Saturday, March 22, 2014

Tanda dan Gejala Penyakit Gondongan



PENYAKIT GONDONGAN
( MUMPS ATAU PAROTITIS)

Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah.
Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemic atau epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak yang berumur 2-12 tahun. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya.
Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita atau tertular penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang kekurangan zat Iodium dalam tubuh.
      Patofisiologi
Virus masuk tubuh via hidung maupun mulut. Proliferasi terjadi di parotis atau epitel traktus respiratorius kemudian terjadi viremia (menyebar melalui darah) dan selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar atau saraf dan yang paling sering terkena adalah kelenjar parotis. Pada manusia, selama fase akut virus mumps dapat diisoler dari saliva, darah, air seni dan liquor. Bila testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil dan nekrosis sel epitel tubuli seminiferus. Pada pancreas kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.
Penularan Penyakit Gondongan. Penyakit Gondong (Mumps atau Parotitis) penyebaran virus dapat ditularkan melalui kontak langsung, percikan ludah, bahan muntah, mungkin dengan urin. Virus dapat ditemukan dalam urin dari hari pertama sampai hari keempat belas setelah terjadi pembesaran kelenjar. Penyakit gondongan sangat jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 2 tahun, hal tersebut karena umumnya mereka masih memiliki atau dilindungi oleh anti bodi yang baik. Seseorang yang pernah menderita penyakit gondongan, maka dia akan memiliki kekebalan seumur hidupnya.
Tanda dan Gejala Penyakit Gondongan. Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Namun demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber penularan penyakit tersebut.
 Masa tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya masa tunas dapat digambarkan sdebagai berikut :
  1. Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu badan 38.5 – 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit membuka mulut).
  2. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami pembengkakan.
  3. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur mengempis.
  4. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria akil balik adalanya terjadi pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah. 
Diagnosis Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis)
Diagnosis ditegakkan bila jelas ada gejala infeksi parotitis epidemika pada pemeirksaan fisis, termasuk keterangan adanya kontak dengan penderita penyakit gondong (Mumps atau Parotitis) 2-3 minggu sebelumnya. Selain itu adalah dengan tindakan pemeriksaan hasil laboratorium air kencing (urin) dan darah. 
Pemeriksaan Laboratorium. Disamping leucopenia dengan limfosiotsis relative, didapatkan pula kenaikan kadar amylase dengan serum yang mencapai puncaknya setelah satu minggu dan kemudian menjadi normal kembali dalam dua minggu. Jika penderita tidak menampakkan pembengkakan kelenjar dibawah telinga, namun tanda dan gejala lainnya mengarah ke penyakit gondongan sehingga meragukan diagnosa. Dokter akan memberikan order untuk dilakukannya pemeriksaan lebih lanjut seperti serum darah. Sekurang-kurang ada 3 uji serum (serologic) untuk membuktikan spesifik mumps antibodies: Complement fixation antibodies (CF), Hemagglutination inhibitor antibodies (HI), Virus neutralizing antibodies (NT). 
Komplikasi Akibat Penyakit Gondongan. Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa penyulit, tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu. Keadaan seperti ini dapat menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat menyerang organ selain kelenjar liur. Hal tersebut mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas.
 Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau pengobatan yang kurang dini :
  1. Orkitis ; peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen sehingga terjadi kemandulan.
  2. Ovoritis : peradangan pada salah satu atau kedua indung telus. Timbul nyeri perut yang ringan dan jarang menyebabkan kemandulan.
  3. Ensefalitis atau meningitis : peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku kuduk, mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita mengalami meningitis dan kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara 400-6.000 penderita yang mengalami enserfalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf yang permanen, seperti ketulian atau kelumpuhan otot wajah.
  4. Pankreatitis : peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total.
  5. Peradangan ginjal bisa menyebabkan penderita mengeluarkan air kemih yang kental dalam jumlah yang banyak
  6. Peradangan sendi bisa menyebabkan nyeri pada satu atau beberapa sendi.
 Pengobatan Penyakit Gondongan. Pengobatan ditujukan untuk mengurangi keluhan (simptomatis) dan istirahat selama penderita panas dan kelenjar (parotis) membengkak. Dapat digunakan obat pereda panas dan nyeri (antipiretik dan analgesik) misalnya Parasetamol dan sejenisnya, Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak karena memiliki resiko terjadinya sindroma Reye (Pengaruh aspirin pada anak-anak).Pada penderita yang mengalami pembengkakan testis, sebaiknya penderita menjalani istirahat tirah baring ditempat tidur. Rasa nyeri dapat dikurangi dengan melakukan kompres Es pada area testis yang membengkak tersebut. Sedangkan penderita yang mengalami serangan virus apada organ pancreas (pankreatitis), dimana menimbulkan gejala mual dan muntah sebaiknya diberikan cairan melalui infus.
Pemberian kortikosteroid selama 2-4 hari dan 20 ml convalescent gammaglobulin diperkirakan dapat mencegah terjadinya orkitis. Terhadap virus itu sendiri tidak dapat dipengaruhi oleh anti mikroba, sehingga Pengobatan hanya berorientasi untuk menghilangkan gejala sampai penderita kembali baik dengan sendirinya. 
Penyakit gondongan sebenarnya tergolong dalam "self limiting disease" (penyakit yg sembuh sendiri tanpa diobati). Penderita penyakit gondongan sebaiknya menghindarkan makanan atau minuman yang sifatnya asam supaya nyeri tidak bertambah parah, diberikan diet makanan cair dan lunak.
 Jika pada jaman dahulu penderita gondongan diberikan blau (warna biru untuk mencuci pakaian), sebenarnya itu secara klinis tidak ada hubungannya. Kemungkinan besar hanya agar anak yang terkena penyakit Gondongan ini malu jika main keluar dengan wajah belepotan blau, sehingga harapannya anak tersebut istirahat dirumah yang cukup untuk membantu proses kesembuhan.
 Pencegahan Penyakit Gondongan (Mumps/Parotitis). Pemberian vaksinasi gondongan merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak, yaitu imunisasi MMR (mumps, morbili, rubela) yang diberikan melalui injeksi pada usia 15 bulan.
 Imunisasi MMR dapat juga diberikan kepada remaja dan orang dewasa yang belum menderita Gondong. Pemberian imunisasi ini tidak menimbulkan efek apanas atau gejala lainnya. Cukup mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar Iodium, dapat mengurangi resiko terkena serangan penyakit gondongan.

Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) 

ASUHAN KEPERAWATAN GOITER(GONDOK)

 

BAB I


KONSEP DASAR MEDIS:GOITER


1.1.    PENGERTIAN
Goiter adalah pembesaran pada kelenjar tiroid. Pembesaran ini dapat terjadi pada kelenjar yang normal (eutirodisme), pasien yang kekurangan hormon tiroid (hipotiroidisme) atau kelebihan produksi hormon (hipetiroidisme). Terlihat pembengkakan atau benjolan besar pada leher sebelah depan (pada tenggorokan) dan terjadi akibat pertumbuhan kelenjar tiroid yang tidak normal.
Gondok adalah suatu pembengkakan pada kelenjar tiroid yang abnormal dan penyebabnya bisa bermacam-macam, dimana kelenjar tiroid diperlukan untuk memproduksi hormon tiroid yang berfungsi mengontrol metabolisme tubuh, keseimbangan tubuh dan pertumbuhan perkembangan yang normal.
1.2.    ANATOMI KELENJAR TIROID
    Kelenjar  tiroid mulai terlihat terbentuk pada janin berukuran 3,4-4 cm, yaitu pada akhir bulan pertama kehamilan. Kelenjar tiroid berasal dari lekukan faring antara branchial pouch pertama dan kedua. Dari bagian tersebut timbul divertikulum, yang kemudian membesar, tumbuh ke arah bawah mengalami decencus dan akhirnya melepaskan diri dari faring. Sebelum lepas, berbentuk sebagai duktus tiroglosus, yang berawal dari foramen sekum di basis lidah. Pada umumnya duktus ini akan menghilang setelah dewasa, tetapi pada beberapa keadaan masih menetap, atau terjadi kelenjar disepanjang jalan ini, yaitu antara letak kelenjar yang seharusnya dengan basis lidah. Dengan demikian sebagai kegagalan desensus atau menutupnya duktus akan ada kemungkinan terbentuk kelenjar tiroid yang abnormal , persistensi duktus tiroglosus, tiroid lingual, tiroid servikal, sedangkan desensus yang terlalu jauh akan memberikan tiroid substernal. Branchial pouch keempat pun ikut membentuk bagian kelenjar tiroid dan merupakan asal sel-sel parafolikuler atau sel C yang memproduksi kalsitonin.
    Kelenjar tiroid terletak di bagian bawah leher, terdiri atas dua lobus, yang dihubungkan oleh ismus sehingga bentukya menyerupai kupu-kupu atau huruf H, dan menutupi cincin trakea 2 dan 3. Pada usia dewasa berat kelenjar ini kira-kira 20 gram. Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar ini pada fasia pretrakea sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikuti dengan gerakan terangkatnya kelenjar kearah kranial. Sifat inilah yang digunakan di klinik untuk menentukan apakah suatu bentukan di leher berhubungan dengan kelenjar tiroid atau tidak. Pengaliran darah ke kelenjar berasal dari a. Tiroidea superior dan a. Tiroidea inferior. Ternyata setiap folikel tiroid diselubungi oleh jala-jala kapiler, dan jala-jala limfatik, sedangkan sistem venanya berasal dari pleksus perifolikular. Pembuluh getah bening kelenjar tiroid berhubungan secara bebas dengan pleksus trakealis. Selanjutnya dari pleksus ini kearah nodus prefaring yang tepat berada diatas ismus serta ke kelenjar getah bening pretrakealis, sebagian lagi bermuara di kelenjar getah bening brakiosefalikus. Hubungan getah bening ini penting untuk menduga penyebaran keganasan yang berasal dari tiroid.

1.3.     ETIOLOGI

a)    Hipertiroidisme primer yang disebabkan karena kegagalan kelenjar tiroid atau kekurangan yodium,dimana kadar hormon tiroid didalam darah rendah sehingga tidak ada inhibisi umpan balik negatif kehipofisis anterior,hal ini mengakibatkan sekresi TSH meningkat.
b)    Sekresi yang berlebihan dari hormon TSH akan berpengaruh terhadap perubahan kelenjar tiroid dan stimulasi TSH yang berleebihan juga dapat berpengaruh pada produksi kelenjar tiroid
c)    Penyakit grave.adanya TSI merangsang pertumbuhan tiroid meningkatkan sekresi hormon tiroid.
d)    Defisiensi yodium,yodium merupakan bahan untuk sintesis hormon tiroid,sehingga produksi hormon juga akan menurun.
e)    Genetik yang mengakibatkan kegagalan metabolisme yodium.
f)    Pencernaan dalam jumlah besar nutrisi goitrogens yang dapat menghambat produksi T4,seperti bayam,kedelai,dan kubis.
g)    Pencernaan obat-obatan yang bersifat goitrogens seperti glukokortikoid,dopamin atau lithium
1.3.      FAKTOR RESIKO
Gondok dapat menyerang siapa saja. Gondok dapat terjadi pada saat kelahiran dan terjadi kapan saja sepanjang hidup, walaupun lebih sering terjadi setelah usia 50 tahun. Beberapa faktor risiko umum munculnya gondok adalah :
•    Kurangnya diet yodium. Orang-orang yang tinggal di daerah dimana yodium sulit didapatkan beresiko tinggi gondok.
•    Jenis kelamin. Perempuan lebih rentan mengalami gangguan tiroid daripada laki-laki.
•    Usia lanut. Umur di atas 50 tahun atau lebih berisiko lebih tinggi terkena gondok.
•    Riwayat medis. Riwayat pribadi atau keluarga yang menderita penyakit autoimmune meningkatkan risiko gondok.
•    Kehamilan dan menopause. Masalah tiroid lebih sering terjadi setelah kehamilan dan menopause.
•    Obat tertentu. Beberapa obat termasuk immunosuppressants, obat jantung Amiodarone dan lithium obat psikiatri meningkatkan risiko gondok.
•    Terpapar radiasi. Risiko meningkat jika seseorang menjalani perawatan radiasi ke leher atau dada atau terkena radiasi di fasilitas nuklir
1.4.  FATOFISIOLOGI
Pembentukan hormon tiroid membutuhkan unsur yodium dan stimulasi dari TSH. Salah satu penyebab paling sering terjadi penyakit gondok  karena kekurangan yodium. Aktifitas utama dari kelenjar tiroid adalah untuk berkonsentrasi dalam pengambilan yodium dari darah untuk membuat hormon tiroid. Kelenjar tersebut tidak cukup untuk membuat hormon tiroid jika tidak memiliki cukup yodim. Oleh karena itu,dengan defesiansi yodium individu akan menjadi hipotiroid. Kekurangan hormon tiroid(hipotiroid)tubuh akan berkonpensasi terhadap pembesaran tiroid,hal ini juga merupakan proses adaptasi terhadap defisiensi hormon tiroid. Namun demikian  pembesaran dapat terjadi sebagai respon meningkatnya sekresi pituitari/TSH.
1.5.  TANDA DAN GEJALA
    gejala atau tanda yang muncul pada penderita gondok adalah :
•    Pembengkakan pada pangkal leher/pembesaran kelenjar tiroid
•    Kesulitan dalam dalam bicara
•    Perasaan ketat atau sempit pada tenggorokan
•    Batuk
•    Suara serak
•    Kesulitan menelan
•    Kesulitan bernapas
•    Nyeri tekan pada kelenjar tiroid
1.6.     KLASIFIKASI

1.Goiter congenital
Hampir selalu ada pada bayi hipertiroid kongenital, biasanya tidak besar dan sering terjadi pada ibu yang memiliki riwayat penyakit graves.

2.Goiter endemik dan kretinisme
Biasa terjadi pada daerah geografis dimana detistensi yodium berat, dekompensasi dan hipotiroidisme dapat timbul karenanya, goiter endemik ini jarang terjadi pada populasi yang tinggal disepanjang laut

3.Goiter sporadic
Goiter yang terjadi oleh berbagai sebab diantaranya tiroiditis. Digolongkan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu :
a. Goiter yodium
    Goiter akibat pemberian yodium biasanya keras dan membesar secara difus,dan pada beberapa keadaan,hipotiroidisme dapat berkembang.
b. Goiter sederhana (Goiter kollot)
Yang tidak diketahui asalnya. Pada pasien bistokgis tiroid yang tampak normal.
c.Goiter multinodular
    Goiter keras dengan permukaan berlobulasi dan tunggal atau banyak nodulus     yang dapat diraba, mungkin terjadi perdarahan, perubahan kistik dan fibrosis.
4.Goiter intratrakea Tiroid intralumen terletak dibawah mukosa trakhea dan sering berlanjut dengan tiroid ekstratrakea yang terletak secara normal.

Klasifikasi Goiter menurut WHO :
1.Stadium   O – A          : tidak ada goiter.
2.Stadium O – B            : goiter terdeteksi dari palpasi tetapi tidak terlihat walaupun                      leher terekstensi penuh.
3.Stadium I                    : goiter palpasi dan terlihat hanya jika leher  terekstensi                           penuh.
4.Stadium II                   : goiter terlihat pada leher dalam Potersi.
5.Stadium III         :  goiter yang besar terlihat dari Darun

1.7.     PENATALAKSANAAN
1.    Pengobatan
Pasien dengan satu atau lebih nodul tiroid yang mengalami hipertiroid diberikan obat anti tiroid.obat anti tiroid yang biasa digunakan adalah; karbimazol,metimazol,dan profiltourasil.
2.    Pembedahan
Tujuan pembedahan adalah untuk mengurangi massa fungsional pada hipertiroid,mengurangi penekanan dan esophagus dan trakhea,mengurangi ekspansi pada tumor atau keganasan.
3.    Terapi radioiodine
Merupakan teraapi alternatif untuk single toxic adenoma atau toxic multinodular goiter. Tujuan dari terapi ini adalah untuk mempertahankan fungsi dari jaringan tiroid normal.radioiodine juga digunakan untuk mengurangi volume nodul pada nontoksik multinodular goiter.

1.8.     KOMPLIKASI

1.    Terhambatnya jalan nafas
2.     aritmia
    Badai tiroid(suatu aktifitas yang sangat berlebihan dari kelenjar tirod yang terjadi secara tiba-tiba.
Yang akan mengakibatkan:
    Demamü
    Kelemahanü
    Perubahan suasana hatiü
    Perubahan kesadaranü
    Kegelisahan,dll.ü

                                                                 BAB II
                                   ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GOITER

2.1. PENGKAJIAN
2.1.1. anamnise
a. identitas
Nama        :
usia        :
Jenis kelamin    :
alamat        :
suku        :
agama        :
pekerjaan    :
b. keluhan utama
•    Perasaan ketat atau sempit pada tenggorokan
•    Batuk
•    Suara serak
•    Kesulitan menelan
•    Kesulitan bernapas
c. riwayat penyakit sekarang
    klien masuk RS dengan keluhan sejak sebelum masuk RS klen mengeluh batuk,sulit menelan,sulit bernafas,perasaan ketat atau sempit pada tenggorokan sehingga klien mengalami penurunan berat badan.
d. riwayat penyakit dahulu
klien tidak mempunyai riwayat masa lalu dan tidak ada alergi terhadap makanan dan obat-obatan..
e.riwayat penyakit keluarga
ayah klien menderita penyakit gondok atau goiter.
f. riwayat psikososial
    Klien mengatakan cemas terhadap penyakit yang dideritanya karena takut tidak sembuhü
    Klien dan keluarga banyak bertanya tentang proses dan perawatan penyakitü
    Klien bituh dukungan dari perawat terutama keluargaü

2.1.2. pemeriksaan fisik
-          Palpasi kelenjar tiroid, nodul tunggal atau ganda, konsistensi dan simetris tidaknya, apakah terasa nyeri pada saat dipalpasi.
-         Inspeksi bentuk leher simetris tidaknya.
-        Auskultasi bunyi pada arteri tyroidea,nilai kualitas suara
-        Palpasi apakah terjadi deviasi trachea

    2.1.3. pemeriksaan diagnostik

   Ã˜ Pemeriksaan sidik tiroid,pemeriksaan dengan radiosotop untuk mengetahui ukuran,lokasi dan fungsi tiroid,melalui hasil tangkapan yodiun radioaktif oleh kelenjar tiroid
    PemeriksaanØ ultrasonografi(USG),mengetahui keadan nodul kelenjar tiroid misalnya keadaan padat atau cair,adanya kista,tiroiditis.
    Biopsi asporasiØ jarum halus(BAJAH) yaitu dengan melakukan aspirasi menggunakan jarum suntik halus no.22-27,sehingga rasa nyeri dapat dikurangi danrelatif lebih aman. Namun demikian kelemahan dari pemeriksaan ini adalah menghasilkan negatif atau positif.
    Pemeriksaan T3,T4,TSH,untuk mengetahui hiperfungsi atau hipofungsi kelenjar tiroid atau hipofisisØ
   Ã˜ Temografi,yaitu dengan mengukursuhu kulit pada daerah tertentu,menggunakan alat yang disebut dinamic telethermografi. Hasilnya keadaan panas apabila selisih suhu dengan daerah sekitarnya>0,90C dan dingin papabila <0,90C.sebagian besar keganasan tiroid pada suhu panas.
2.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.    Resiko tidak efektipnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan kompresi trakea dan obstruksi
2.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan adanya penekanan daerah oesofagus, penurunan nafsu makan.
3.    Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan post oerasi tiroidektomi
4.    Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pembedahan insisi
5.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.

2.3. PERENCANAAN

1)    Resiko tidak efektipnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan kompresi trakea dan obstruksi.
Tujuan:jalan nafas pasien paten
Kriteria hasil:
 - pasien mengatakan tidak sesak nafas
-    Jalan nafas bersih
-    Slem tidak ada
-    Pola pernafasan normal
Intervensi keperawatan    rasional
Monitor jumlah pernafasan,kedalaman dan kerja pernafasan    Pernafasan yang cepat dapat berkembang menjadi kegagalan pernafasan dan dapat terjadi karena kompresi,edema atau perdarahan
Kaji adanya dispnea,stridor,sianosis dan catat kualitas suara    Indikator adanya obstruksi trachea atau spame laring,data dibutuhkan untuk intervensi lebih lanjut
Hati-hati dengan mobilisasi dan kelenturan leher,sokong dengan bantal    Mengurangi regangan atau tarikan luka operasi
Investigasi kesulitan menelan,mengeluarkan slem dan kesulitan bernafas.    Indikasi edema,perdarahan pada sekitar jaringan tempat operasi
Kolaburasi dalam pemberian terapi inhalasi    Mengurangi edema dan melonggarkan jalan nafas.
2.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan adanya penekanan daerah oesofagus, penurunan nafsu makan.
Tujuan               : Menunjukkan status gizi pasien yang adekuat
Kriteria Hasil    : 
    dalam 3×24 jam, pasien menunjukkanü
    BB normalü
    Albumin normal 3,5-5 mg/Dlü
    Peningkatan nafsu makanü
No    Intervensi    Rasional
1    Kaji adanya kesulitan menelan, selera makan, kelemahan umum dan munculnya mual dan muntah.    kesulitan menelan, selera makan, kelemahan umum dan munculnya mual dan muntah adalah factor yang menentukan asupan makan pasien
2    Pantau masukan makanan setiap hari dan timbang berat bada setiap hari serta laporkan adanya penurunan.    Mengetahui status nutrisi pasien
3    Dorong klien untuk makan dan meningkatkan jumlah makan dan juga beri makanan lunak, dengan menggunakan makanan tinggi kalori yang mudah dicerna.    Mempermudah pasien menelan makanan
4    Beri/tawarkan makanan kesukaan klien.    Meningkatkan nafsu makan pasien
5    Kolaborasi : konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin.    Mencukupi nutrisi sesuai yang dibutuhkan pasien

3.    Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan post oerasi tiroidektomi
Tujuan:pasien dapat mempertahankan rasa nyaman nyeri yang optimal
Kriteria hasil:
    Pasien mengatakan nyeri berkurangü
    Ekspresi wajah tidak tampak kesakitanü
    Prilaku pasien adaptifü
    TTV dalam batas normalü

Intervensi keperawatn    rasional
Kaji secara komprehensip nyeri,lokasi,krakteristik,awal kejadian,durasi,frekuensi,kualitas,berat/ringan dan faktor penyebab    Nyeri adalah pengalaman subjektif karena itu harus dideskripsikan oleh pasien
Amati atau pantau tanda dan gejala yang terkait dengan rasa sakit,seperti tekanan darah,denyut jantungmsuhu,warna,kelembapan kulit,gelisah dan kemampuan untuk fokus    Perhatian terhadap tanda-tanda yang terkait dapat membantu perawat dalam mengevaluasi sakit
Nilai pengetahuan pasien atau freferensi tentang pengurangan rasa sakit    Beberapa pasien mungkin tidak menyadari aktifitas metode nonpharmaklogikal dan mungkin bersedia untuk mencobanya.
Evalusi respon rasa sakit pasien dan obat-obatan atau terapi yang dertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi rasa sakit    Mengetahui aktifitas dari terapi yang diberikan
Lakukan latihan biofeedback,latiahn pernafasan,terapi musik    Salah satu metode untuk menurunkan nyeri
Berikan intruksi antisipatif tentang penyebab nyeri,pencegahan yang sesuai dan langkah-langkah bantuan    Mengurangi resiko efek samping analgetik

Lakukan perawatan luka denagn teknik aseptik setelah hari ketiga    Infeksi dapat meningkatkan rasa nyeri

4.    Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pembedahan insisi
Tujuan:pasien dapat meningkatkan integritas kulit melalui perawatan luka yang optimal
Kriteria hasil:
    Kulit pasien utuhü
    Luka bekas operasi kering,tidak ada tanda-tanda infeksiü
    Tidak ada nyeri pada luka operasiü
Intervensi keperawatan    rasional
Lakukan imobilisasi pada area leher dan hindari keadaan fleksi dan hipertensi leher    Mencegah tarikan pada garis luka sehingga mengakibatkan perdarahan
Jaga kasa dan balutan dileher tetap bersih dan kering    Menjaga terjadinya infeksi
Jaga pakaian dan tempat tidur tetap kering    Menghindari iritasi dan gatal-gatal
Jaga suhu ruangan yang nyaman    Suhu yang panas dapat meningkatkan evavorasi dan vasodilatasi
Hindari aktifitas yang dapat meningkatkan keringat    Menghindari gatal dan vasodilatasi
Lakukan perawatan luka dengan teknik steril    Penyembuhan luka
Laksanakan program pengobatan pemberian antibiotik    Penyembuhan luka

5.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan             : Menunjukkan peningkatan pengetahuan klien
Kriteria Hasil   : Dalam 2×24 jam, pasien
Mengikuti pengobatan yang disarankan
Peningkatan pengetahuan pasien
Dapat menghindari sumber stress
No    Intervensi    Rasional
1    Berikan informasi yang tepat dengan keadaan individu    Meningkatkan pengetahuan pasien
2    Identifikasi sumber stress dan diskusikan faktor pencetus krisis tiroid yang terjadi, seperti orang/sosial, pekerjaan, infeksi, kehamilan    Agar pasien bisa menghindari sumber stress
3    Berikan informasi tentang tanda dan gejala dari penyakit gondok serta penyebabnya    Dapat mengidentifikasi gejala awal dari gondok
4    Diskusikan mengenai terapi obat-obatan termasuk juga ketaatan terhadap pengobatan dan tujuan terapi serta efek samping obat tersebut    Pasien bisa mengikuti terapi yang disarankan

DAFTAR PUSTAKA
Murwani arita,S.Kep, perawatan pasien penyakit dalam ,penerbit mitra cendika,jogjakarta:2009
Tarwono,Ns.S.Kep,M.Kep,dkk, perawatan medikal bedah,sistem endokrin,jakarta:tim 2012



No comments:

Post a Comment