikan anak.
ABSTRACT
Nonpenelitian formulation is designed to determine the effect of negative students from non-intact family life in the sense of harmony (broken home) on learning outcomes siswa.Tujuan this paper is to determine whether there are differences in student achievement from non-intact families (broken home) and family utuh.Masalah is examined from a variety of sources to support the issue. Improved student learning outcomes not only depend on the individual but external factors influence student learning outcomes, especially the family. The term broken home is not a term that sepelah but negative effect on the child's psyche will thereby inhibit learning concentration. Children who come from a broken home is very low academic achievement than children from intact families. It can be concluded that the presence or the family unit is very influential on the child in the learning process in schools.
Keywords:
broken home negative impact on children's education
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Pendidikan
merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat penting untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya. Melalui pendidikan diharapkan anak didik memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sangat diperlukan untuk memecahkan
persoalan yang dihadapi. Pendidikan memiliki peran penting dalam mencerdaskan
bangsa. Proses belajar tidak selalu berhasil, hasil yang dicapai antara peserta
didik yang satu dengan yang lain memiliki perbedaan. berhasil tidaknya proses
belajar mengajar tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar
peserta didik. Factor yang datang berupa factor intrinsik dan ekstrinsik.
Peningkatan
prestasi belajar peserta didik bukan hanya tergantung dari individu itu. Akan
tetapi prestasi belajar yang merupakan faktor dari luar juga sangat besar
pengaruhnya. Pada dasarnya individu memiliki kemampuan yang sama dalam belajar,
namun ada beberapa hal yang mempengaruhi sehingga terjadi suatu perbedaan dalam
mencapai prestasi belajar. Peserta didik yang mengalami satu masalah, sebagian
ada yang berusaha mengatasinya dan berhasil keluar dari masalahnya, tetapi pada
umumnya mereka tidak mampu mengatasinya dengan sendiri sehingga memerlukan
bantuan orang lain. Oleh karena itu keterlibatan orang tua atau keluarga sangat
diperlukan sebagai orang terdekatnya.
Keluarga
merupakan suatu tempat yang sangat penting untuk tumbuh kembang anak baik
secara fisik maupun psikis.Didalam keluarga terdiri atas ayah,ibu dan anak
merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi satu sama lain. Ketiga komponen
tersebut akan membentuk suatu keharmonisan dan apa yang dibutuhkan anak sebagai
peserta didik akan terpenuhi baik dalam segi perhatian,kasih
sayang,motivasi,perlindungan akan terpenuhi. Orang tua pun perlu untuk
mengetahui apa saja faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar pada anak
mereka, sehingga orang tua dapat mengenali penyebab dan pendukung anak dalam
berprestasi.
Dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh sugiarti di SMP KRISTEN YSKI
SEMARANG koefisien regresi untuk
dukungan social termasuk keluarga adalah sebesar -0.072 artinya dukungan social
mempengaruhi penurunan prestasi belajar. Tetapi penelitian yang dilakukan juga
oleh Yustiana tentang hubungan antara peran orang tua dengan prestasi belajar
didapat angka korelasi negative yaitu-0,020. Hal ini berarti semakin tinggi
peran orang tua maka prestasi belajar cenderung semakin rendah.dan kebalikan
juga semakin tinggi prestasi belajar maka semakin rendah pula peran orang
tua.jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh berbagai
factor yang salah satunya factor keluarga walaupun tidak terlalu signifikan.
Tetapi kenyataan yang ada sekarang bahwa orang tua lebih mementingkan diri
mereka sendiri tanpa memikirkan dampak negative yang akan timbul pada anak
mereka yang disebabkan oleh ketidak harmonisan dalam keluarga dimana masalah
ketidakutuhan(broken home)dalam keluarga sangat berpengaruh negative terhadap
kejiwaan(psikis) anak maka dengan demikian prestasi belajar anak akan menurun.
Sehingga tanpa disadari bahwa penurunan prestasi belajar siswa diakibatkan oleh
keadaan orang tuanya ditengah-tengah keluarga yang tidak baik.Orang tua
menginginkan prestasi anak tersebut meningkat atau prestasi dalam belajar
merupakan dambaan bagi setiap orang tua terhadap anaknya.sementara dilain sisi
orang tua mengabaikan tanggung jawabnya untuk menjadi teladan kepada anaknya.
Semoga dengan kita mempelajari makalah
ini,kita sebagai orang tua lebih memperhatikan keadaan peserta didik dalam hal
ini menghindari ketidak harmonisan dalam keluarga sehingga peserta didik dapat
focus dalam proses belajar dengan begitu apa yang diharapkan dan dicita-citakan
bersama baik orang tua dan anak sebagai peserta didik akan terlaksana.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Problematik Biologi dan mengkaji lebih
dalam tentang pengaruh negative broken home terhadap prestasi belajar peserta
didik.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
- Pengertian Keluarga
Keluarga
berasal dari bahasa (Sanskerta yaitu kulawarga yang artinya ras dan warga yang berarti
anggota) adalah lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki
hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu,
terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut.
Keluarga
adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan.Kata keluarga (Ensiklopedia Indonesia
II:1729) menurut makna sosiologi yaitu kesatuan kemasyarakatan berdasarkan
hubungan perkawinan dan pertalian darah(Subhan 2001). Home atau keluarga adalah
lembaga social yang terkecil keluarga merupakan bagian yang terkecil dalam
masyarakat. Keluarga merupakan kelompok manusia yang hidup bersama karena
adanya ikatan perkawinan darah dan adopsi.(Tim pengembangan UPI)
Menurut kadarwati 2011
pengertian keluarga diantaranya:
a)
Keluarga adalah tempat perkembangan
awal seorang anak, sejak saat kelahirannya sampai proses perkembangan jasmani
dan rohani berikutnya. Bagi seorang anak, keluarga memiliki arti dan fungsi
yang vital bagi kelangsungan hidup maupun dalam menemukan makna dan
tujuan hidupnya. Untuk mencapai perkembangannya seorang anak membutuhkan kasih
sayang, perhatian dan rasa aman untuk berlindung dari orang tuanya. Tanpa
sentuhan manusiawi itu anak akan merasa terancam dan penuh rasa takut.
b)
Keluarga merupakan dunia keakraban
seorang anak. Sebab dalam keluargalah dia mengalami pertama-tama hubungan
dengan manusia dan memperoleh representasi dari dunia sekelilingnya. Pengalaman
hubungan dengan keluarga semakin diperkuat dalam proses pertumbuhan sehingga
melalui pengalaman makin mengakrabkan seorang anak dengan lingkungan keluarga.
Keluarga dibutuhkan seorang anak untuk mendorong, menggali, mempelajari dan
menghayati nilai-nilai kemanusiaan, religiusitas, norma-norma dan sebagainya.
Nilai-nilai luhur tersebut dibutuhkan sesuai dengan martabat kemanusiaannya
dalam penyempumaan diri.
c)
Keluarga merupakan tempat pemupukan
dan pendidikan untuk hidup bermasyarakat dan bernegara agar mampu berdedikasi
dalam tugas dan kewajiban dan tanggung jawabnya sehingga keluarga menjadi
tempat pembentukan otonom diri yang memiliki prinsip-prinsip kehiduupan tanpa
mudah dibelokkan oleh arus godaan.
d) Keluarga merupakan kelompok terkecil yang anggotanya
berinteraksi to face secara tetap, dalam kelompok demikian perkembangan anak
dapat diikuti dengan sesama oleh orang tuanya dan penyesuaian secara pribadi
dalam hubungan sosial lebih mudah terjadi.
Orang tua mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidik anak karena anak merupakan cinta kasih hubungan suami istri.
Orang tua mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidik anak karena anak merupakan cinta kasih hubungan suami istri.
Motivasi yang kuat melahirkan
hubungan emosional antara orang tua dan anak.
Karena hubungan sosial dalam keluarga itu bersifat tetap maka orang tua memainkan peranan sangat penting terhadap proses sosialisasi anak.
Karena hubungan sosial dalam keluarga itu bersifat tetap maka orang tua memainkan peranan sangat penting terhadap proses sosialisasi anak.
Jadi dapat disimpulkan bahwa
Keluarga merupakan Unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah,ibu
dan anak yang didalamnya merupakan suatu kesatuan yang memiliki ikatan yang tak
dapat dipisahkan dimana orang tua menjadi teladan bagi anak-anak sedagkan anak
merupakan cermin dari keberadaan keluarga kemudian keluarga memiliki peran yang
sangat penting untuk tumbuh kembangnya anak baik jasmani maupun rohani.
2.
Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut (friedman
1998):
1. Fungsi afektif (the affective function)
fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan
anggota keluarga berhubungan dengan orang lain fungsi ini dibutuhkan untuk
perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.Contohnya: mengajarkan
kepada anak cara-cara bersosialisasi dengan orang lain.
2. fungsi sosialisasi dan tempat
bersosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk
kehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan social.Contoh:
orang tua memberikan penjelasan bahwa kita harus menyesuaikan dengan lingkungan
dimana kita tinggal agar kita dapat diterima dilingkungan baru tersebut.
3. Fungsi reproduksi (the reproductive
function) untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. fungsi ekonomi(the economic
function) yaitu untuk memenuhi kebetuhan keluarga secara ekonomi dan tempat
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan kebutuhan untuk memenuhi
keluarga.
5. fungsi perawatan fungsi ini yaitu
untuk mempertahankan kesehatan anggota keluarga.
Namun berubahnya pola hidup agraris
menjadi industrialisasi fungsi keluarga dikembangkan menjadi:
1. fungsi ekonomi dimana keluarga yang
produktif yang mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan
sumber daya keluarga.
2. fungsi pendapatan status social
yaitu keluarga dapat melihat starata social dgn keluarga lain.
3. fungsi pendidikan yaitu keluarga
mempunyai peranan dan tanggungjawab yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya
untuk menghadapi kehidupan dewasanya.(dalam buku asuhan keperawatan keluarga)
Mengingat betapa pentingnya peran
keluarga untuk anak, maka keluarga sangat menentukan kepribadian,
perilaku, konsep diri, motivasi berprestasi, serta pandangan hidup anak
tersebut. Maka akan sangat fatal akibatnya apabila keluarga tidak lagi mampu
berfungsi sebagaimana mestinya. Keluarga adalah suatu lingkungan yang terdiri
dari orang-orang terdekat bagi seorang anak. Banyak sekali waktu dan kesempatan
bagi seorang anak untuk berjumpa dan berinteraksi dengan keluarganya.
Perjumpaan dan interaksi tersebut sudah pasti sangat besar pengaruhnya bagi
perilaku dan prestasi seseorang. Kondisi yang harmonis dalam keluarga dapat
memberi stimulus dan respon yang baik dari anak sehingga perilaku dan
prestasinya menjadi baik.
Sebaliknya jika keluarga tidak
harmonis atau broken home akan berdampak negatif bagi perkembangan
peserta didik, perilaku dan prestasi cenderung terhambat, dan akan muncul
masalah masalah dalam perilaku dan prestasinya. Contoh: anak yang kekurangan
perhatian dan kasih sayang dari orang tua akan menimbulkan kenakalan pada anak.
- Peranan Keluarga dalam menigkatkan prestasi belajar peserta didik
Peran adalah serangkaian prilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan
posisi social yang diberikan dan dapat diartikan juga sebagai kemampuan
individu untuk mengontrol atau mempengaruhi atau mengubah perilaku orang
lain.peran keluarga dijalankan untuk menjaga keseimbangan dalam
keluarga.(supartini 2002).
Orang Tua memegang peranan utama dan pertama bagi pendidikan anak, mengasuh,
membesarkan dan mendidik anak merupakan tugas mulia yang tidak lepas dari
berbagai halangan dan tantangan.
Peran orang tua terhadap anak dimana kemampuan yang ekselen dan segala hal yang
baik muncul pada anak,mula-mula datang dari rumah dan memerlukan pula orang
dari rumah atau orang tua. Dengan adanya komitmen dari orang tua terhadap
penggunaan waktu yang produktif dan seseorang harus bekerja sebaik mungkin
merupakan suatu nilai yang berpengaruh pada anak dimana orang tua perlu
memberikan contoh dan menanamkan adanya standar nilai yang tinggi yang harus
diraih anak. Disamping itu partisipasi orang tua terhadap belajar anak
merupakan sumbangan signifikan pada prestasi yang diraihnya.
Pada dasarnya hubungan orang tua dan anak tergantung pada sikap serta perilaku
orang tua dalam keluarga. Sikap orang tua sangat menentukan terbentuknya
hubungan keluarga sebab apabila hubungan telah terbentuk dengan baik, maka hal
ini cenderung untuk di pertahankan, karenanya sikap orang tua terhadap anak
merupakan hasil belajar.
Campbell dan Parcel (2002) mengemukakan, bahwa pendidikan orang tua, tingkat
pengetahuan dan investasi dalam pendidikan dan aspirasi pendidikan yang tinggi
berhubungan dengan semakin baiknya lingkungan keluarga anak anak. Semakin
tinggi pendidikan orang tua maka menunjukkan adanya kecenderungan mempunyai
harapan tingkat pendidikan anak yang lebih tinggi, memberi dukungan kepada anak
untuk melakukan yang terbaik di sekolahan, dan pengharapan yang tinggi terhadap
prestasi akademik anak (Davis-Kean & Schnabel, 2002 diacu dalam Davis-Kean
dan Sexton, tanpa tahun). Lingkungan keluarga tersebut merupakan lingkungan
dimana orang tua memberikan perhatian kepada anak berkaitan dengan dorongan
untuk berpestasi, aspirasi pendidikan dan pekerjaan, fasilitas belajar,
pemanfaatan waktu, dan ikatan keluarga.
Cassidy(1981) menyebutkan 5 hal yang
mungkin menjadi pegangan bagi orang tua didalam mendidik anaknya yaitu:
1. Berlaku sebagai pendorong anak
didalam memberikan informasi tentang kekuatan dan gaya belajar yang dimiliki
oleh anak.
2. Menyediakan kesempatan belajar
dirumah maupun diluar sekolah
3. Bantulah anak pada setiap tugas yang
diberikan oleh sekolah
4. Berperan sebagai mentor dan tidak
segan-segan bertukar pikiran dengan orang tua lain maupun anak yang lain.
5. Mengembangkan materi pelajaran yang
diberikan untuk anak sesuai minat dan kemampuannya.( rena akbar.2001)
Ketika anak berhasil mengerjakan sesuatu yang baik orang tua harus memberikan
pujian dan pengakuan terhadap hal-hal yang berhasil dilakukan anak
sehingga anak merasa berguna dan mampu tetapi jangan sampai berlebihan.
pengakuan secara otomatis akan
meningkatkan inisiatif dan rasa percaya dirinya dalam melakukan sesuatu
apalagi yang berhubungan dengan belajar disekolah.Jika orang tuanya menjelaskan
apa yang dilakukan anak itu baik maka akan lebih membantu anak mengembangkan
rasa percaya diri yang didasarkan atas prestasi yang sesungguhnya.Anak sangat
membutukan bantuan dalam menyelesaikan setiap masalah yang datang maka orang
tua dapat membantu anak untuk menyelesaikan masalah seperti memberikan solusi
terhadap permasalahannya.
interaksi sehari-hari antara orang tua dan anak cocok untuk membimbing anak
dalam aktivitas sehari-hari membantu anak mengembangkan bermacam-macam strategi
untuk mendapatkan apa yang diinginkannya,memahami keterbatasannya dan
mengarahkan anak untuk memahami hal-hal yang boleh sehingga anak dapat
memecahkan masalah dan memiliki bekal dalam penyesuaian dirinya. Orang tua
harus menjadi teladan bagi anak-anaknya(utami azi.2006)
Maka dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar peserta didik dapat meningkat atau menurun tergantung dari
keberadaan orang tua,walaupun tidak seluruhnya dipengaruhi oleh orang tua
tetapi orang tua berperan penting dalam hal peningkatan prestasi belajar.
- Penyebab broken home
Kata broken
home sering dilabelkan pada anak yang menjadi korban perceraian
anaknya. Sebenarnya anak yang broken home bukan hanya anak
yang berasal dari orang tua yang bercerai, tetapi juga anak yang berasal dari
keluarga yang tidak utuh atau tidak harmonis. Terdapat banyak faktor yang
melatarbelakangi anak yang broken home, antara lain percekcokan atau pertengkaran
orang tua, perceraian, kesibukan orang tua.
Menurut kardawati Penyebab timbulnya
keluarga yang broken home antara lain:
a) Orangtua yang bercerai
Perceraian menunjukkan suatu kenyataan dari kehidupan suami istri yang tidak
lagi dijiwai oleh rasa kasih sayang dasar-dasar perkawinan yang telah terbina
bersama telah goyah dan tidak mampu menompang keutuhan kehidupan keluarga yang
harmonis. Dengan demikian hubungan suami istri antara suami istri tersebut
makin lama makin renggang, masing-masing atau salah satu membuat jarak
sedemikian rupa sehingga komunikasi terputus sama sekali. Hubungan itu
menunjukan situasi keterasingan dan keterpisahan yang makin melebar dan menjauh
ke dalam dunianya sendiri. jadi ada pergeseran arti dan fungsi sehingga masing-masing
merasa serba asing tanpa ada rasa kebertautan yang intim lagi.
b) Kebudayaan bisu dalam keluarga
Kebudayaan bisu ditandai oleh tidak adanya komunikasi dan dialog antar
anggota keluarga. Problem yang muncul dalam kebudayaan bisu tersebut justru terjadi dalam komunitas yang saling mengenal dan diikat oleh tali batin. Problem tersebut tidak akan bertambah berat jika kebudayaan bisu terjadi diantara orang yang tidak saling mengenal dan dalam situasi yang perjumpaan yang sifatnya sementara saja. Keluarga yang tanpa dialog dan
komunikasi akan menumpukkan rasa frustasi dan rasa jengkel dalam jiwa anak-anak. Bila orang tua tidak memberikan kesempatan dialog dan komunikasi dalam arti yang sungguh yaitu bukan basa basi atau sekedar bicara pada hal-hal yang perlu atau penting saja; anak-anak tidak mungkin mau mempercayakan masalah-masalahnya dan membuka diri. Mereka lebih baik berdiam diri saja. Situasi kebudayaan bisu ini akan mampu mematikan
kehidupan itu sendiri dan pada sisi yang sama dialog mempunyai peranan yang sangat penting. kurangnya hasil belajar dapat berakar pada kurangnya dialog dalam masa kanak-kanak dan masa berikutnya, karena orang tua terlalu menyibukkan diri sedangkan kebutuhan yang lebih mendasar yaitu cinta kasih diabaikan. Akibatnya anak menjadi terlantar dalam kesendirian dan kebisuannya. Ternyata perhatian orang tua dengan memberikan kesenangan materi belum mampu menyentuh kemanusiaan anak. Dialog tidak dapat digantikan kedudukannya dengan benda mahal dan bagus. Menggantikannya berarti melemparkan anak ke dalam sekumpulan benda mati.
anggota keluarga. Problem yang muncul dalam kebudayaan bisu tersebut justru terjadi dalam komunitas yang saling mengenal dan diikat oleh tali batin. Problem tersebut tidak akan bertambah berat jika kebudayaan bisu terjadi diantara orang yang tidak saling mengenal dan dalam situasi yang perjumpaan yang sifatnya sementara saja. Keluarga yang tanpa dialog dan
komunikasi akan menumpukkan rasa frustasi dan rasa jengkel dalam jiwa anak-anak. Bila orang tua tidak memberikan kesempatan dialog dan komunikasi dalam arti yang sungguh yaitu bukan basa basi atau sekedar bicara pada hal-hal yang perlu atau penting saja; anak-anak tidak mungkin mau mempercayakan masalah-masalahnya dan membuka diri. Mereka lebih baik berdiam diri saja. Situasi kebudayaan bisu ini akan mampu mematikan
kehidupan itu sendiri dan pada sisi yang sama dialog mempunyai peranan yang sangat penting. kurangnya hasil belajar dapat berakar pada kurangnya dialog dalam masa kanak-kanak dan masa berikutnya, karena orang tua terlalu menyibukkan diri sedangkan kebutuhan yang lebih mendasar yaitu cinta kasih diabaikan. Akibatnya anak menjadi terlantar dalam kesendirian dan kebisuannya. Ternyata perhatian orang tua dengan memberikan kesenangan materi belum mampu menyentuh kemanusiaan anak. Dialog tidak dapat digantikan kedudukannya dengan benda mahal dan bagus. Menggantikannya berarti melemparkan anak ke dalam sekumpulan benda mati.
c) Perang dingin dalam keluarga
Dapat dikatakan perang dingin adalah
lebih berat dari pada kebudayaan bisu.
Sebab dalam perang dingin selain kurang terciptanya dialog juga disisipi oleh rasa perselisihan dan kebencian dari masing-masing pihak. Awal perang dingin dapat disebabkan karena suami mau memenangkan pendapat pendiriannya sendiri, sedangkan istri hanya mempertahankan keinginan dan kehendaknya sendiri. Suasana perang dingin dapat menimbulkan :
Sebab dalam perang dingin selain kurang terciptanya dialog juga disisipi oleh rasa perselisihan dan kebencian dari masing-masing pihak. Awal perang dingin dapat disebabkan karena suami mau memenangkan pendapat pendiriannya sendiri, sedangkan istri hanya mempertahankan keinginan dan kehendaknya sendiri. Suasana perang dingin dapat menimbulkan :
1. Rasa takut dan cemas pada anak-anak.
2. Anak-anak menjadi tidak betah
dirumah sebab merasa tertekan dan
bingung serta tegang.
bingung serta tegang.
3. Anak-anak menjadi tertutup dan
tidak dapat mendiskusikan masalah yang
dialami.
dialami.
4. Semangat belajar dan
konsentrasi mereka menjadi lemah.
Lingkungan keluarga yang tidak
kondusif berdampak kurang baik bagi perkembangan jiwa anak. Situasi
keluarga yang tidak kondusif yaitu diantaranya:
1. Hubungan yang buruk /dingin antara
ayah dan anak
2. Terdapat gangguan fisik atau mental
dalam keluarga
3. Cara mendidik anak yang berberbeda
antara kedua orang tua
4. Sikap orang tua yang dingin atau
acuh terhadap anak.
5. Sikap orang tua yang kasar dan keras
/otoriter pada anak
6. Anak yang kehilangan orang tua
7. Orang tua yang tidak harmonis.(
Noorkasiani 2007)
Anak membutuhkan kasih sayang dan
perhatian dari keluarganya (orang tuanya). Cekcok atau pertengkaran
antara ayah dan ibu seringkali membawa dampak buruk pada anak. Anak yang
seharusnya mendapat kasih sayang dan pendidikan harus mengalami masa yang
kritis untuk menjadi terbiasa dengan pertengkaran ayah dan ibunya. Pada usia
balita, anak-anak yang kurang mendapat kasih sayang dan perhatian orang tuanya
seringkali pemurung, labil dan tidak percaya diri. Ketika menjelang usia remaja
kadang-kadang mereka mengambil jalan pintas, minggat dari rumah dan menjadi
anak jalanan bahkan melakukan hal-hal yang menyimpang. Ketenangan yang ia
rindukan berubah menjadi suram. Lebih jauh lagi, keluarga tidak lagi menjadi
sebuah tempat yang dirindukan melainkan menjadi tempat yang yang tidak
diinginkan bahkan tempat yang wajib untuk dihindari.
5. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil
belajar yang dicapai peserta didik yang tercermin dalam nilai rapor.Nilai rapor
merupakan hasil pengolahan rata-rata nilai ulangan umum,nilai ulangan harian
dan pekerjaan rumah.
6. Prestasi belajar siswa yang datang
dari keluarga utuh
Berbagai kemudahan yang diperoleh
dari peserta didik yang datang dari keluarga harmonis:
1. Mudah menerima pelajaran yang
diberikan guru karena suasana hatinya tenang dan gembira,berpikiran jernih dan
selalu berkonsentrasi ,ia dapat belajar secara maksimal karena belajar baginya
menjadi saat meneguhkan kemampuan diri.(bimbingan dan kons sma kls XI by Sri
Hapsari.Grasindo
2. Memiliki kemampuan daia ingat yang
kuat karena ia mempunyai kesempatan untuk belajar kembali dan memperkaya dari
berbagai sumber.
3. Bertanggung jawab dengan mengerjakan
setiap tugas secara maksimal pemberian tugas baginya menjadi suatu kesempatan
untuk menunjukan keterampilan dan kemampuan.
4. Mampu merencanakan karier
pendidikannya dalam tahapan-tahapan
5. Tidak mengalami kesulitan dalam
bergaul.ia mampu berkomunikasi dengan baik kepada siapa saja karena keluarga
telah mendidiknya untuk berkembang dalam kebersamaan.
7. Prestasi belajar peserta didik
yang berasal dari keluarga tidak utuh(Broken home)
Peserta didik yang tinggal bersama orang tua akan mengalami hambatan dalam
belajar, apabila tidak adanya kekompakan dan kesepakatan diantara kedua orang
tuanya. Perselisihan, pertengkaran, perceraian, dan tidak adanya tanggung jawab
antara kedua orang tua akan menimbulkan keadaan yang tidak diinginkan terhadap
diri peserta didik dan akan menghambat proses belajar diantaranya:
1.
Prestasi
belajar peserta didik menurun
2.
Mengalami
kesulitan_kesulitan dalam belajar
3.
Konsentrasinya
menurun dan akibatnya sulit menerima pelajaran yang diberikan.
4.
Anak
itu akan menjadi pendiam dan cenderung menjadi anak yang menyendiri serta suka
melamun dengan keadaan seperti itu maka hasil belajarnya akan menurun.
5.
Motivasi
yang rendah
8. Cara penanggulangan baik sebagai
orang tua maupun tenaga pendidik
1. Orang tua : Lebih mementingkan
kepentingan atau perkembangan anak agar prestasi belajar berjalan dengan baik
sesuai yang diharapkan.Dengan menghindari perselisihan yang
berkepanjangan,perceraian.
2. Guru: melakukan pendekatan secara
individual diluar jam belajar untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi
peserta didik kemudian memberikan saran selayaknya seorang guru agar masalah
tersebut dapat teratasi dan tidak menurunkan prestasi belajar anak tersebut.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Keluarga
merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Orangtua berperan penting bagi tumbuh
kembangnya anak baik secara jasmani,psikis dan rohani.jika fungsi dari
keluarga atau orang tua diabaikan akan berdampak negatife bagi perkembangan
anak termasuk prestasi belajar peserta didik.
Prestasi belajar
peserta didik yang datang dari keluarga utuh berbeda dengan prestasi belajar
yang datang dari keluarga broken home karena berbagai hal yang melatar
belakangi yang meliputi kepedulian orang tua,motivasi,perhatian dan kasih
saying.
Sumber
1.
Kadarwati.2011.Bimbingan dan
konseling fakultas keguruan dan ilmu pendidikan.Universitas PGRI.Yogyakarta.
2.
Subhan.2001.Membina keluarga
sakina.pustaka pesantren:Jogjakarta
3.
Suprajitno.2003.Asuhan Keperawatan
Keluarga.EGC:Jakarta
4.
Noorkasiani.2007.Sosiologi
Keperawatan.EGC:Jakarta
5.
Hapsari.2003.Bimbingan dan konseling
kelas XI.Grasindo.Jakarta
6.
Haris.2001.faktor ekternal yang
mempengaruhi belajar:psikologi pendidikan
7.
Hanifah.2001.Media riset akuntansi,auditing
dan informasi,vol 1,No.3 Desember 2001:63-86
8.
Iswanti.Pengaruh motivasi
berprestasi dan peran orang tua dengan prestasi belajar siswa.dosen akademi
sekretari/LPK Tarakanita.
Cara Mengatasi Pengaruh Broken Home pada Anak
Bukanlah sebuah pilihan apabila
seorang bayi terlahir dari keluarga yang kurang harmonis (broken home),
dan sangat berbahaya bagi pertumbuhan sang anak. Pengenalan norma
kehidupan akan menjadi terhambat.
“Secara psikologis iya (broken
home bahaya) karena anak tidak mendapat pola asuh ideal ini menjadi memori
bawah sadar yang akan, dia tidak bisa membedakan norma,”
Pengaruh keluarga yang berantakan
akan berbeda-beda tehadap masing-masing individu. Sejatinya, anak dibawah umur
butuh perhatian dan bimbingan dalam pemaknaan hidup. Namun ketika tidak dapat
bimbingan yang benar, pemaknaan hidup bisa saja menjadi melenceng.
Penyebab Broken Home
1. Terjadinya perceraian
Faktor pertama adanya disorientasi
tujuan suami istri dalam membangun mahligai rumah tangga; faktor kedewasaan
yang mencakup intelektualitas, emosionalitas, dan kemampuan mengelola dan
mengatasi berbagai masalah keluarga; pengaruh perubahan dan norma yang
berkembang di masyarakat.
2. Ketidak dewasaan sikap orang tua
Ketidakdewasaan sikap orang tua
salah satunya dilihat dari sikap egoisme dan egosentrime. Egoisme adalah suatu
sifat buruk manusia yang mementingkan dirinya sendiri. Sedangkan egosentrisme
adalah sikap yang menjadikan dirinya pusat perhatian yang diusahakan oleh
seseorang dengan segala cara.
3. Orang tua yang kurang memiliki
rasa tanggung jawab
Tidak bertanggungjawabnya orang tua
salah satunya masalah kesibukan. Kesibukan adalah satu kata yang telah melekat
pada masyarakat modern di kota-kota. Kesibukannya terfokus pada pencarian
materi yaitu harta dan uang.
4. Jauh dari Tuhan
Segala sesuatu keburukan perilaku
manusia disebabkan karena dia jauh dari Tuhan. Sebab Tuhan mengajarkan agar
manusia berbuat baik. Jika keluarga jauh dari Tuhan dan mengutamakan materi
dunia semata maka kehancuran dalam keluarga itu akan terjadi.
5. Adanya masalah ekonomi
Dalam suatu keluarga mengalami
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Istri banyak menuntut hal-hal
di luar makan dan minum. Padahal dengan penghasilan suami sebagai buruh lepas,
hanya dapat memberi makan dan rumah petak tempat berlindung yang sewanya
terjangkau.
6. Kehilangan kehangatan di dalam
keluarga antara orang tua dan anak
Kurang atau putus komunikasi
diantara anggota keluarga menyebabkan hilangnya kehangatan di dalam keluarga
antara orang tua dan anak. Faktor kesibukan biasanya sering dianggap penyebab
utama dari kurangnya komunikasi.
7. Adanya masalah pendidikan
Masalah pendidikan sering menjadi
penyebab terjadinya broken home. Jika pendidikan agak lumayan pada suami istri
maka wawasan tentang kehidupan keluarga dapat dipahami oleh mereka.
Mengatasi Broken Home
1.Berpikir positif
Peristiwa yang kita alami kita lihat
dari sisi positifnya. Karena di balik semua masalah pasti ada hikmah yang dapat
kita petik. Jadikan itu semua sebagai proses pembelajaran bagi kita sebagai
remaja menuju tahap kedewasaan. Jauhkan segala pikiran buruk yang bisa
menjerumuskan kita ke jurang kehancuran, seperti memakai narkoba, minum-minuman
keras, malah sampai mencoba untuk bunuh diri.
Jangan terjebak dengan situasi dan
kondisi
Yang jelas, kita enggak boleh
terjebak dengan situasi dan menghakimi orangtua atau diri sendiri atas apa yang
terjadi serta marah dengan keadaan ini. Alangkah baiknya apabila kita bisa
memulai untuk menerima itu semua dan mencoba menjadi lebih baik. Keterpurukan
bukanlah jalan keluar. Sebaiknya sih kita bisa tegar dan mencoba bangkit untuk
menghadapi cobaan ini. Tetap berusaha itu kuncinya.
2.Mencoba hal-hal baru
Tidak ada salahnya kita mencoba
sesuatu yang baru, asal bersifat positif dan dapat membentuk karakter positif
di dalam diri kita. Contohnya, mencoba hobi baru, seperti olahraga ekstrem
(hiking, rafting, skating atau olahraga alam) yang dapat membuat kita bisa
lebih fresh (segar) dan melupakan hal-hal yang buruk.
3.Cari tempat untuk berbagi
Kita enggak sendirian lho, karena
manusia adalah makhluk sosial yang hidup berdampingan dengan orang lain.
Mencari tempat yang tepat untuk berbagi adalah solusi yang cukup baik buat
kita, contohnya teman, sahabat, pacar, atau mungkin juga saudara. Ya… usahakan
tempat kita berbagi itu adalah orang yang dapat dipercaya dan kita bisa enjoy
berkeluh kesah dengan dia.
Beberapa hal di atas dapat dijadikan
acuan buat kita karena sebenarnya semua permasalahan itu ada solusinya.
4.Jangan panik
Kita enggak bisa mengelak apabila itu terjadi
pada keluarga kita walaupun kita tidak menginginkannya. Enggak perlu panik
ataupun sampai depresi menghadapinya. Walaupun berat, kita juga musti bisa
menerimanya dengan bijak. Karena siapa sih yang mau hidup di tengah keluarga yang
broken home? Pasti semua anak enggak akan mau mengalaminya.
Hapuskan Budaya Jam Karet di
Indonesia.
Oleh Rochmatun Naili
Budaya
jam karet merupakan budaya yang sudah merajalela di mana-mana, termasuk negara
Indonesia. Dikancah dunia Internasional negara Indonesia sudah terkenal dengan budaya jam karet.
Budaya ini sudah menjadi tradisi yang tidak pernah absen dari kebiasaan
masyarakat Indonesia. Jam karet terlihat disemua lingkungan, baik itu
lingkungan pekerja kantor, pembisnis, dan lingkungkan pendidikan. Disorot dari
kacamata pendidikan tidak memungkiri budaya jam karet memang sudah membuming di
lingkungan pendidikan. Mulai dari subjek pendidikan, objek pendidikan, dan para
karyawannya. Padahal mereka para kaum terpelajar, entah tidak tahu atau tidak
mau tahu yang jelas masalah menghargai waktu mereka masih perlu belajar.
Jam
karet terjadi akibat orang-orang yang kurang menyadari dan tidak menghargai
pentingnya waktu. Pelaku jam karet lebih pantas jika disebut sang koruptor
waktu, mereka beranggapan “Tidak tepat waktu bukan masalah besar, yang penting
datang”. Anggapan seperti itu dijadikan kata pamungkas sebagai alasan
keterlambatan oleh orang-orang Indonesia yang pemalas. Biasanya jam karet
timbul karena seringnya seseorang menyepelekan waktu, awalnya biasa tetapi
kalau tidak dihentikan lama kelamaan akan berdampak negatif bagi dirinya
sendiri maupun orang lain. Yang jelas kebiasaan buruk para koruptor waktu harus
dibenahi dan lebel budaya jam karet harus dihapuskan dari negara Indonesia.
Para
koruptor waktu harus diberi peringatan agar mereka lebih bisa menghargai waktu
dan tidak seenaknya sendiri menyianyiakan waktu. Seperti kata pepatah “Lewat
satu menit sejuta kesempatan terlewatkan”, sungguh rugilah orang-orang
yang meyianyiakan waktunya. Hidup bermanfaat jika waktu dimanfaatkan.
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMENGARUHI BELAJAR
I.
PENDAHULUAN
Keberhasilan
seseorang dalam belajar sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Faktor
– faktor belajar yang dimaksud disini
adalah peristiwa belajar yang terjadi pada diri pembelajar, yang dapat
diamati dari perbedaan perilaku sebelum dan sesudah berada didalam proses
belajar, sebab dalam makna belajar adalah adanya perubahan perilaku seseorang
kearah yang lebih baik dalam melaksanakan pembelajaran. Faktor yang
mempengaruhi seseorang dalam belajar itu banyak jenisnya. Faktor – faktor
belajar itupun dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor intern yang berasal dari
dalam dan faktor ekstern yang berasal dari luar. Antara kedua faktor itu masing
masing bisa mempengaruhi seseorang untuk meningkatkan prestasinya yang
diperoleh dengan cara belajar.
Berikut
akan dijelaskan lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
dan peranan faktor-faktor tersebut dalam keberhasilan belajar.
II.
RUMUSAN
MASALAH
A. Apa Pengertian
Belajar?
B. Apa Saja Faktor-Faktor yang Memengaruhi Belajar?
C. Bagaimana Peran Faktor yang Memengaruhi Belajar terhadap Hasil
Belajar?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Belajar.
Menurut Dalyono (1994:49), Belajar
adalah suatu usaha atau kegiatan, yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam
diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu
pengetahuan serta keterampilan dan sebagainya. Belajar adalah kegiatan manusia
yang sangat penting dan harus dilakukan selama hidup, karena melalui belajar
dapat melakukan perbaikan dalam berbagai hal yang menyangkut kepentingan hidup,
dengan kata lain melalui belajar dapat memperbaiki nasib, menggapai cita-cita
yang didambakan.[1][1]
B.
Faktor-Faktor
yang Memengaruhi Belajar
1.
Faktor Internal
Faktor
Internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat
mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor internal ini meliputi faktor
fisiologis dan faktor psikologis.
a.
Faktor Fisiologis (Jasmaniah)
Faktor fisiologis meliputi segala hal yang berhubungan dengan
keadaan fisik atau jasmani individu yang bersangkutan. Keadaan jasmani yang
perlu diperhatikan sehubungan dengan faktor biologis ini dintaranya:
1)
Kondisi fisik yang normal.
Kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat
sejak dalam kandungan sampai dia lahir. Kondisi fisik yang normal ini terutama
harus meliputi keadaan otak, panca indra, anggota tubuh seperti tangan dan
kaki, dan organ-organ tubuh bagian dalam yang menentukan kondisi kesehatan
seseorang.
2)
Kondisi kesehatan fisik.
Kondisi kesehatan fisik yang sehat dan segar (fit)
sangat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang. Maka dari itu sangat diperlukan
hal-hal yang untuk menjaga kesehatan fisik tersebut, seperti; makan dan minum
harus teratur serta memenuhi persyaratan kesehatan, olahraga scukupnya, dan
istirahat yang cukup. Selain itu jika terjadi gangguan kesehatan, segeralah
berobat dan jangan membiasakan diri untuk membiarkan terjadinya gangguan
kesehatan secara berlarut-larut.
b.
Faktor Psikologis (Rohaniah)
Faktor psikologis ini
bekaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang
keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantapdan stabil. Kondisi
mental yang mantap dan stabil ini tampak dalam bentuk sikap mental yang positif
dalam menghadapi segala hal, terutama hal-hal yang berkaitan dalam proses
belajar. Selain berkaitan erat dengan sikap mental yang positif, faktor
psikologis ini meliputi pula hal-hal berikut:
1)
Intelegensi
Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang
memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Seseorang
yang mempunyai intelegensi jauh dibawah normal akan sulit diharapkan untuk
mencapai prestasi yang tinggi dalam proses belajar. Namun harus dipahami bahwa
seseorang yang mempunyai intelegensi tinggi namun tidak ditunjang oleh
faktor-faktor lain yang juga sebagai penunjang keberhasilan belajar, seperti
kemauan, kerajinan, dan fasilitas belajar. [2][2]
[1][1] Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2001), hlm.34
[2][2] Thursan Hakim, Belajar Secara efektif, (Jakarta: Puspa
Swara, 2000), hlm.11
2)
Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi
keefektifan kegiatan balajar siswa. Motivasilah yang yang mendorong siswa ingin
melakukan kegiatan belajar.[1][3]
Belajar perlu didukung oleh motivasi yang kuat dan konstan. Motivasi yang lemah
akan menyebabkan kurangnya usaha belajar, yang pada akhirnya akan berpengaruh
terhadap hasil belajar.[2][4]
Dari sudut sumbernya, motivasi dibagi menjadi dua,
yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ektrinsik.
a)
Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Menurut Arden N.
Frandsen (hayinah, 19992), yang termasuk dalam motivsi intrinsik untuk belajar
antara lain adalah:
(1) Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki
duniia yang lebih luas.
(2) Adanya sifat positif yang ada pada manusia
dan keinginan untuk maju.
(3) Adanya keinginan untuk mencapai prestasi
sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan orangtua, saudara,
guru, atau teman-teman, dan sebagainya.
(4) Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau
pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.
b)
Motivasi Ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik adalah faktor yang datang dari
luar dari individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar.
Seperti ujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orangtua, dan lain
senagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan memengaruhi
semangat belajar seseorang menjadi lemah.
3)
Minat
Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat adalah
salah satu faktor yang memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Jika
seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau
bahkan tidak mau belajar. Untuk membangkitkan minat belajar siswa ada beberapa
cara, diantaranya; pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari
semenarik mungkin dan tidak membosankan, materi itu disusun dengan melibatkan
seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, dan psikomotor) sehingga siswa
menjadi aktif dan tertari dengan materi yang disampaikan. Kedua; pemilihan
jurusan sebaiknya dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
4)
Sikap
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif
berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif
tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif
maupun negatif. Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan
senang pada performan guru, pelajran, atau limgkungan, sekitarnya. Dan untuk
mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya
berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung jawab terhadap
profesi yang dipilihnya. [1][5]
5)
Bakat
Bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberi
kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar, akan menjadi kecakapan yang
nyata. Seseorang yang tidak berbakat akan sukar untuk mempelajari sesuatu
secara mendalam. Menurut Hilgard dalam buku Slameto (2003: 58)“Bakat” adalah
kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan
yang nyata sesudah belajar atau berlatih.
6)
Daya ingat
Daya ingat merupakan faktor yang penting dalam
mempengaruhi keberhasilan belajar. Daya ingat mempunyai tahap-tahap dalam
mengingat suatu kejadian, Pertama, mencamkan (memasukkan) kesan. Kedua,
menyimpan kesan. Ketiga, mereproduksi (mengeluarkan kembali) kesan.
Dari sini daya ingat dapat didefinisikan sebagai daya jiwa untuk memasukkan,
menyimpan, dan mengeluarkan kembali suatu kesan. Kesan disini adalah gmbaran
yang tertinggal dalam jiwa.
7)
Daya konsentrasi
Daya konsentrasi merupakan suatu kemampuan untuk
memfokuskan pikiran, perasaan, kemauan, dan segenap panca indra ke satu objek
di dalam satu aktivitas itu. Kemampuan untuk melakukan konsentrasi itu
memerlukan kemampuan dalam menguasai diri (daya penguasaan diri).[1][6]
2.
Faktor Eksternal
Faktor
eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri dan dapat
mempengaruhi belajarnya. Faktor eksternal yang memengaruhi proses belajar dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan
non sosial.
1. Lingkungan
sosial
a. Lingkungan
sosial sekolah; seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dap
memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara
ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik disekolah.
b. Lingkungan
sosial masyarakat. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak
terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa
kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat
belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
c. Lingkungan
sosial keluarga. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga
(letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya memberi dampak terhadap aktivitas
belajar siswa. Jika hubungan keluarga dengan baik dan harmonis maka akan
membantu aktivitas belajar dengan baik.
Keluarga
yang memiliki banyak sumber bacaan dan anggota-anggota keluarganya gemar
membaca dan membaca akan memberikan dukungan yang positif terhadap perkembangan
belajar dari anak. Sebaliknya keluarga yang miskin dengan sumber bacaan dan
tidak senang membaca tidak akan mendorong anak-anaknya untuk senang belajar.
Hubungan yang akrab, dekat, penuh rasa kasih sayang-menyayangi, saling
mempercayai, saling membantu, saling tenggng rasa, dan saling mengerti.[1][7]
2. Lingkungan
non sosial
a. Lingkungan
alamiah.
Seperti
kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak
terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan
tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat
memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya jika kondisi lingkungan alam
tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.
b. Lingkungan
instrumental.
Lingkungan
instrumental yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan menjadi dua mcam.
Pertama hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas
belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya. Kedua software, seperti
kurikukulum sekolah, buku panduan, silabi, dan lain sebagainya.
c. Faktor
materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa)
Faktor
ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa. Karena itu agar guru
dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka
guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat
diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.[1][8]
d. Faktor Waktu
Bahwa
waktu (kesempatan) merupakan faktor yang cukup penting. Kebanyakan pelajar
tidak bisa membagi atau memanfaatkan waktu dengan seimbang antara waktu belajar
dengan waktu istirahat (refreshing). Maka seseorang yang memiliki hasil belajar
yang baik mereka dapat menggunakan dan membagi waktunya dengan baik. Perlu
dipahami bahwa refresing atau hiburan tidak ada salahnya kita adakan dalam
mengisi waktu, karena hiburan atau rekreasi bermanfaat untuk menyegarkan
pikiran.[2][9]
C.
Peran Faktor yang
Memengaruhi Belajar terhadap Hasil Belajar
Faktor-faktor yang telah di terangkan diatas
dalam banyak hal saling berkaitan dan memengaruhi satu sama lain. Seorang siswa
yang bersikap conserving terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif
ekstrinsik (faktor eksternal) umpanya biasanya cenderung mengambil pendekatan
belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, jika seorang siswa yang
beriniteligensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari
orangtuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar yang
lebih mementingkan kualitas hasil belajar. Jadi, karena pengaruh faktor-faktor
tersebut diataslah, muncul siswa-siswa yang high-achievers (berpestasi
tinggi) dan underachievers (berprestasi rendah) atau gagal sama sekali.
Dalam hal ini, seorang guru yang kompoten dan profesional diharapkan mampu
mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa yang
menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor
yang menghambat proses belajar mereka.[1][10]
Dalam faktor-faktor yang memengaruhi belajar siswa seperti
yang telah diterangkan diatas, faktor psikologis (rohaniyah) terdapat faktor
bakat. Peran bakat dalam keberhasilan belajar ada yang mengatakan bahwa bakat
sangatlah berperan penting dalam hasil belajar. Hubungan antara bakat dengan
prestasi belajar yaitu; Perwujudan nyata dari bakat dan kemampuan adalah
prestasi (Utami Munandar, 1992), karena bakat dan kemampuan sangat menetukan
prestasi seseorang. Orang yang memiliki bakat matematika diprediksikan mampu mencapai
prestasi yang menonjol dibidang matematika. Prestasi yang menonjol dibidang
matematika merupakan cerminan dari bakat khusus yang dimiliki dalam bidang
tersebut.
Perlu ditekankan bahwa karena bakat masih bersifat potensial,
seseorang yang berbakat belum tentu mencapai prestasi yang tinggi dalam
bidangnya jika tidak mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan bakatnya secara
maksimal. Bakat khusus yang memperoleh kesempatan maksimal dan dikembangkan
sejak dini serta didukung oleh fasilitas dan motivasi yang tinggi, akan dapat
terealisasikan dalam bentuk prestasi unggul.[2][11]
Peran bakat dalam keberhasilan belajar yaitu
dapat diringkas bahwasanya individu yang memiliki bakat khusus dan memperoleh
dukungan internal maupun eksternal, yaitu memiliki minat yang tinggi terhadap
bidang yang menjadi
[1][10] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,
(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2010), hlm. 129-130
[2][11] Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan
Peserta Didik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 80
bakat khususnya, memiliki motivasi berprestasi yang tinggi,
memilki daya juang tinggi, dan ada kesempatan maksimal untuk mengembangkan
bakat khusus tersebut secara optimal maka akan memunculkan kinerja atau
kemampuan unggul dan mencapai prestasi yang menonjol.[1][12]
IV.
KESIMPULAN
Belajar
adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku
sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan
akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Faktor
internal yaitu faktor faktor yang berasal dari dalam diri seseorang itu sendiri
dan dapat memengaruhi terhadap belajarnya. Faktor internal dibedakan menjadi
dua yaitu faktor fisiologis, dan faktor
psikologis.
Faktor eksternal yaitu faktor faktor yang berasal dari
lingkungan luar dan dapat mempengaruhi terhadap belajarnya. Faktor eksternal
dibedakan menjadi dua, yaitu lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.
Lingkungan sosial meliputi; lingkungan sosial sekolah, lingkungan sosial
masyarakat, dan lingkungan sosial keluarga. Sedangkan lingkungan non sosial
meliputi; lingkungan alamiah. lingkungan instrumental, faktor materi pelajaran,
dan faktor waktu.
Peran faktor yang mempengaruhi belajar terhadap hasil belajar,
salah satunya yaitu bakat, bakat yaitu faktor yang berasal dari faktor
psikologi (rohaniyah). Peran bakat dalam keberhasilan belajar yaitu dapat
diringkas bahwasanya indiviu yang memiliki bakat khusus dan memperoleh dukungan
internal maupun eksternal, yaitu memiliki minat yng tinggi terhadap bidang yang
menjadi bakat khususnya, memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, memilki
daya juang tinggi, dan ada kesempatan maksimal untuk mengembangkan bakat khusus
tersebut secara optimal maka akan memunculkan kinerja atau kemampuan unggul dan
mencapai prestasi yang menonjol.
V.
PENUTUP
Demikian makalah ini saya buat. Saya
sadar bahwa makalah ini
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sangat
diharapkan agar makalah yang kedepan dapat lebih baik. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi semuanya, Amin.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali, Mohammad
dan Mohammad Asrori. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Bumi Aksara. 2008
Baharuddin dan
Nur Wahyuni. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Ar-Ruzz Media.
2010
Hakim, Thursan.
Belajar Secara efektif. Jakarta: Puspa Swara. 2000
Mustaqim. Psikologi
Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2001
Sukmadinata,
Nana Syaodah. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT.Remaja
Rosda Karya. 2009
Syah, Muhibbin.
Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya. 2010.
[1][1] Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2001), hlm.34
[2][2] Thursan Hakim, Belajar Secara efektif, (Jakarta: Puspa
Swara, 2000), hlm.11
2)
Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi
keefektifan kegiatan balajar siswa. Motivasilah yang yang mendorong siswa ingin
melakukan kegiatan belajar.[1][3]
Belajar perlu didukung oleh motivasi yang kuat dan konstan. Motivasi yang lemah
akan menyebabkan kurangnya usaha belajar, yang pada akhirnya akan berpengaruh
terhadap hasil belajar.[2][4]
Dari sudut sumbernya, motivasi dibagi menjadi dua,
yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ektrinsik.
a)
Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Menurut Arden N.
Frandsen (hayinah, 19992), yang termasuk dalam motivsi intrinsik untuk belajar
antara lain adalah:
(1) Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki
duniia yang lebih luas.
(2) Adanya sifat positif yang ada pada manusia
dan keinginan untuk maju.
(3) Adanya keinginan untuk mencapai prestasi
sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan orangtua, saudara,
guru, atau teman-teman, dan sebagainya.
(4) Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau
pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.
b)
Motivasi Ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik adalah faktor yang datang dari
luar dari individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar.
Seperti ujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orangtua, dan lain
senagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan memengaruhi
semangat belajar seseorang menjadi lemah.
3)
Minat
Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat adalah
salah satu faktor yang memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Jika
seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau
bahkan tidak mau belajar. Untuk membangkitkan minat belajar siswa ada beberapa
cara, diantaranya; pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari
semenarik mungkin dan tidak membosankan, materi itu disusun dengan melibatkan
seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, dan psikomotor) sehingga siswa
menjadi aktif dan tertari dengan materi yang disampaikan. Kedua; pemilihan
jurusan sebaiknya dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
4)
Sikap
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif
berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif
tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif
maupun negatif. Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan
senang pada performan guru, pelajran, atau limgkungan, sekitarnya. Dan untuk
mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya
berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung jawab terhadap
profesi yang dipilihnya. [1][5]
5)
Bakat
Bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberi
kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar, akan menjadi kecakapan yang
nyata. Seseorang yang tidak berbakat akan sukar untuk mempelajari sesuatu
secara mendalam. Menurut Hilgard dalam buku Slameto (2003: 58)“Bakat” adalah
kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan
yang nyata sesudah belajar atau berlatih.
6)
Daya ingat
Daya ingat merupakan faktor yang penting dalam
mempengaruhi keberhasilan belajar. Daya ingat mempunyai tahap-tahap dalam
mengingat suatu kejadian, Pertama, mencamkan (memasukkan) kesan. Kedua,
menyimpan kesan. Ketiga, mereproduksi (mengeluarkan kembali) kesan.
Dari sini daya ingat dapat didefinisikan sebagai daya jiwa untuk memasukkan,
menyimpan, dan mengeluarkan kembali suatu kesan. Kesan disini adalah gmbaran
yang tertinggal dalam jiwa.
7)
Daya konsentrasi
Daya konsentrasi merupakan suatu kemampuan untuk
memfokuskan pikiran, perasaan, kemauan, dan segenap panca indra ke satu objek
di dalam satu aktivitas itu. Kemampuan untuk melakukan konsentrasi itu
memerlukan kemampuan dalam menguasai diri (daya penguasaan diri).[1][6]
2.
Faktor Eksternal
Faktor
eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri dan dapat
mempengaruhi belajarnya. Faktor eksternal yang memengaruhi proses belajar dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan
non sosial.
1. Lingkungan
sosial
a. Lingkungan
sosial sekolah; seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dap
memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara
ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik disekolah.
b. Lingkungan
sosial masyarakat. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak
terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa
kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat
belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
c. Lingkungan
sosial keluarga. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga
(letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya memberi dampak terhadap aktivitas
belajar siswa. Jika hubungan keluarga dengan baik dan harmonis maka akan
membantu aktivitas belajar dengan baik.
Keluarga
yang memiliki banyak sumber bacaan dan anggota-anggota keluarganya gemar
membaca dan membaca akan memberikan dukungan yang positif terhadap perkembangan
belajar dari anak. Sebaliknya keluarga yang miskin dengan sumber bacaan dan
tidak senang membaca tidak akan mendorong anak-anaknya untuk senang belajar.
Hubungan yang akrab, dekat, penuh rasa kasih sayang-menyayangi, saling
mempercayai, saling membantu, saling tenggng rasa, dan saling mengerti.[1][7]
2. Lingkungan
non sosial
a. Lingkungan
alamiah.
Seperti
kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak
terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan
tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat
memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya jika kondisi lingkungan alam
tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.
b. Lingkungan
instrumental.
Lingkungan
instrumental yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan menjadi dua mcam.
Pertama hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas
belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya. Kedua software, seperti
kurikukulum sekolah, buku panduan, silabi, dan lain sebagainya.
c. Faktor
materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa)
Faktor
ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa. Karena itu agar guru
dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka
guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat
diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.[1][8]
d. Faktor Waktu
Bahwa
waktu (kesempatan) merupakan faktor yang cukup penting. Kebanyakan pelajar
tidak bisa membagi atau memanfaatkan waktu dengan seimbang antara waktu belajar
dengan waktu istirahat (refreshing). Maka seseorang yang memiliki hasil belajar
yang baik mereka dapat menggunakan dan membagi waktunya dengan baik. Perlu
dipahami bahwa refresing atau hiburan tidak ada salahnya kita adakan dalam
mengisi waktu, karena hiburan atau rekreasi bermanfaat untuk menyegarkan
pikiran.[2][9]
C.
Peran Faktor yang
Memengaruhi Belajar terhadap Hasil Belajar
Faktor-faktor yang telah di terangkan diatas
dalam banyak hal saling berkaitan dan memengaruhi satu sama lain. Seorang siswa
yang bersikap conserving terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif
ekstrinsik (faktor eksternal) umpanya biasanya cenderung mengambil pendekatan
belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, jika seorang siswa yang
beriniteligensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari
orangtuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar yang
lebih mementingkan kualitas hasil belajar. Jadi, karena pengaruh faktor-faktor
tersebut diataslah, muncul siswa-siswa yang high-achievers (berpestasi
tinggi) dan underachievers (berprestasi rendah) atau gagal sama sekali.
Dalam hal ini, seorang guru yang kompoten dan profesional diharapkan mampu
mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa yang
menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor
yang menghambat proses belajar mereka.[1][10]
Dalam faktor-faktor yang memengaruhi belajar siswa seperti
yang telah diterangkan diatas, faktor psikologis (rohaniyah) terdapat faktor
bakat. Peran bakat dalam keberhasilan belajar ada yang mengatakan bahwa bakat
sangatlah berperan penting dalam hasil belajar. Hubungan antara bakat dengan
prestasi belajar yaitu; Perwujudan nyata dari bakat dan kemampuan adalah
prestasi (Utami Munandar, 1992), karena bakat dan kemampuan sangat menetukan
prestasi seseorang. Orang yang memiliki bakat matematika diprediksikan mampu mencapai
prestasi yang menonjol dibidang matematika. Prestasi yang menonjol dibidang
matematika merupakan cerminan dari bakat khusus yang dimiliki dalam bidang
tersebut.
Perlu ditekankan bahwa karena bakat masih bersifat potensial,
seseorang yang berbakat belum tentu mencapai prestasi yang tinggi dalam
bidangnya jika tidak mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan bakatnya secara
maksimal. Bakat khusus yang memperoleh kesempatan maksimal dan dikembangkan
sejak dini serta didukung oleh fasilitas dan motivasi yang tinggi, akan dapat
terealisasikan dalam bentuk prestasi unggul.[2][11]
Peran bakat dalam keberhasilan belajar yaitu
dapat diringkas bahwasanya individu yang memiliki bakat khusus dan memperoleh
dukungan internal maupun eksternal, yaitu memiliki minat yang tinggi terhadap
bidang yang menjadi
[1][10] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,
(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2010), hlm. 129-130
[2][11] Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan
Peserta Didik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 80
bakat khususnya, memiliki motivasi berprestasi yang tinggi,
memilki daya juang tinggi, dan ada kesempatan maksimal untuk mengembangkan
bakat khusus tersebut secara optimal maka akan memunculkan kinerja atau
kemampuan unggul dan mencapai prestasi yang menonjol.[1][12]
IV.
KESIMPULAN
Belajar
adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku
sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan
akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Faktor
internal yaitu faktor faktor yang berasal dari dalam diri seseorang itu sendiri
dan dapat memengaruhi terhadap belajarnya. Faktor internal dibedakan menjadi
dua yaitu faktor fisiologis, dan faktor
psikologis.
Faktor eksternal yaitu faktor faktor yang berasal dari
lingkungan luar dan dapat mempengaruhi terhadap belajarnya. Faktor eksternal
dibedakan menjadi dua, yaitu lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.
Lingkungan sosial meliputi; lingkungan sosial sekolah, lingkungan sosial
masyarakat, dan lingkungan sosial keluarga. Sedangkan lingkungan non sosial
meliputi; lingkungan alamiah. lingkungan instrumental, faktor materi pelajaran,
dan faktor waktu.
Peran faktor yang mempengaruhi belajar terhadap hasil belajar,
salah satunya yaitu bakat, bakat yaitu faktor yang berasal dari faktor
psikologi (rohaniyah). Peran bakat dalam keberhasilan belajar yaitu dapat
diringkas bahwasanya indiviu yang memiliki bakat khusus dan memperoleh dukungan
internal maupun eksternal, yaitu memiliki minat yng tinggi terhadap bidang yang
menjadi bakat khususnya, memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, memilki
daya juang tinggi, dan ada kesempatan maksimal untuk mengembangkan bakat khusus
tersebut secara optimal maka akan memunculkan kinerja atau kemampuan unggul dan
mencapai prestasi yang menonjol.
V.
PENUTUP
Demikian makalah ini saya buat. Saya
sadar bahwa makalah ini
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sangat
diharapkan agar makalah yang kedepan dapat lebih baik. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi semuanya, Amin.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali, Mohammad
dan Mohammad Asrori. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Bumi Aksara. 2008
Baharuddin dan
Nur Wahyuni. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Ar-Ruzz Media.
2010
Hakim, Thursan.
Belajar Secara efektif. Jakarta: Puspa Swara. 2000
Mustaqim. Psikologi
Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2001
Sukmadinata,
Nana Syaodah. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT.Remaja
Rosda Karya. 2009
Syah, Muhibbin.
Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya. 2010.
No comments:
Post a Comment