BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Makna
dan hakikat belajar diartikan sebagai proses membangun makna/pemahaman terhadap
informasi dan/atau pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan
sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan
persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa (Indra Jati Sidi,
2004:4). Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan
guru. Buktinya, hasil ulangan siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang
sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama.
Pembelajaran
yang bermakna akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan.
Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses
pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya
sendiri. Dalam konteks ini siswa mengalami dan melakukannya sendiri. Proses
pembelajaran yang berlangsung melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan
sendiri suatu konsep. Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator dan moderator
dalam proses pembelajaran tersebut.
Merunut
Kurikulum Berbasis Kompetensi yang disempurnakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan bahwa setiap individu mempunyai potensi yang harus dikembangkan,
maka proses pembelajaran yang cocok adalah yang menggali potensi anak untuk selalu
kreatif dan berkembang.
Namun
kenyataan di lapangan belum menunjukkan ke arah pembelajaran yang bermakna. Para pendidik masih perlu penyesuaian dengan KTSP, para
guru sendiri belum siap dengan kondisi yang sedemikian plural sehingga untuk
mendesain pembelajaran yang bermakna masih kesulitan. Sistem pembelajaran duduk
tenang, mendengarkan informasi dari guru sepertinya sudah membudaya sejak dulu,
sehingga untuk mengadakan perubahan ke arah pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan
agak sulit.
Berdasarkan
pengamatan awal terhadap proses pembelajaran Matematika di MI Miftahul Jannah
Pait informasi bahwa selama proses pembelajaran, guru belum memberdayakan
seluruh potensi dirinya sehingga sebagian besar siswa belum mampu mencapai
kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan.
Beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa baru mampu
menghafal fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif lainnya
pada tingkat ingatan, mereka belum dapat menggunakan dan menerapkannya secara
efektif dalam pemecahan masalah sehari-hari yang kontekstual.
Pembelajaran
Matematika juga tidak luput dari kecenderungan proses pembelajaran teacher
centered. Kondisi demikian tentu membuat proses pembelajaran hanya dikuasai
guru. Apalagi pembelajaran Matematika merupakan mata pelajaran sarat materi
sehingga siswa dituntut memiliki pemahaman yang holistik terhadap materi yang
disampaikan guru.
Upaya
untuk membangkitkan minat siswa kelas IV MI Miftahul Jannah Pait Kecamatan
Kasembon Kabupaten Malang dalam pembelajaran Matematika sudah dilakukan guru
kelas dengan berbagai macam cara, seperti memberi kesempatan siswa untuk
bertanya dan mengemukakan gagasan, serta mendesain pembelajaran dalam bentuk
diskusi kelompok. Namun demikian, hasil pembelajaran Mateamtika pada Ulangan
Harian Semester I Tahun Pelajaran 2008/2009 belum begitu memuaskan. Hal
tersebut dapat dilihat dari rata-rata nilai Matematika yang hanya 62,57 berada
pada urutan ke-4 setelah Bahasa Indonesia (rata-rata 79,22), Ilmu Pengetahuan
Alam (rata-rata 76,35), dan Ilmu Pengetahuan Sosial (rata-rata 74,12).
Terkait
belum optimalnya hasil belajar Matematika siswa kelas IV MI Miftahul Jannah
Pait Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang, maka penulis berupaya untuk
menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing secara kolaborasi sebagai salah
satu alternatif pembelajaran bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang
aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Berdasarkan
kondisi tersebut maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian tindakan
kelas sebagai upaya untuk perbaikan dalam pembelajaran dengan judul: "” Upaya
Meningkatkan Minat Belajar Bilangan Romawi dengan Menggunakan Metode Snowball Throwing Kelas IV di
MI Miftahul Jannah Pait Kecamatan
Kasembon Kabupaten Malang Tahun Pelajaran 2008/2009
”
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah pada penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :
“
Apakah dengan menggunakan metode snowball throwing dapat meningkatkan minat belajar bilangan romawi kelas
IV di
MI Miftahul Jannah Pait Kecamatan
Kasembon Kabupaten Malang Tahun
Pelajaran 2008/2009 ? ”
C.
Tujuan
Perbaikan
Adapun tujuan program ini adalah :
“
Untuk mengetahui minat belajar bilangan romawi siswa kelas IV
di MI Miftahul Jannah Pait Kecamatan Kasembon
Kabupaten Malang Tahun Pelajaran 2008/2009 ”
D.
Manfaat
Perbaikan
Dengan adanya penelitian tindakan kelas ini sebagai program
perbaikan pembelajaran memberikan
manfaat yang besar antara lain :
1.Bagi Guru
Guru
dapat mengetahui macam-macam metode yang bervariasi, salah satunya snowball
throwing. Guru dapat mengetahui cara pemilihan dan penggunaan metode dan media
yang sesuai dengan tujuan dan materi yang akan diberikan. Sehingga masalah yang
dihadapi guru yang berhubungan dengan materi dan siswa dapat diminimalkan serta
tujuan pembelajaran akan mudah tercapai.
2.Bagi Siswa
Dengan
adanya program perbaikan ini, siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat diatasi, yang selanjutnya hasil belajar siswa
akan mengingkat.
3.Bagi Sekolah
Dari
hasil penelitian dapat dijadikan acuan dan rekomendasi bagi kepala sekolah
dalam usaha perbaikan proses pembelajaran dikelas. Sekolah bisa menambah sarana
dan prasarana sehingga mutu pendidikan dapat meningkat. Serta sekolah juga bisa
menyediakan fasilitas dan biaya bagi pengembangan da peningkatan skill keguruan
para pendidik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Pengertian Minat Belajar
Dalam memudahkan
pemahaman tentang minat belajar, maka
dalam pembahasan ini terlebih dahulu akan diuraikan menjadi minat dan
belajar.
1. Pengertian minat
Secara
bahasa minat berarti
kecenderungan hati yang
tinggi terhadap sesuatu (Balai
Pustaka 1990 : 583). Minat merupakan
sifat yang relatif menetap pada
diri seseorang. Minat besar
sekali pengaruhnya terhadap
kegiatan seseorang sebab
dengan minat ia
akan melakukan sesuatu
yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak
mungkin melakukan sesuatu.
Sedangkan
pengertian minat secara
istilah telah banyak
dikemukakan oleh para ahli, di antaranya yang dikemukakan oleh
Hilgard yang dikutip oleh Slameto
menyatakan “Interest is
persisting tendency to pay
attention to end enjoy some activity and content.” (Slameto :1991, 57).
Sardiman A. M. berpendapat bahwa minat diartikan
sebagai suatu kondisi yang terjadi
apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi
yang dihubungkan dengan
keinginan-keinginan atau kebutuhan- kebutuhannya sendiri
(Sardiman A. M :1988, 76).
Sedangkan
menurut I. L.
Pasaribu dan Simanjuntak
mengartikan minat sebagai suatu motif
yang menyebabkan individu berhubungan
secara aktif dengan sesuatu yang menariknya (Pasaribu dan
Simanjuntak: 1983,52).
Selanjutnya menurut Zakiah
Daradjat, dkk., mengartikan
minat adalah kecenderungan
jiwa yang tetap
ke jurusan sesuatu
hal yang berharga bagi orang (Zakiah
Daradjat,dkk:1995,133).
Dari
beberapa definisi yang
dikemukakan oleh para
ahli seperti yang
dikutip di atas
dapat disimpulkan bahwa,
minat adalah kecenderungan
seseorang terhadap obyek
atau sesuatu kegiatan
yang digemari yang
disertai dengan perasaan
senang, adanya perhatian,
dan keaktifan berbuat.
2. Pengertian belajar
Belajar menurut bahasa adalah usaha (berlatih) dan
sebagai upaya mendapatkan kepandaian (Balai Pustaka: 1976, 965).
Sedangkan menurut istilah yang
dipaparkan oleh beberapa ahli, di
antaranya oleh Ahmad Fauzi yang
mengemukakan belajar adalah suatu proses
di mana suatu tingkah laku ditimbulkan
atau diperbaiki melalui
serentetan reaksi atas
situasi (atau rangsang)
yang terjadi (Ahmad Fauzi: 2004,
2 ).
Kemudian Slameto mengemukakan pendapat
dari Gronback yang mengatakan “Learning is show by a behavior as a result of
experience” (Slameto :1991, 57). Selanjutnya Moh.Uzer Usman
dan Lilis Setiawati
mengartikan belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adanya interaksi antara
individu dengan individu dan individu dengan lingkungan sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan
lingkungannya(Moh. Uzer Usman: 2002, 4).
Nana
Sudjana mengatakan belajar adalah
proses yang aktif,
belajar adalah mereaksi
terhadap semua situasi
yang ada di
sekitar individu. Belajar
adalah proses yang
diarahkan kepada tujuan,
proses berbuat melalui
berbagai pengalaman. Belajar
adalah proses melihat,
mengamati, memahami sesuatu. (Nana Sudjana: 1987, 14)
Dari
beberapa pengertian belajar
yang telah dikemukakan
oleh para ahli
tersebut, dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah
suatu perubahan tingkah
laku individu dari
hasil pengalaman dan
latihan. Perubahan tingkah
laku tersebut, baik
dalam aspek pengetahuannya (kognitif), keterampilannya (psikomotor),
maupun sikapnya (afektif).
Dari
pengertian minat dan
pengertian belajar seperti
yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa minat belajar adalah sesuatu
keinginan atau kemauan yang disertai perhatian dan keaktifan yang disengaja yang akhirnya melahirkan rasa
senang dalam perubahan
tingkah laku, baik
berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan.
B. Unsur-Unsur Minat dan Fungsi Minat dalam
Belajar
1. Unsur-unsur minat
a. Perhatian
Perhatian sangatlah penting dalam mengikuti kegiatan
dengan baik, dan hal ini akan berpengaruh pula terhadap minat siswa dalam belajar.
Menurut Sumadi Suryabrata
perhatian adalah banyak
sedikitnya kesadaran yang
menyertai sesuatu aktivitas
yang dilakukan. (Sumadi
Suryabrata: 1989,14). Kemudian Wasti Sumanto
berpendapat “perhatian adalah
pemusatan tenaga atau
kekuatan jiwa tertentu
kepada suatu obyek,
atau pendayagunaan kesadaran
untuk menyertai suatu
aktivitas. (Wasty Sumanto: 1984, 32)
Aktivitas
yang disertai dengan
perhatian intensif akan
lebih sukses dan prestasinya
pun akan
lebih tinggi. Maka dari itu
sebagai seorang guru
harus selalu berusaha
untuk menarik perhatian
anak didiknya sehingga mereka
mempunyai minat terhadap pelajaran yang
diajarkannya. Orang yang
menaruh minat pada
suatu aktivitas akan
memberikan perhatian yang
besar. Ia tidak
segan mengorbankan waktu
dan tenaga demi
aktivitas tersebut. Oleh
karena itu seorang
siswa yang mempunyai perhatian
terhadap suatu pelajaran,
ia pasti akan berusaha keras
untuk memperoleh nilai yang bagus yaitu dengan
belajar.
b. Perasaan
Unsur yang tak
kalah pentingnya adalah
perasaan dari anak didik
terhadap pelajaran yang
diajarkan oleh gurunya.
Perasaan didefinisikan
sebagai gejala psikis
yang bersifat subjektif
yang umumnya berhubungan dengan
gejala-gejala mengenal dan dialami dalam kualitas senang atau tidak
dalam berbagai taraf (Sumadi Suryabrata: 1989).
Tiap aktivitas
dan pengalaman yang
dilakukan akan selalu
diliputi oleh suatu perasaan,
baik perasaan senang maupun
perasaan tidak senang.
Perasaan umumnya bersangkutan
dengan fungsi mengenal
artinya perasaan dapat
timbul karena mengamati,
menganggap, mengingat-ingat atau memikirkan sesuatu.
Yang
dimaksud dengan perasaan
di sini adalah
perasaan senang dan
perasaan tertarik. perasaan merupakan aktivitas
psikis yang di
dalamnya subjek menghayati nilai-nilai
dari suatu objek. (W.S. Winkell: 1983). Perasaan sebagai
faktor psikis non
intelektual, yang khusus
berpengaruh terhadap semangat
belajar. Jika seorang
siswa mengadakan penilaian yang
agak spontan melalui
perasaannya tentang
pengalaman belajar di
sekolah, dan penilaian
itu menghasilkan penilaian yang
positif maka akan
timbul perasaan senang di
hatinya akan tetapi
jika penilaiannya negatif maka
timbul perasaan tidak senang.
Perasaan
senang akan menimbulkan
minat, yang diperkuat
dengan sikap yang
positif. Sedangkan perasaan
tidak senang akan
menghambat dalam mengajar, karena tidak adanya sikap yang positif
sehingga tidak menunjang minat dalam belajar.
c. Motif
Kata motif diartikan
sebagai daya upaya
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya
penggerak dari dalam
dan di dalam
subyek untuk melakukan
kreativitas tertentu demi mencapai
suatu tujuan (Sardiman AM: 1986).
Menurut Sumadi Suryabrata, motif adalah
keadaan dalam pribadi
orang yang mendorong individu
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencari suatu tujuan (Sumadi
Suryabrata, 1989).
Seseorang melakukan
aktivitas belajar karena ada
yang mendorongnya. Dalam hal ini
motivasi sebagai dasar
penggeraknya yang mendorong
seseorang untuk belajar.
Dan minat merupakan
potensi psikologi yang dapat dimanfaatkan untuk menggali motivasi
bila seseorang sudah
termotivasi untuk belajar,
maka dia akan melakukan aktivitas belajar dalam
rentangan waktu tertentu.
Ketiadaan
minat terhadap suatu
mata pelajaran menjadi
pangkal penyebab kenapa anak didik tidak bergeming untuk mencatat
apa-apa yang telah
disampaikan oleh guru.
Itulah sebagai pertanda bahwa anak
didik tidak mempunyai
motivasi untuk belajar.
Oleh karena itu
guru harus bisa
membangkitkan minat anak
didik. Sehingga anak
didik yang pada
mulanya tidak ada
hasrat untuk belajar,
tetapi karena ada
sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar.
Dalam
proses belajar, motivasi
sangat diperlukan, sebab seseorang yang
tidak mempunyai motivasi
dalam belajar, tak
akan mungkin melakukan
aktivitas belajar. Hal ini
merupakan pertanda bahwa sesuatu
yang akan dikerjakan
itu tidak menyentuh
kebutuhannya. Dan segala sesuatu yang menarik minat orang tertentu
selama sesuatu itu
tidak bersentuhan dengan
kebutuhannya. Oleh karena itu,
apa yang seseorang
lihat sudah tentu
membangkitkan minatnya sejauh apa yang ia
lihat itu mempunyai hubungan
dengan kepentingannya sendiri.
Jadi
motivasi merupakan dasar
penggerak yang mendorong
aktivitas belajar seseorang
sehingga ia berminat
terhadap sesuatu objek, karena minat adalah alat motivasi dalam belajar.
2. Fungsi minat dalam belajar
Minat
merupakan salah satu
faktor yang dapat
mempengaruhi usaha yang
dilakukan seseorang. Minat
yang kuat akan
menimbulkan usaha yang
gigih serius dan
tidak mudah putus
asa dalam menghadapi
tantangan. Jika seorang
siswa memiliki rasa ingin
belajar, ia akan
cepat dapat mengerti dan
mengingatnya.
Elizabeth B. Hurlock menulis tentang fungsi minat bagi
kehidupan anak sebagaimana yang ditulis
oleh Abdul Wahid sebagai berikut:
a. Minat
mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita.
Sebagai
contoh anak yang
berminat pada olah
raga maka cita-citanya adalah
menjadi olahragawan yang berprestasi,
sedang anak yang
berminat pada kesehatan
fisiknya maka cita-citanya
menjadi dokter.
b. Minat
sebagai tenaga pendorong yang kuat.
Minat anak untuk menguasai pelajaran bisa
mendorongnya untuk belajar
kelompok di tempat
temannya meskipun suasana
sedang hujan.
c. Prestasi
selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas.
Minat seseorang meskipun diajar oleh guru yang sama
dan diberi pelajaran tapi
antara satu anak
dan yang lain mendapatkan jumlah
pengetahuan yang berbeda.
Hal ini terjadi
karena berbedanya daya serap mereka dan daya serap ini dipengaruhi
oleh intensitas minat mereka.
d. Minat yang terbentuk sejak kecil/masa kanak-kanak
sering terbawa seumur hidup karena minat
membawa kepuasan.
Minat
menjadi guru yang
telah membentuk sejak
kecil sebagai misal akan terus
terbawa sampai hal ini menjadi kenyataan.
Apabila ini terwujud maka
semua suka duka menjadi
guru tidak akan dirasa karena semua tugas dikerjakan
dengan penuh sukarela. Dan apabila
minat ini tidak
terwujud maka bisa
menjadi obsesi yang akan dibawa sampai mati. (Abdul Wahid
:1998).
Dalam
hubungannya dengan pemusatan
perhatian, minat mempunyai
peranan dalam “melahirkan
perhatian yang serta
merta, memudahkan
terciptanya pemusatan perhatian,
dan mencegah gangguan perhatian
dari luar. ( The Liang Gie: 2004).
Oleh
karena itu minat
mempunyai pengaruh yang
besar dalam belajar
karena bila bahan
pelajaran yang dipelajari
tidak sesuai dengan minat
siswa maka siswa
tersebut tidak akan
belajar dengan sebaik- baiknya, sebab
tidak ada daya
tarik baginya. Sedangkan
bila bahan pelajaran
itu menarik minat
siswa, maka ia
akan mudah dipelajari
dan disimpan karena adanya minat
sehingga menambah kegiatan belajar.
Fungsi minat
dalam belajar lebih
besar sebagai motivating
force yaitu sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat
kepada pelajaran akan
tampak terdorong terus
untuk tekun belajar,
berbeda dengan siswa
yang sikapnya hanya menerima pelajaran.
mereka hanya tergerak
untuk mau belajar tetapi
sulit untuk terus
tekun karena tidak
ada pendorongnya. Oleh sebab
itu untuk memperoleh hasil yang baik dalam belajar seorang
siswa harus mempunyai minat
terhadap pelajaran sehingga akan
mendorong ia untuk terus belajar.
C.
Ragam Metode Pembelajaran Interaktif
Pembelajaran, Menurut Usman ( 2000 : 4 ) “ proses
pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru
dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan tertentu” Proses pembelajaran merupakan
interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam pembelajaran yang satu
sama lain saling berhubungan dalam sebuah rangkaian untuk mencapai tujuan.
Menurut Sudjana ( 1989 : 30 ) yang termasuk dalam
komponen pembelajaran adalah “ tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian
“Metode mengajar yang digunakan guru hampir tidak ada yang sisa-sia, karena
metode tersebut mendatangkan hasil dalam waktu dekat atau dalam waktu yang relatif
lama.
Hasil yang dirasakan dalam waktu dekat dikatakan sebagai
dampak langsung (Instructional effect) sedangkan hasil yang dirasakan dalam
waktu yang reltif lama disebut dampak pengiring (nurturant effect) biasanya
bekenaan dengan sikap dan nilai. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000,194)Macam-macam
Metode Pembelajaran :
1. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan
metode tradisonal. Karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat
komunikasi lisan antara guru dan anak didik dalam interaksi edukatif.
a. Kelebihan Metode Ceramah
1) Guru mudah menguasai kelas
2) Mudah dilaksanakan
3) Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
4) Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar.
b. Kekurangan
Metode Ceramah
1) Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
2) Anak didik yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi rugi dan
anak didik yang lebih tanggap
auditifnya dapat lebih besar
menerimanya.
3) Bila terlalu lama membosankan
3) Bila terlalu lama membosankan
4) Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
5) Menyebabkan anak didik pasif.
5) Menyebabkan anak didik pasif.
2. Metode Proyek
Metode proyek adalah suatu cara mengajar yang
memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menggunakan unit-unit kehidupan
sehari-hari sebagai bahan pelajarannya. Bertujuan agar anak didik tertarik
untuk belajar.
a. Kelebihan Metode Proyek
1) Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang
sempit menjadi lebih
luas dan
menyeluruh dalam memandang dan memecahkan masalah
yang
dihadapi dalam kehidupan.
2) Melalui metode ini, anak didik dibina dengan
membiasakan
menerapkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu,
yang
diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.
b. Kekurangan Metode Proyek
1) Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini,
baik secara vertikal
maupun
horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini;
2) Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan
pelaksanaan metode ini
sukar dan
memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para
guru belum
disiapkan untuk ini;
3) Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai
kebutuhan anak
didik,
cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang
diperlukan;
4) Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat
mengaburkan
pokok unit
yang dibahas.
3. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan
kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu
proses atau percobaan. Dengan metode ini anak didik diharapkan sepenuhnya
terlibat merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, menemukan fakta,
mengumpulkan data, mengendalikan variabel, dan memecahkan masalah yang
dihadapinya secara nyata.
a. Kelebihan Metode Eksperimen
1) Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya
atas kebenaran
atau
kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya
menerima
kata guru atau buku;
2) Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk
mengadakan studi
eksplorasi
(menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi, suatu sikap yang
dituntut
dari seorang ilmuwan; dan
3) Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat
membawa
terobosan-terobosan
baru dengan penemuan sebagai hasil
percobaannya
yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan
hidup
manusia.
b. Kekurangan Metode Eksperimen
1) Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik
berkesempatan mengadakan eksperimen;
2) Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus
menanti untuk melanjutkan
pelajaran; serta
3) Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan
teknologi.
4. Metode Pemberian Tugas Dan Resitasi
Pemberian tugas dengan arti guru menyuruh anak didik
misalnya membaca, tetapi dengan menambahkan tugas-tugas seperti mencari dan
membaca buku-buku lain sebagai perbandingan, atau disuruh mengamati
orang/masyarakatnya setelah membaca buku itu. Dengan demikian, pemberian tugas
adalah suatu pekerjaan yang harus anak didik selesaikan tanpa terikat dengan
tempat.
a. Kelebihan Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
1) Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil
belajar sendiri akan
dapat
diingat lebih lama; dan
2) Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan
keberanian
mengambil
inisiatif, bertanggung jawab, dan berdiri sendiri.
b. Kekurangan
Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
1) Seringkali anak didik
melakukan penipuan di mana anak didik hanya
meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau
bersusah payah
mengerjakan sendiri;
2) Terkadang tugas itu dikerjakan orang lain tanpa
pengawasan; dan
3) Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.
5. Metode Diskusi
Diskusi adalah memberikan altematif jawaban untuk
membantu memecahkan berbagai problem kehidupan. Dengan catatan persoalan yang
akan didiskusikan harus dikuasai secara mendalam.
a. Kelebihan Metode Diskusi
1) Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat
dipecahkan dengan
berbagai
jalan dan bukan satu jalan (satu jawaban saja).
2) Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi
mereka saling
mengemukakan
pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh
keputusan
yang lebih baik
3) Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat
orang lain
sekalipun
berbeda dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan
bersikap
toleran.
b. Kekurangan Metode Diskusi
1) Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar;
2) Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas;
3) Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara;
dan
4) Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.
6. Metode Latihan
Metode latihan (driil) disebut juga metode training,
yaitu suatu cara mengajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga,
sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu,
metode ini dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan,
kesempatan, dan keterampilan.
a. Kelebihan Metode Latihan
1) Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti
menulis,
melafalkan
huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
2) Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti
dalam perkalian,
penjumlahan,
pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan
sebagainya.
3) Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan
kecepatan
pelaksanaan.
b. Kekurangan Metode Latihan
1) Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena
anak didik lebih
banyak
dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dan
pengertian.
2) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada
lingkungan
3) Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang
merupakan
hal yang monoton dan mudah membosankan.
4) Dapat menimbulkan verbalisme.
7. Jigsaw
Langkah-langkah :
1. Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim
2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab
yang sama bertemu dalam
kelompok baru (kelompok ahli) untuk
mendiskusikan sub bab mereka
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke
kelompok asal dan bergantian
mengajar teman satu tim mereka tentang
sub bab yang mereka kuasai dan
tiap anggota lainnya mendengarkan
dengan sungguh-sungguh
6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7. Guru memberi evaluasi
8. Penutup
8. Artikulasi
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan
dua orang
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi
yang baru diterima dari guru
dan pasangannya mendengar sambil
membuat catatan-catatan kecil,
kemudian berganti peran. Begitu juga
kelompok lainnya
5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil
wawancaranya dengan teman pasangannya.
Sampai sebagian siswa
sudah menyampaikan hasil
wawancaranya
6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum
dipahami siswa
7. Kesimpulan/penutup
9. Mind Mapping
Sangat baik digunakan untuk pengetahuan
awal siswa atau untuk
menemukan alternatif jawaban
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh
siswa dan sebaiknya permasalahan
yang mempunyai alternatif jawaban
3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
4. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil
Diskusi
5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil
diskusinya dan guru mencatat di
papan dan mengelompokkan sesuai
kebutuhan guru
6. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru
memberi perbandingan sesuai
konsep yang disediakan guru
10. Snowball Throwing
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing
ketua kelompok untuk memberikan
penjelasan tentang materi
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-
masing, kemudian menjelaskan
materi yang disampaikan oleh guru
kepada temannya
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja,
untuk menuliskan satu
pertanyaan apa saja yang menyangkut materi
yang sudah dijelaskan oleh
ketua kelompok
5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola
dan
dilempar dari satu siswa ke siswa
yang lain selama ± 15 menit
6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan
kepada siswa untuk menjawab
pertanyaan yang tertulis dalam kertas
berbentuk bola tersebut secara
bergantian
7. Evaluasi
8. Penutup
D. Konsep Snowball Throwing pada Pembelajaran Matematika
Snowball Throwing adalah paradigma pembelajaran
efektif yang merupakan rekomendasi UNESCO, yakni: belajar mengetahui (learning
to know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to
live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be) (Depdiknas,
2001:5).
Snowball artinya bola salju sedangkan throwing artinya
melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola
salju. Adapun langkah-langkah pembelajaran Snowball Throwing sebagai berikut:
1)
Guru menyampaikan materi yang akan disajikan,
2)
Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil
masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi,
3)
Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya
masing-masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru ke
temannya,
4)
Masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja,
untuk menulis satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah di
jelaskan oleh ketua kelompok,
5)
Kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari
satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih 5 menit. Setelah siswa dapat satu
bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan pada siswa tersebut untuk menjawab pertanyaan
yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergiliran,
6)
Evaluasi, dan
7)
Penutup (Depdikanas : 2009)
Model
pembelajaran snowball throwing
ini merupakan metode pembelajaran yang menarik dan dapat memicu siswa
untuk ikut serta secara aktif dalam
kegiatan belajar mengajar yaitu model pembelajaran aktif. Pada dasarnya,
pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Dimana peserta
didik diajak untuk turut serta
dalam proses pembelajaran,
tidak hanya mental
akan tetapi juga
melibatkan fisik.
Ada
beberapa alasan mengapa pembelajaran
aktif tipe snow
ball perlu ditekankan
sebagai aspek penting
dan sangat berarti
dalam menciptakan pembelajaran matematika. Pertama, harapan untuk
membuat lebih dapat
diterapkan dalam lingkungan
siswa atau dalam
situasi baru yang
belum familiar. Kedua, snow
ball memberi kesempatan dan
dapat mendorong siswa untuk berdiskusi
dengan siswa yang lainnya yaitu pada
proses menyelesaikan persoalan.
Dengan pembelajaran
aktif tipe snow
ball siswa dipusatkan pada cara
menyelesaikan persoalan dengan
langkah sistematis yaitu
dari kelompok kecil
kemudian dilanjutkan dengan
kelompok lebih besar
sehingga pada akhirnya akan memunculkan beberapa jawaban
yang telah disepakati oleh siswa secara
berkelompok.
Dalam pendekatan pembelajaran aktif ini siswa
diharapkan mampu mengembangkan kreativitas
dalam menyelesaikan soal matematika. Karena kreativitas itu merupakan kemampuan
individu untuk menciptakan sesuatu hal
yang baru dan
berbeda. Kreativitas setiap
siswa berbeda –
beda, siswa yang memiliki
kreativitas tinggi mampu belajar dengan
baik, dapat menciptakan cara
belajar dengan mudah serta mampu memahami, menyelesaikan
soal – soal
yang dihadapi dalam
belajar sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar yang
dicapai.
Menumbuhkan
kreativitas belajar siswa
tidak hanya pada
saat kegiatan belajar mengajar di sekolah melainkan dapat juga dilakukan
saat belajar di rumah.
Pengembangan kreativitas dalam
belajar tumbuh dari kemampuan dalam
diri individu atau
bakat yang dimiliki
seseorang dan dorongan orang
tua yang membantu anak
saat belajar di
rumah. Proses yang
termasuk dalam kreativitas
adalah membuat sebuah ide
yang dapat mengembangkan daya
pikir anak dalam menyelesaikan soal – soal.
Oleh karena itu penulis, tertarik menggunakan model pembelajaran ini untuk
meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika dengan
pokok bahasan bilangan romawi pada program perbaiakn pembelajaran di MI
Miftahul Jannah Pait Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang .
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN
A.
Subyek Penelitian
1. Lokasi dan
Waktu Perbaikan
Penelitian ini dilaksanakan di MI Miftahul Jannah Pait Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang . Waktu pelaksanaan
program perbaikan dilaksanakan pada tanggal 23, 24 Pebruari 2009 dan 3 Maret.. Progam perbaikan
pembelajaran ini dilaksanakan dalam 2 kali siklus. Tanggal 23 Pebruari 2009
merupakan tahap persiapan. Pelaksanaan siklus I program perbaikan pada 24
Pebruari 2009 dengan jam pelajaran 1 pertemuan setiap minggu pada hari selasa
sebanyak 2 x 35 menit. Sedangkan siklus II dilaksanakan pada tanggal 3 Maret
2009, setelah selesainya setiap siklus perbaikan diadakan tes evaluasi diakhir
pembelajaran.
2. Mata
Pelajaran
Mata pelajaran yang menjadi sasaran program perbaikan
ini adalah mata pelajaran matematika dengan tema menggunakan lambang bilangan
romawi.
3. Kelas
Kelas yang menjadi target program perbaikan ini adalah
siswa kelas IV MI Miftahul Jannah Pait
Kecamatan Kasembon Malang dengan jumlah siswa 20 orang. Nama-nama siswa
disajikan dalam lampiran. Yang terlibat dalam program perbaikan pembelajaran
ini adalah Nurhuda (guru/penulis) dan Nur Rohman, S.Pd (guru/teman sejawat).
4. Karakteristik
siswa
Siswa yang menjadi target program perbaikan ini
mempunyai karakteristik:
a)
Siswa pasif mengikuti pembelajaran.
b)
Tidak suka pelajaran berhitung (matematika)
c)
Siswa kurang minat dan antusias bila mengikuti mata
pelajaran Matematika
d)
Rendahnya pemahaman pada penguasaan lambing bilangan
romawi.
B.
Deskripsi Per - Siklus
Penulis merancang penelitian ini sebagai penelitian tindakan kelas (classroom action
research) yang berupaya untuk mencari
solusi yang tepat yang dialami siswa kelas IV MI MIftahul Jannah Pait dalam proses pembelajaran. Penelitian ini direncanakan
akan dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing 1 kali pertemuan dalam setiap
siklus. Konsep pokok penelitian tindakan menurut Kurt Lewin (dalam
Dekdikbud,1999) terdapat empat tahap rencana tindakan, meliputi: perencanaan (planning),
tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
Rincian prosedur tindakan adalah sebagai berikut:
Siklus Pertama
Prosedur penelitian tindakan
kelas untuk siklus pertama diuraikan sebagai berikut ;
1. Perencanaan
Kegiatan dalam tahap ini meliputi hal-hal
berikut :
a.
Merancang Rencana
Perbaikan Pembelajaran Siklus I (RPP siklus I) pokok bahasan penggunaan lambang
bilangan romawi.
b.
Membuat Lembar Kerja
Siswa, dan Lembar Tugas Kelompok.
c.
Menyiapkan untuk media
lemparan
d.
Membuat lembar
observasi guru dan lembar aktivitas siswa.
e.
Membentuk kelompok.
f.
Menyusun alat evaluasi
tes siklus I.
2. Pelaksanaan
Rencana pembelajaran yang
dirancang pada tahap perencanaan dilaksanakan sepenuhnya pada tahap ini. Secara
garis besar kegiatannya mencakup hal-hal sebagai berikut :
a.
Membuka pelajaran.
b.
Guru memberikan
apersepsi.
c.
Guru menyampaikan materi yang akan disajikan berupa
menggunakan bilangan romawi
d.
Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil
masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
penggunaan bilangan romawi,
e.
Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya
masing-masing kemudian menjelaskan materi tersebut yang disampaikan oleh guru
ke temannya,
f.
Masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja,
untuk menulis satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah di
jelaskan oleh ketua kelompok,
g.
Kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari
satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih 5 menit. Setelah siswa dapat satu
bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan pada siswa tersebut untuk menjawab pertanyaan
yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergiliran,
h.
Siswa dibantu membuat
kesimpulan.
i.
Melaksanakan tes
siklus I ( Evaluasi )
j.
Menutup pelajaran
3. Pengamatan
Dalam tahap ini dilakukan
pengamatan atau perhatian oleh guru secara partisipasif tentang jalannya proses
pembelajaran. Selama tahap ini pelaksanaan peneliti dibantu teman
sejawat melakukan observasi terhadap peristiwa yang terjadi saat program
perbaikan dilaksanakan. Teman sejawat mencatat/merekam semua peristiwa yang
terjadi saat peneliti mengajar saat program perbaikan dengan menggunakan lembar
observasi yang telah disiapkan.
a.
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakuakan pada penelitian
ini menggunakan teknik wawancara, observasi, dokumentasi dan catatan lapangan /
rekaman data.
1)
Wawancara
Wawancara digunakan untuk memperoleh informasi awal tentang kondisi
lapangan sebelum memulai tindakan seperti; mengumpulkan informasi masalah nama
sekolah, data sekolah, data siswa kelas II. Serta selanjutnya mencari data
tentang masalah apa yang sedang dihadapi guru serta siswa dalam pembelajaran matematika.
Subyek yang menjadi sumber wawancara adalah guru mata pelajaran Matematika kelas IV MI Miftahul Jannah Pait.
2)
Observasi
Observasi digunakan untuk memperoleh data pada saat sebelum dan ketika
program perbaikan ini dilaksanakan. Berdasarkan pada studi pendahuluan yang
dilakukan oleh penulis, penulis menemukan bahwa masalah yang terjadi. Kemudian
sebelum mengambil tindakan penulis melakukan diskusi dengan guru, dan teman
sejawat tentang masalah yang dihadapi dan memutuskan fokus masalah yang harus
dituntaskan nanti.
3)
Dokumentasi
Dokumentasi digunakan penulis untuk mencari data-data tentang hasil
belajar siswa (nilai siswa) ulangan akhir semester tahun ajaran 2008 / 2009. Serta
metode digunakan untuk mendokumentasikan foto peserta serta orang yang ikut
dalam program perbaikan ini.
4)
Catatan lapangan
Catatan lapangan digunakan merupakan catatan tentang kejadian yang
terjadi saat pelaksanaan program perbaikan ini, baik apa yang didengar, dilihat
dan dialami serta nanti akan direfeleksikan dengan berupa data deskriptif.
Data-data tersebut diatas nantinya akan dianalisis
dengan teknik analisis kualitatif serta juga akan dipaparkan bersama dengan
data-data yang berbentuk prosentase
b.
Intrumen
Penelitian
Instrumen pada penelitian ini meliputi : lembar
observasi, tes prestasi siswa dan dokumentasi (catatan guru, absensi dan daftar
nilai). Instumen penelitian disajikan pada lampiran.
4. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan
yang diperoleh maka diadakan refleksi dari tindakan yang telah dilakukan
sehingga peneliti dapat merefleksikan diri tentang berhasil tidaknya apa yang
telah dilakukan dalam siklus I. Hasil dari siklus I digunakan untuk menentukan
tindakan pada siklus II. Serta untuk melakukan perencanaan ulang pada
siklus berikutnya.
Siklus Kedua
Prosedur penelitian tindakan
kelas pada siklus II diuraikan sebagai berikut:
1. Perencanaan
Berdasarkan refleksi siklus
I baik yang berkaitan dengan guru, siswa ataupun perangkat, maka diadakan
perencanaan ulang terutama mengidentifikasi masalah. Masalah pokok yang
dihadapi dikaji dalam refleksi I, kemudian dievaluasi untuk mendapatkan
informasi pada bagian yang menjadi kelemahan sehingga pada siklus II dapat
direncanakan yang lebih baik lagi. Dalam siklus II pokok bahasan yang diajarkan
adalah pengurangan bilangan cacah.
a.
Merancang Rencana
Perbaiakn Pembelajaran siklus II (RPP Siklus II) pokok bahasan Penggunaan
Bilangan Romawi.
b.
Membuat Lembar Kerja
Siswa, dan Lembar Tugas Kelompok.
c.
Menyiapkan kertas
kerja untuk lemparan.
d.
Membentuk lebih kecil
lagi dengan formasi berbeda kelompok dari tatap muka Rencana Perbaikan.
e.
Menyusun alat evaluasi
tes siklus II.
2. Pelaksanaan
Setelah perencanaan ulang
diambil, pelaksanaan dilaksanakan pada siklus II. Tahapan-tahapan yang
dilakukan pada pelaksanaan tindakan ini, sama dengan tindakan pada siklus I.
Secara garis besar kegiatannya mencakup hal-hal sebagai berikut.
a.
Membuka pelajaran.
b.
Guru memberikan
apersepsi dan motivasi pada siswa
c.
Guru membentuk kelompok-kelompok dengan formasi baru
dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang
materi penggunaan bilangan romawi,
d.
Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya
masing-masing kemudian menjelaskan materi tersebut yang disampaikan oleh guru
ke temannya,
e.
Masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja,
untuk menulis satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah di
jelaskan oleh ketua kelompok,
f.
Kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari
satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih 5 menit. Setelah siswa dapat satu
bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan pada siswa tersebut untuk menjawab pertanyaan
yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergiliran,
g.
Siswa dibantu membuat
kesimpulan.
h.
Melaksanakan tes
siklus II ( Evaluasi )
i.
Menutup pelajaran
Pada siklus II ini tahapan
pelaksanaannya sama dengan siklus I tetapi hanya ditambahkan pemantapan serta
pengayaan materi lebih mendalam.
3. Pengamatan
Selama pembelajaran
berlangsung, peneliti diamati oleh guru pengamat dengan menggunakan lembar observasi.
Adapun poin untuk lembar pengamatan guru menyangkut tentang hal-hal yang
berkenaan dengan proses pembelajaran di kelas. Selain itu peneliti sendiri juga
melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa selama pembelajaran guna
mengetahui keaktifan siswa. Pengamatan terhadap siswa ini juga dilakukan
berdasarkan lembar observasi .
a.
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakuakan pada penelitian
ini menggunakan teknik wawancara, observasi, dokumentasi dan catatan lapangan /
rekaman data.
1.
Wawancara
Wawancara digunakan untuk memperoleh informasi pada siklus II apakah
sudah ada perubahan kearah perbaikan apa belum dari pada siklus I.. Subyek yang
menjadi sumber wawancara adalah guru mata pelajaran matematika dan teman yang bertugas di kelas IV MI MIftahul Jannah
Pait.
2.
Observasi
Observasi digunakan untuk memperoleh data ketika program perbaikan siklus
II dilaksanakan. Serta digunakan tolak ukur perkembangan program pada siklus II
ini, serta sebagai data pembanding dari siklus I.
3.
Dokumentasi
Dokumentasi digunakan penulis untuk mencari data-data tentang hasil
belajar siswa ( nilai siswa) pada saat siklus II
4.
Catatan lapangan
Catatan lapangan digunakan merupakan catatan tentang kejadian yang
terjadi saat pelaksanaan program perbaikan pada siklus II ini, baik apa yang
didengar, dilihat dan dialami serta nanti akan direfeleksikan dengan berupa
data deskriptif.
Data-data tersebut diatas nantinya akan dianalisis
dengan teknik analisis kualitatif serta juga akan dipaparkan bersama dengan
data-data yang berbentuk prosentate
b.
Intrumen
Penelitian
Instrumen pada penelitian ini meliputi : lembar
observasi, tes prestasi siswa dan dokumentasi (catatan guru, absensi dan daftar
nilai). Instumen penelitian disajikan pada lampiran.
4.
Refleksi
Peneliti bersama pengamat
menganalisa semua tindakan kelas pada siklus II sebagaimana yang telah
dilakukan pada siklus I. Selanjutnya peneliti mengadakan refleksi apakah dengan
menggunakan metode pembelajaran snowball throwing akan dapat meningkatkan minat
belajar siswa kelas IV MI Miftahul Jannah Pait Kecamatan Kasembon Kabupaten
Malang tahun pelajaran 2008/2009 dengan
pokok bahasan menggunakan bilangan romawi.
Pada program penelitian tindakan
kelas ini dikatakan sukses dan mencapai hasil apabila:
“
Adanya peningakatan hasil belajar matematika siswa kelas IV MI Miftahul Jannah
Pait Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang tahun pelajaran 2008/2009 dengan pokok bahasan menggunakan bilangan romawi
dengan perolehan nilai rata-ratanya ≥ 6,50
dan ketuntasan kelas ( banyaknya siswa yang mendapat nilai ≥ 6,50) sekurang-kurangnya 80 % dari jumlah siswa juga
disertai data pada lembar pengamatan siswa yang menyatakan bahwa minat belajar
siswa meningkat serta tambah dengan keaktifan siswa meningkat “.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan
Pembahasan Siklus I
1. Hasil Penelitian Siklus I
Dari data pada pelaksanaan siklus I, penulis memperoleh data-data yaitu data hasil belajar siswa,
data hasil observasi kinerja guru, dan data hasil observasi aktivitas siswa (karakter adanya minat) dan hasil pelaksanan metode snowball throwing.
a. Hasil Belajar Siswa
Bahwa data hasil tes siklus I dengan pokok bahasan menggunakan
bilangan romawi diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 7, 35 , siswa yang tuntas sebanyak 11 anak (
55 % ), siswa yang tidak tuntas sebanyak 9 anak ( 45 % ) dengan nilai tertinggi
10 dan nilai terendah 4 . Hasil dari tes akhir sikus I, perinciaannya dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel
1.1 Tabel Hasil Tes Siklus I
Nilai
|
Jumlah
|
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
|
5
3
2
1
4
3
2
-
-
-
-
|
b. Hasil Observasi Kinerja
Guru
Dari hasil pengamatan kemampuan guru yang dilaporkan oleh
teman sejawat dalam pengelolaan pembelajaran pada siklus I dapat dilihat pada
tabel berikut:
No
|
Indikator
|
Penilaian
|
Arti
|
1
|
1
|
Baik
|
Guru memunculkan motivasi / apersepsi
keingintahuan siswa tentang materi
yang akan dipelajari
|
2
|
Sangat Baik
|
Menjelaskan Tujuan Pembelajaran
|
|
3
|
Sangat Baik
|
Mengatur waktu untuk membuka pelajaran
|
|
2
|
4
|
Baik
|
Membentuk kelompok
|
5
|
Baik
|
Mengkondisikan siswa agar siap
dengan metode pembelajaran ini, serta menyiapkan media
pembelajaran dan saran yang lain
|
|
6
|
Sangat Baik
|
Memberikan contoh demonstrasi dengan
tepat
|
|
7
|
Sangat Baik
|
Mendampingi / membantu siswa saat
permainan sedang berlangsung
|
|
8
|
Baik
|
Menjawab pertanyaan siswa dengan
tepat
|
|
9
|
Baik
|
Memberikan penguatan pada siswa
yang berhasil
|
|
10
|
Sangat Baik
|
Melakukan tanya jawab dengan siswa
dalam memecahkan soal cerita yang
mengandung penjumlahan
|
|
3
|
11
|
Sangat Baik
|
Menarik kesimpulan
|
12
|
Baik
|
Melaksanakan evaluasi
|
Dari hasil diatas diperoleh skor akhir kemampuan guru dalam
pengelolaan pembelajaran sebesar 77, 08 yang termasuk dalam kriteria baik
dengan skor terendah 65 dan skor tertinggi 90.
c. Hasil Observasi Aktivitas
Siswa
Pengamatan aktivitas siswa pada siklus I dapat dilihat pada
tabel berikut:
No
|
Nilai
|
Presentase
|
Arti
|
1
|
4
|
100%
|
Seluruh siswa telah duduk pada kelompok masing-masing
|
2
|
2
|
40%
|
Seluruh siswa telah siap dengan materi yang diberikan
guru dan sudah menyiapkan media
pembelajaran berupa kertas untuk lemparan
|
3
|
1
|
20%
|
siswa tenang pada waktu guru menjelaskan
|
4
|
1
|
10%
|
keaktifan siswa bertanya
|
5
|
2
|
35%
|
siswa aktif menjawab pertanyaan guru ( termasuk angkat
tangan saat guru bertanya)
|
6
|
3
|
65%
|
siswa sudah tahu jalannya proses pembelajaran snowball
throwing
|
7
|
4
|
90%
|
siswa yang mampu menyelesaikan tugas tepat pada waktu
yang telah ditentukan.
|
8
|
3
|
75%
|
Siswa memperhatikan semua instruksi guru
|
9
|
3
|
75%
|
Siswa sudah aktif dalam melaksanakan tugas kelompok.
|
10
|
4
|
95%
|
Siswa dapat bekerjasama dan berhubungan dengan siswa
lain.
|
Dari hasil diatas skor total aktivitas siswa dalam
pembelajaran sebesar 67,5 , yang termasuk kriteria cukup dengan skor
terendah 1 dan skor tertinggi 4
2. Pembahasan Siklus I
Pada Siklus I dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Hasil Belajar
Berdasarkan hasil belajar pada tabel 1.1 diperoleh rata-rata hasil belajar siswa
sebesar 7,35. Dengan standar ketuntasan belajar klasikal sebesar 6,5 diperoleh
prosentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 55 % atau sebanyak 11 anak
tuntas belajar dengan mendapatkan nilai ≥ 6,5.
Dengan demikian hasil belajar belum mencapai indikator keberhasilan, oleh
karena itu diadakan upaya perbaikan pada siklus II dengan memotivasi pada siswa untuk lebih
aktif dan berminat dalam pembelajaran.
b. Aktivitas Siswa
Lembar observasi menunjukkan bahwa minat belajar siswa baik
tetapi sangatlah minim dan menghawatirkan, kendatipun ada sedikit perbedaan
dari pada pada masal awal sebelum
program perbaikan ini. Seperti minat belajar
siswa kurang meningkat dan atusiasme siswa dalam tataran rendah dalam
mengikuti pembelajaran, karena dorongan dan pemberian motivasi oleh guru sangat
kurang.
Untuk kerjasama kelompok perlu dibagun lebih lagi karena
masih dalam taraf cukup saja dan ada anggota kelompok yang tidak sama sekali
membantu kelompoknya. Jadi aktifitas siswa pada siklus ini masih kurang optimal
dan masih perlu ditingkatkan dan dipupuk lagi.
Hasil lembar observasi siklus I pada aktivitas siswa, skor
keaktifan siswa 67,5 , termasuk dalam kriteria cukup. Meskipun demikian
masih perlu ditingkatkan. Guru harus mampu memberi perhatian serta memotivasi siswanya
terhadap kegiatan siswa dalam kelompoknya. Permasalahan ini akan diupayakan
perbaikan pada siklus II.
c. Aktivitas Guru
Pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru meliputi
mengorientasi siswa dalam pembelajaran, khususnya saat menerapkan metode
snowball throwing pada materi menggunakan bilangan romawi sedang berlangsung
dalam hal ini guru memberikan bimbingan kepada kelompok yang mengalami
kesulitan. Guru kurang bisa menguasai kelas dan sehingga siswa menjadi gaduh.
Siswa dalam kelompoknya melakukan kegiatan dengan bimbingan
guru, namun demikian bimbingan guru masih belum merata pada setiap kelompok.
Guru lebih banyak memberikan bimbingan kepada kelompok yang aktif bertanya,
sedangkan kelompok yang cenderung pasif hanya mendapat bimbingan guru secara
sekilas. Kemampuan guru dalam memberikan apersepsi masih kurang sehingga siswa
kurang memahami materi yang akan dipelajari. Dimoho guru untuk lebih lagi
meningkatkan kompetensi keguruannya.
Secara umum pada siklus I ini guru masih mendominasi
pembelajaran. Skor total aktivitas guru pada siklus I cukup baik yaitu sebesar
77, 08 yang termasuk dalam kriteria baik
dan persiapan guru sudah cukup baik. Namun hal ini perlu ditingkatkan lagi pada
siklus II dengan perbaikan-perbaikan seperti pemeratan bimbingan pada setiap
kelompok, serta memberi kesempatan pada siswa untuk terbiasa berpikir sendiri,
serta guru harus memotivasi siswanya supaya aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran.
B. Hasil Penelitian dan
Pembahasan Siklus II
1. Hasil Penelitian Siklus
II
Data yang diperoleh dari siklus II yaitu data hasil belajar
siswa, data hasil observasi kinerja guru dan
data hasil observasi aktivitas siswa
a. Hasil Belajar Siswa
Hasil tes siklus II setelah dianalisis menunjukkan bahwa
diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 8,35 , siswa yang tuntas sebanyak 17
anak (85%), siswa yang tidak tuntas sebanyak 3 anak (15%) dengan nilai
tertinggi 10 dan nilai terendah sama dengan 5
Hasil
tes akhir siklus II dapat di lihat pada tabel berikut.
Nilai
|
Jumlah
|
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
|
6
5
4
2
1
2
-
-
-
-
-
|
b. Hasil Observasi Kinerja
Guru
Pengamatan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran
pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.
No
|
Indikator
|
Penilaian
|
Arti
|
1
|
1
|
Sangat Baik
|
Guru memunculkan motivasi / apersepsi
keingintahuan siswa tentang materi
yang akan dipelajari
|
2
|
Baik
|
Menjelaskan Tujuan Pembelajaran
|
|
3
|
Sangat Baik
|
Mengatur waktu untuk membuka pelajaran
|
|
2
|
4
|
Sangat Baik
|
Membentuk kelompok
|
5
|
Sangat Baik
|
Mengkondisikan siswa agar siap
dengan metode pembelajaran ini, serta menyiapkan media
pembelajaran dan saran yang lain
|
|
6
|
Baik
|
Memberikan contoh demonstrasi dengan
tepat
|
|
7
|
Sangat Baik
|
Mendampingi / membantu siswa saat
permainan sedang berlangsung
|
|
8
|
Sangat Baik
|
Menjawab pertanyaan siswa dengan
tepat
|
|
9
|
Sangat Baik
|
Memberikan penguatan pada siswa
yang berhasil
|
|
10
|
Sangat Baik
|
Melakukan tanya jawab dengan siswa
dalam memecahkan soal cerita yang
mengandung penjumlahan
|
|
3
|
11
|
Sangat Baik
|
Menarik kesimpulan
|
12
|
Sangat Baik
|
Melaksanakan evaluasi
|
Dari hasil diatas diperoleh nilai akhir kemampuan guru
dalam pengelolaan pembelajaran sebesar 82,08 yang termasuk dalam kriteria sangat
baik dengan skor terendah 70 dan skor tertinggi 90.
c. Hasil Observasi Aktivitas
Siswa
Pengamatan aktivitas siswa pada siklus II dapat dilihat
pada table berikut:
No
|
Nilai
|
Presentase
|
Arti
|
1
|
4
|
100%
|
Seluruh siswa telah duduk pada kelompok masing-masing
|
2
|
3
|
75%
|
Seluruh siswa telah siap dengan materi yang diberikan
guru dan sudah menyiapkan media
pembelajaran berupa kertas untuk lemparan
|
3
|
3
|
70%
|
siswa tenang pada waktu guru menjelaskan
|
4
|
2
|
40%
|
keaktifan siswa bertanya
|
5
|
3
|
70%
|
siswa aktif menjawab pertanyaan guru ( termasuk angkat
tangan saat guru bertanya)
|
6
|
3
|
75%
|
siswa sudah tahu jalannya proses pembelajaran snowball
throwing
|
7
|
4
|
100%
|
siswa yang mampu menyelesaikan tugas tepat pada waktu
yang telah ditentukan.
|
8
|
3
|
75%
|
Siswa memperhatikan semua instruksi guru
|
9
|
4
|
95%
|
Siswa sudah aktif dalam melaksanakan tugas kelompok.
|
10
|
4
|
90%
|
Siswa dapat bekerjasama dan berhubungan dengan siswa
lain.
|
Dari hasil diatas total nilai aktivitas siswa dalam
pembelajaran sebesar 82,5 yang termasuk dalam kriteria baik dengan skor
terendah 3 dan skor tertinggi 4.
2. Pembahasan Siklus
II
Hasil penelitian siklus II dapat dijelaskan sebagai
berikut.
a. Hasil Belajar
Hasil belajar berdasarkan data hasil tes pada siklus II
terdapat peningkatan dengan rata-rata
hasil tes yang diberikan kepada siswa pada siklus II adalah sebesar 8,35.
Ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 85% atau sebanyak 17 siswa
memperoleh nilai ≥ 6, 5 . Dengan demikian
hasil belajar pada siklus II ini sudah sesuai dengan indikator keberhasilan
yang ditetapkan, sehingga tidak perlu dilakukan siklus selanjutnya. Walaupun
punya nilai peningkatannya tidak begitu tetapi
hanya beberapa point saja.
b. Aktivitas Guru
Guru merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi hasil
belajar siswa. Berdasarkan hasil lembar aktivitas guru pada siklus II, dapat
diketahui bahwa guru sudah dapat mengkondisikan kelas dengan lebih baik.
Kemampuan guru seperti memunculkan motivasi, memberikan apersepsi, membentuk
kelompok, mendampingi ssiwa saat bermain, menjawab pertanyaaan siswa dan
membantu siswa membuat kesimpulan sudah meningkat ditandai dengan tingginya
nilai akhir hasil observasi pada siklus II sebesar 82,08 yang termasuk dalam kriteria sangat baik.
c. Aktivitas Siswa
Berdasarkan data pada
siklus II berupa aktivitas siswa lebih meningkat lagi dibandingkan
dengan siklus I.
Ditandai dengan perolehan skor total hasil observasi yang tinggi yaitu 82,5
yang termasuk dalam kriteria baik.
Hal ini menunjukkan siswa yang melakukan aktivitas belajar
lebih banyak dibandingkan dengan siklus I. Ini berarti siswa lebih berminat dan
lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Siswa juga telah bekerja sama
dengan kelompoknya secara baik.
Proses pembelajaran
dalam kelompok kerja yang heterogen akan dapat menciptakan saling mendukung,
meningkatkan relasi dan interaksi serta memudahkan pengelolaan kelas, karena
dengan adanya siswa yang berkemampuan akademis yang tinggi guru mendapatkan
asisten untuk kelompok. Oleh karena itu belajar kelompok sangat diperlukan agar
diperoleh hasil belajar yang lebih baik, khusunya seperti pada kesempatan
program perbaikan yang mengadakan metode snowball throwing pada pokok bahasan
menggunakan bilangan romawi.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari
seluruh pelaksanaan kegiatan tindakan kelas di kelas IV MI Miftahul Jannah Pait
Kecamatan Kasembon dapat disimpulkan sebagai berikut :
“ Penerapan metode snowball
throwing dapat ternyata telah berhasil. Hal ini dapat dilihat dari hasil dari
siklus I adalah nilai rata-rata 7, 35 dan ketuntasan belajar secara klasikal
sebesar 55 %. Jadi, hasil dari siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan.
Hasil dari siklus II adalah nilai rata-rata 8,35 dan ketuntasan belajar secara
klasikal sebesar 85 %. Hasil dari siklus II ini jelas telah melampaui kriteria
ketuntasan belajar yang mensyaratkan rata-rata hasil tes minimal 6,5 dengan
prosentase ketuntasan ≥ 85 %. Dengan demikian
maka penelitian tidak perlu dilanjutkan ke siklus III. Serta ditambahkan lagi
Metode snowball throwing dapat meningkatkan minat belajar siswa dan meningkatkan aktivitas siswa untuk
mengikuti pembelajaran serta juga menumbuh kembangkan kerjasama antar siswa
dalam kelompok “
B. Saran
Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan penelitian
tindakan kelas di kelas IV MI Miftahul Jannah Pait Kecamatan Kasembon Kabupaten
Malang tahun pelajaran 2008/2009 maka dapat diajukan saran-saran sebagai
berikut :
1.
Guru hendaknya dapat
berperan sebagai motivator dan fasilitator serta dapat mengembangkan
kreatifitas dan meningkatkan peran siswa dalam pembelajaran. Serta harus
menerapkan metode pembelajaran dengan semaksimal mungkin.
2.
Guru seharusnya
mencoba model pembelajaran yang lain agar siswa tidal jenuh dan supaya hasil
belajar siswa dapat meningkat terus.
3.
Meskipun penelitian
tindakan kelas ini hanya sampai 2 siklus dan sudah mencapai hipotesis tindakan,
namun guru hendaknya terus mengadakan penelitian selanjutnya agar hasil belajar
siswa meningkat.
No comments:
Post a Comment