Wednesday, May 21, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF PADA MATA PELAJARAN IPA DI SD


Dra. Suprayetkti, M.Pd.
*

Abstrak

Penelitian ini  bertujuan untuk untuk menerapkan model pembelajaran interaktif pada pelajaran IPA
dengan  kerja  kelompok,  sebagai  suatu  upaya  perbaikan  dan  peningkatan  proses  pembelajaran.
Metode  penelitian  menggunakan  Penelitian  Tindakan  Kelas  yang  dilaksanakan  dengan
mengikuti  prosedur  penelitian  berdasarkan  pada  prinsip  Kemmis  S, MC  Toggar  R  (1988)  yang
mencakup  kegiatan  perencanaan  (planning),  tindakan  (action),  observasi  (observation),  refleksi
(reflection) atau evaluasi. Keempat kegiatan ini berlangsung secara berulang dalam bentuk siklus.
Penelitian ini dilakukan dengan cara berkolaborasi antara dosen LPTK (FKIP-UT) dengan guru SD
N   Jakarta Timur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa  (1) Kinerja belajar siswa   meningkat   setelah   pembelajaran
IPA  menggunakan model pembelajaran interaktif.  Siswa sangat antusias   membahas topik dalam
diskusi, dan  berusaha menjawab dan  menemukan informasi tentang topik tersebut. Siswa saling
berebut  mengemukakan  informasi  (apa  yang  mereka  ketahui)  tentang  topik.  Setelah  dilakukan
pembagian  tugas  kelompok  siswa  bekerja  sesuai  dengan  tugasnya masing-masing;  (2) Prestasi
belajar siswa meningkat setelah mengalami pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok. Pada
siklus pertama nilai  rata-rata siswa   perorangan 5,859; nilaia  rata-rata   kelompok   sebesar 6,102.
Pada siklus kedua  nilai rata-rata siswa 6,512 dan nilai rata-rata kelompok 7,615; sedangkan pada
siklus ketiga nilai rata-rata siswa 7,948 dan nilai rata-rata kelompok 7,384. Berdasarkan nilai yang
diperoleh  siswa  dapat  disimpulkan bahwa model pembelajaran  interaktif dengan  kerja  kelompok
dapat digunakan pada penelitian tindakan kelas. 

Kata Kunci: model pembelajaran interaktif, penelitian tindakan kelas, IPA, SD.



I.  PENDAHULUAN

Meningkatkan  mutu  pendidikan  adalah  menjadi    tanggungjawab  semua  pihak
yang  terlibat dalam pendidikan  terutama bagi  guru SD,  yang merupakan ujung  tombak
dalam pendidikan dasar. Guru SD adalah orang yang paling berperan dalam menciptakan
sumber  daya  manusia  yang  berkualitas  yang  dapat  bersaing  di  jaman  pesatnya
perkembangan  teknologi.  Guru  SD  dalam  setiap  pembelajaran  selalu  menggunakan
pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang dapat memudahkan siswa memahami
materi  yang  diajarkannya,  namun  masih  sering  terdengar  keluhan  dari  para  guru  di
                                                
*
 Dosen pada Program Studi Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta.
                                                          http://www.teknologipendidikan.net  2
lapangan  tentang materi  pelajaran  yang  terlalu  banyak  dan  keluhan  kekurangan waktu
untuk mengajarkannya semua.  
Menurut  pengamatan  penulis,  dalam  pelaksanaan  pembelajaran  di  kelas
penggunaan  model  pembelajaran  yang  bervariatif  masih  sangat  rendah  dan  guru
cenderung  menggunakan  model  konvesional  pada  setiap  pembelajaran  yang
dilakukannya. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya penguasaan guru terhadap model-
model pembelajaran yang ada, padahal penguasaan  terhadap model-model pembelajaran
sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan profesional  guru, dan  sangat  sesuai
dengan kurikulum berbasis kompetensi.
Kurikulum  berbasis  kompetensi  yang  mulai  diberlakukan  di  sekolah  dasar
bertujuan  untuk  menghasilkan  lulusan  yang  kompeten  dan  cerdas  sehingga  dapat
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini hanya dapat tercapai apabila
proses  pembelajaran  yang  berlangsung  mampu  mengembangkan  seluruh  potensi  yang
dimiliki  siswa,  dan  siswa  terlibat  langsung  dalam  pembelajaran  IPA.  Disamping  itu
kurikulum  berbasis  kompetensi  memberi  kemudahan  kepada  guru  dalam  menyajikan
pengalaman belajar,  sesuai dengan prinsip belajar  sepanjang hidup  yang mengacu pada
empat  pilar  pendidikan  universal,  yaitu  belajar  untuk  mengetahui  (learning  to  know),
belajar  dengan  melakukan  (learning  to  do),  belajar  untuk  hidup  dalam  kebersamaan
(learning to live together), dan belajar menjadi  diri sendiri (learning to be).
Untuk  itu  guru  perlu meningkatkan mutu  pembelajarannya,  dimulai  dengan  rancangan
pembelajaran yang baik dengan memperhatikan  tujuan, karakteristik  siswa, materi yang
diajarkan, dan sumber belajar yang tersedia. Kenyataannya masih banyak ditemui proses
pembelajaran  yang kurang berkualitas,  tidak  efisien dan kurang mempunyai daya  tarik,
bahkan cenderung membosankan, sehingga hasil belajar yang dicapai  tidak optimal. Hal
ini  dapat  dilihat  dari  hasil  belajar  IPA  siswa  kelas  5    di  SDN      Jakarta  Timur  yang
dipaparkan pada tabel berikut.

Tabel 1 Nilai  rapor untuk mata pelajaran  IPA Tahun Ajaran 1998/1999  sampai
dengan 2003/2004 SDN   Pagi Jakarta Timur

Tahun Ajaran  Nilai Tertinggi  Nilai Terendah  Nilai Rata-Rata
                                                          http://www.teknologipendidikan.net  3
1998/1999  6,34  3,78  5,06
1999/2000  7,26  4,26  5,76
2000/2001  6,82  3,96  5,39
2001/2002  7,12  4,12  5,62
2002/2003  7,36  3,42  5,39
2003/2004  6,92  4,08  5,00

Rendahnya  perolehan  hasil  belajar  mata  pelajaran  IPA    di  SDN    Jakarta  Timur
munjukkan  adanya  indikasi  terhadap  rendahnya  kinerja  belajar  siswa  dan  kemampuan
guru  dalam  mengelola  pembelajaran  yang  berkualitas.  Untuk  mengetahui  mengapa
prestasi siswa tidak seperti yang diharapkan, tentu guru perlu merefleksi diri untuk dapat
mengetahui  faktor-faktor  penyebab  ketidakberhasilan  siswa  dalam  pelajaran  IPA.
Sebagai  guru  yang  baik  dan  profesional,  permasalahan  ini  tentu  perlu  ditanggulangi
dengan segera. 
Berdasarkan  hal  tersebut  diatas,  penerapan  model  pembelajaran  interaktif  menjadi
alternatif untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPA.
 Penelitian  ini  dilakukan  peneliti  yang  bertugas  sebagai  tenaga  dosen  FKIP-UT
dengan    berkolaborasi  dengan  guru-guru  SD  di  SDN    Jakarta  Timur.  Dengan
berlolaborasi  ini,  diharapkan  kemampuan  profesional  guru  dalam  merancang  model
pembelajaran akan lebih baik lagi dan dapat menerapkan model pembelajaran yang lebih
bervariatif. Disamping  itu    kolaborasi  ini  dapat meningkatkan  kemampuan  guru  dalam
merefleksi  diri  terhadap  kinerja  yang  telah  dilakukannya,  sehingga  dapat  melakukan
perubahan dan perbaikan kualitas pembelajaran dan mengelola proses pembelajaran yang
lebih terpusat pada siswa.
Model pembelajaran interaktif sering dikenal dengan nama pendekatan pertanyaan anak.
Model  ini  dirancang  agar  siswa  akan  bertanya  dan  kemudian  menemukan  jawaban
pertanyaan mereka sendiri (Faire & Cosgrove dalam Harlen, 1992). Meskipun anak-anak
mengajukan  pertanyaan  dalam  kegiatan  bebas,  pertanyaan-pertanyaan  tersebut  akan
terlalu melebar  dan  seringkali  kabur  sehingga  kurang  terfokus. Guru  perlu mengambil
langkah  khusus  untuk mengumpulkan, memilah,  dan mengubah  pertanyaan-pertanyaan
tersebut ke dalam kegiatan khusus. Pembelajaran  interaktif merinci  langkah-langkah  ini
                                                          http://www.teknologipendidikan.net  4
dan  menampilkan  suatu  struktur  untuk  suatu  pelajaran  IPA  yang  melibatkan
pengumpulan dan pertimbangan  terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa sebagai pusatnya
(Harlen, 1992:48-50)
Salah  satu  kebaikan  dari  model  pembelajaran  interaktif  adalah  bahwa  siswa  belajar
mengajukan  pertanyaan,  mencoba  merumuskan  pertanyaan,  dan  mencoba  menemukan
jawaban  terhadap  pertanyaannya  sendiri  dengan  melakukan  kegiatan  observasi
(penyelidikan). Dengan cara seperti itu siswa atau anak menjadi kritis dan aktif belajar. 
  


B. PERUMUSAN  MASALAH
Berdasarkan  latar  belakang  masalah  yang  telah  diuraikan  sebelumnya,  maka  rumusan
masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebgai berikut.
1.  Bagaimana  desain  model  pembelajaran  interaktif  dengan  kerja  kelompok
dalam pembelajaran IPA di SD?
2.  Bagaimana  menerapkan  model  pembelajaran  interaktif  dengan  kerja
kelompok dalam pembelajaran IPA di SD?
3.  Bagaimana  kinerja  belajar  siswa  dalam  pembelajaran  dengan menggunakan
model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok?
4.  Apakah  dengan  kerja  kelompok  dapat  memperbaiki  dan  meningkatkan
kinerja  belajar  siswa  dalam  menggunakan  model  pembelajaran  interaktif
dengan kerja kelompok?
5.  Bagaimana  kreaktivitas  siswa  dalam  pembelajaran  IPA  yang menggunakan
model pembelajaran interaktif  dengan kerja kelompok?
6.  Kendala    yang  dihadapi    dalam  pembelajaran  interaktif  dengan  kerja
kelompok?



C. CARA  PEMECAHAN MASALAH
  
Permasalahan  rendahnya  hasil  belajar  IPA  di  SDN  Jakarta  Timur  perlu  segera
ditanggulangi, dan guru perlu melakukan refleksi atas kinerjanya selama perolehan hasil
belajar  IPA   masih dapat ditingkatkan  lebih  tinggi  lagi, apabila kreaktifitas siswa dalam
pembelajaran  juga  tinggi.  Hasil  penelitian  mengungkapkan  bahawa  tingkat  kreatifitas
                                                          http://www.teknologipendidikan.net  5
siswa  saat penelitian dilaksanakan masih  rendah, kinerja  siswa menunjukkan  fenomena
sebagai  berikut  guru  jarang membimbing  siswa  dalam  diskusi  tentang  topik-topik  IPA,
guru  jarang memberikan pertanyaan kepada siswa baik secara  individual maupun secara
klasikal. Siswa  tidak berani bertanya kepada guru karena guru kurang memotivasi siswa
agar  berani  bertanya  apabila  ada  masalah/materi  yang  tidak/kurang  dimengerti.
Pembelajaran yang ada lebih terpusat pada guru, bukan kepada siswa. Hal ini tidak dapat
dibiarkan  begitu  saja,  apalagi  dengan  diberlakukannya  kurikulum  berbasis  kompetensi
yang  mengisyaratkan  pembelajaran  harus  dapat  mengembangkan  semua  potensi  yang
dimiliki siswa. Hal  ini dapat  tercapai apbila kinerja belajar siswa ditingkatkan, sehingga
guru hanya berperan sebagai fasiltator, motivator dan organisator.
Berdasarkan  hal  tersebut  diatas,  dengan  demikian  untuk  memperbaiki  dan
meningkatkan  kualitas  pembelajaran  IPA  di  SD,  menerapkan  model  pembelajaran
interaktif sebagai alternatif untuk  dapat meningkatkan perolehan hasil belajar IPA, dapat
lebih optimal  lagi apabila dilakukan melalui kerja kelompok. Rencana penerapan model
tersebut dapat dilihat pada skema berikut. 
      PERSIAPAN
Guru dan Kelas memilih topik dan
menemukan informasi

       SEBELUM  PANDANGAN
Kelas atau perorangan siswa mengemukakan
Yang diketahui tentang topik yang dibahas


     KEGIATAN  EKSPLORASI
Melibatkan siswa  dalam topik
                PEMBANDINGAN
PERTANYAAN  ANAK
Kesempatan kelas mengundang siswa
Mengajukan Pertanyaan tentang topik

                                                          http://www.teknologipendidikan.net  6
PENYELIDIKAN
Guru  dan siswa memilih pertanyaan untuk
Untuk dieksplorasi selama 2-3 hari
PERTANYAAN
TAMBAHAN
SETELAH  PANDANGAN
Pernyataan perorangan atau kelompok dikompilasi
Dan dibandingkan dengan pernyataan sebelumnya

REFLEKSI
Saat memantapkan hal-hal yang telah diverifikasi
Dan hal-hal yang masih perlu dipilah
Gambar 1  Bagan Alur Pembelajaran Interaktif
(Faire and Cosgrove, dalam Harlen 1992)




D.  TUJUAN  PENELITIAN
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menerapkan model pembelajaran
interaktif pada pelajaran IPA dengan kerja kelompok, sebagai suatu upaya perbaikan dan
peningkatan proses pembelajaran. 
Secara khusus tujuan penelitian adalah sebagai berikut.
1.  Mengetahui kemampuan guru mendesain model pembelajaran  interaktif pada
pelajaran IPA dengan kerja kelompok
2.  Menerapkan model pembelajaran  interaktif pada pelajaran IPA di SD dengan
kerja kelompok
3.  Meningkatkan  kinerja  belajar  siswa  dalam  pembelajaran  dengan
menggunakan model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok
4.  Mengetahui  apakah  kerja  kelompok  dapat  memperbaiki  dan  meningkatkan
kinerja belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran interaktif
5.  Meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran  IPA yang menggunakan
model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok.
                                                          http://www.teknologipendidikan.net  7
6.  Mengetahui  kendala  yang  dihadapi  dalam menerapkan model  pembelajaran
interaktif dengan kerja kelompok
7.  Solusi  yang  dilakukan  guru  dalam  mengatasi  kendala  dalam  menerapkan
model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok



E. KONTRIBUSI  HASIL  PENELITIAN
Bagi siswa pembelajaran interaktif memberikan pengalaman baru dan diharapkan
memberikan  kontribusi  terhadap  peningkatan  belajarnya.  Siswa  memiliki  kesadaran
bahwa  proses  pembelajaran  adalah  dalam  rangka  mengembangkan  potensi  dirinya,
karena  itu  keberhasilan  pembelajaran  sangat  ditentukan  oleh  siswa.  Disamping  itu,
melalui penelitian ini siswa terlatih untuk dapat memecahkan masalah dengan pendekatan
ilmiah dan siswa didorong aktif secara fisik, mental, dan emosi dalam pembelajaran.
Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan profesional,
dan  pembelajaran  interaktif menjadi  alternative  pembelajaran  IPA  untuk meningkatkan
prestasi  siswa.  Memberikan      kesadaran  guru  untuk  memperbaiki  dan  meningkatkan
kualitas  pembelajaran  yang  disesuaikan  dengan  tujuan, materi,  karakteristik  siswa,  dan
kondisi  pembelajaran.  Guru  mempunyai  kemampuan  dalam  merancang  model
pembelajaran  interaktif yang merupakan hal baru bagi guru, dan menerapkannya dalam
pembelajaran  IPA.  Dengan  penelitian  ini,  kemampuan  guru  mengaktifkan  siswa  dan
memusatkan  pembelajaran  pada  pengembangan  potensi  diri  siswa  juga  meningkat,
sehingga pembelajaran  lebih menarik, bermakna, menyenangkan, dan mempunyai daya
tarik. Disamping itu penelitian ini dapat memperkaya pengalaman guru dalam melakukan
perbaikan  dan meningkatkan  kualitas  pembelajaran  dengan  refleksi  diri  atas  kinerjanya
melalui PTK. 
Bagi  kepala  sekolah  penelitian  ini  dapat  dijadikan  masukan  untuk  kebijakan
dalam  upaya meningkatkan  proses  belajar mengajar  (PBM)  dan meningkatkan  prestasi
belajar  siswa  serta  perlunya  kerjasama  yang  baik  antar  guru  dan    antara  guru  dengan
kepala sekolah.


II. KAJIAN  PUSTAKA

Ilmu  Pengetahuan  Alam  di  Sekolah  Dasar  adalah  program  untuk menanamkan     
dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan nilai  ilmiah pada siswa serta
rasa mencintai  dan menghargai  kebesaran  Tuhan Yang Maha  Esa.  Tujuan  IPA  secara
umum membantu agar siswa memahami konsep-konsep  IPA dan keterkaitannya dengan
kehidupan  sehari-hari.  Memiliki  keterampilan  untuk  mengembangkan  pengetahuan
tentang  alam  sekitar  maupun  menerapkan  berbagai  konsep  IPA  untuk  menjelaskan
gejala-gejala  alam  yang  harus  dibuktikan  kebenarannya  di  laboratorium,  dengan
demikian IPA tidak saja sebagai produk tetapi juga sebagai proses. Untuk itu ada tiga hal
yang  berkaitan  dengan  sasaran  IPA  di  Sekolah  Dasar  adalah  sebagai  berikut.  (1)  IPA
tidak semata berorientasi kepada hasil  tetapi  juga proses.  (2) Sasaran pembelajaran  IPA
harus  utuh menyeluruh  dan  (3)  pembelajaran  IPA  akan  lebih  berarti  apabila  dilakukan
secara berkesinambungan dan melibatkan siswa secara aktif.

A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Seringkali  kita  mendengar  kata  penelitian,  yang  merupakan  terjemahan  dari
bahasa  Inggris  :  research,  yang  berarti  kegiatan  pencaharian  atau  ekspolrasi  untuk
menemukan jawaban dari masalah yang menjadi bidang kajian.  Adapun yang dimaksud
dengan  Penelitian  Tindakan  Kelas  (PTK)  atau  classroom  action  research,  yaitu  satu
action  research  yang  dilakukan  di  kelas.  Dari  segi  semantik  (arti  kata)  action  researh
diterjemahkan  menjadi  penelitian  tindakan.  Carr  dan  Kemmis  (McNiff,  J,  1991,  p.2)
mendefisikan action research sebagai berikut :
Action  research  is  a  form  of  self    refflective  enquiry  undertaken  by  participants
(teachers, students or principals, for example) in social (including educational) situations
in  order  to  improve  the  rationality  and  justice  of  (a)  their  own  social  or  educational
practices, (b) their understanding of these practices, and the situations (and institutions)
in which the practices are carried out.   
Berdasarkan definisi di atas terdapat beberapa ide pokok antara lain :
            1.  Penelitian  Tindakan  Kelas merupakan  satu  bentuk  inkuiri  atau  penyelidikan
yang dilakukan melalui refleksi diri
      2.  Penelitian  Tindakan  dilakukan  oleh  peserta  yang  terlibat  dalam  situasi  yang
diteliti, seperti guru, siswa, atau kepala sekolah.
                                                          http://www.teknologipendidikan.net  9
  3. Penelitian Tindakan dilakukan dalam situasi sosial, termasuk situasi pendidikan
            4. Tujuan Penelitian Tindakan  adalah untuk memperbaiki  : dasar pemikiran dan
kepantasan  dari  praktek-praktek,  pemahamn  terhadap  praktek  tersebut,  serta
situasi atau  lembaga tempat tersebut dilaksanakan 
Dari  keempat  ide  pokok  di  atas,  dapat  ditarik  kesimpulan  bahwa  Penelitian  Tindakan
Kelas merupakan penelitian dalam bidang sosial, yang menggunakan refleksi diri sebagai
metode  utama  dilakukan    oleh  orang  yang  terlibat  di  dalamnya,  serta  bertujuan  untuk
melakukan  perbaikan  dalam  berbagai  aspek.  Berdasarkan  pengertian  tersebut  maka
Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan guru di dalam kelasnya melalui  refleksi diri,
dengan  tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa
menjadi meningkat. 

B. Model  Pembelajaran Interaktif
Secara  khusus,  istilah  model  diartikan  sebagai  kerangka  konseptual  yang
digunakan  sebagai  pedoman  dalam melakukan  suatu  kegiatn.  Sunarwan  (1991)  dalam
Sobry  Sutikno  (2004  :15)  mengartikan  model  merupakan  gambaran  tentang  keadaan
nyata. Model  pembelajaran  atau model mengajar  sebagai  suatu  rencana  atau  pola  yang
digunakan dalam mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada mengajar di
kelas  dalam  setting  pengajaran. Model  pembelajaran  merupakan  kerangka  konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk  mencapai  tujuan  belajar  tertentu  dan  berfungsi  sebagai  pedoman  bagi  para
perancang  pembelajaran  dan  para  pengajar  dalam  merencanakan  dan  melaksanakan
aktivitas belajar mengajar.
Model  pembelajaran  interaktif  sering  dikenal  dengan  nama  pendekatan
pertanyaan  anak.  Model  ini  dirancang  agar  siswa  akan  bertanya  dan  kemudian
menemukan jawaban pertanyaan mereka sendiri (Faire & Cosgrove dalam Harlen, 1992).
Meskipun  anak-anak  mengajukan  pertanyaan  dalam  kegiatan  bebas,  pertanyaan-
pertanyaan  tersebut akan  terlalu melebar dan seringkali kabur sehingga kurang  terfokus.
Guru perlu mengambil  langkah khusus untuk mengumpulkan, memilah,  dan mengubah
pertanyaan-pertanyaan  tersebut  ke  dalam  kegiatan  khusus.  Pembelajaran  interaktif
merinci  langkah-langkah  ini dan menampilkan  suatu  struktur untuk  suatu pelajaran  IPA
                                                          http://www.teknologipendidikan.net  10
yang melibatkan pengumpulan dan pertimbangan  terhadap pertanyaan-pertanyaan  siswa
sebagai pusatnya (Harlen, 1992:48-50).
Model  pembelajaran  interaktif  memiliki  lima  langkah.    Langkah-langkah
penerapan  model  pembelajaran  Interaktif  diawali  dengan  (1)  persiapan,  sebelum
pembelajaran dimulai guru menugaskan siswa untuk membawa hewan peliharaannya dan
mempersiapkan  diri  untuk menceritakan  tentang  hewan  peliharaannya  masing-masing.
(2) kegiatan penjelajahan, pada  saat pembelajaran di kelas  siswa  lain boleh mengamati
hewan-hewan peliharaan  teman-temannya dari dekat (meraba, mengelus, menggendong)
dan mereka boleh mengajukan pertanyaan.  (3) pertanyaan  siswa diarahkan guru  sekitar
proses  pemeliharaannya.  (4)  penyelidikan,  guru  dan  siswa  memilih  pertanyaan  untuk
dieksplorasi  lebih  jauh. Misalnya siswa diminta mengamati keadaan hewan-hewan yang
tidak  dipelihara,  seperti  dari  mana  mereka  memperoleh  makanannya,  dimana  mereka
tidur,  punya  nama  atau  tidak,  bagaimana  kebersihannya.  (5)  refleksi,  pada  pertemuan
berikutnya di kelas dibahas hasil penyelidikan mereka, dilakukan pembandingan  antara
hewan  peliharaan  dengan  hewan  liar  untuk memantapkan  hal-hal  yang  sudah  jelas  dan
memisahkan  hal-hal  yang masih  perlu  diselidiki  lebih  jauh.  Pada  akhir  kegiatan  guru
dapat memberikan  tugas  kepada  siswa  untuk mengamati  benda-benda  di  sekitar  siswa
untuk mengamati benda-benda di sekitar mereka seperti buku dan tas sekolahnya.   
Salah  satu  kebaikan  dari  model  pembelajaran  interaktif  adalah  bahwa  siswa
belajar  mengajukan  pertanyaan,  mencoba  merumuskan  pertanyaan,  dan  mencoba
menemukan  jawaban  terhadap  pertanyaannya  sendiri  dengan  melakukan  kegiatan
observasi (penyelidikan). Dengan cara seperti itu siswa atau anak menjadi kritis dan aktif
belajar.
C. Kerja Kelompok
Suatu  strategi  pembelajaran  untuk  mencapai  tujuan  IPA  yang  berupaya  untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerja sama, berpikir kritis, dan pada saat yang
sama  meningkatkan  prestasi  akademiknya.  Disamping  itu  kerja  kelompok  dapat
membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit sambil pada saat yang bersamaan
sangat  berguna  untuk  menumbuhkan  kemauan  kerja  sama  dan  kemauan  membantu
teman.  Kerja  kelompok memungkinkan  siswa  lebih  terlibat  secara  aktif  dalam  belajar
karena  ia  mempunyai  tanggung  jawab  belajar  yang  lebih  besar  dan  memungkinkan
                                                          http://www.teknologipendidikan.net  11
berkembangnya daya kreatif dan sifat kepemimpinan pada siswa. Sedangkan peran guru
lebih  ditekankan  sebagai  organisator  kegiatan  belajar-mengajar,  sumber  informasi  bagi
siswa, pendorong bagi siswa untuk belajar, serta penyedia materidan kesempatan belajar
bagi  siswa.  Guru  harus  dapat  mendiagnosa  kesulitan  siswa  dalam  belajar  dan  dapat
memberikan bantuan kepadanya sesuai dengan kebutuhannya. 
D. Pengertian  Belajar
Belajar  merupakan  salah  satu  bentuk  perilaku  yang  amat  penting  bagi
kelangsungan  hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan  diri  (adaptasi)
dengan  lingkungannya.  Dengan  adanya  proses  belajar  inilah  manusia  bertahan  hidup
(survived).  Belajar  secara  sederhana  dikatakan  sebagai  proses  perubahan  dari  belum
mampu  menjadi  sudah mampu,  tejadi  dalam  jangka  waktu  waktu  tertentu.  Perubahan
yang  itu harus secara relative bersifat menetap (permanent) dan  tidak hanya  terjadi pada
perilaku  yang  saat  ini  nampak  (immediate  behavior)  tetapi  juga  pada  perilaku  yang
mungkin terjadi di masa mendatang (potential behavior). Hal lain yang perlu diperhatikan
ialah bahwa perubahan-perubahan  tersebut  terjadi karena pengalaman.   Perubahan yang
terjadi  karena  pengalaman  ini  membedakan  dengan  perubahan-perubahan  lain  yang
disebabkan oleh kemasakan (kematangan).
   
E. Kreativitas
Dewasa  ini  istilah  kreativitas  atau  daya  cipta  sering  digunakan  dalam  kegiatan
manusia  sehari-hari,  sering  pula  ditekankan  pentingnya  pengembangan  kreativitas  baik
pada  anak didik, pegawai negeri maupun pada mereka  yang berwiraswasta. Kreativitas
biasanya diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru. Ciptaan itu
tidak  perlu  seluruh  produknya  harus  baru, mungkin  saja  gabungannya,  kombinasinya,
sedangkan  unsur-unsurnya  sudah  ada  sebelumnya,  kombinasi    baru,  atau  melihat
hubungan-hubungan baru antara unsur, data, atau hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
Kreativitas  terletak  pada  kemampuan  untuk melihat  asosiasi  antara  hal-hal  atau
obyek-obyek yang sebelumnya  tidak ada atau  tidak  tampak hubungannya. Seorang anak
kecil  asyik  bermain  dengan  balok-balok  yang  mempunyai  bentuk  dan  warna  yang
bermacam-macam,  setiap  kali  dapat  menyusun  sesuatu  yang  baru,  artinya  baru  bagi
dirinya  karena  sebelumnya  ia  belum  pernah membuat  hal  yang  semacam  itu. Anak  ini
                                                          http://www.teknologipendidikan.net  12
adalah anak yang kreatif, berbeda dengan anak lain yang hanya membangun sesuatu jika
ada contohnya.
Mengembangkan kreativitas dalam pembelajaran, Gordon dalam Joice and Weill
(1996)  dalam E. Mulyana  (2005  :  163)     mengemukakan  empat  prinsip  dasar  sinektik
tentang kraetivitas. Pertama, kreativitas merupakan sesuatu yang penting dalam kegiatan
sehari-hari.  Hampir  semua  manusia  berhubungan  dengan  proses  kreativitas,  yang
dikembangkan  melalui  seni  atau  penemuan-penemuan  baru.  Lebih  jauh  Gordon
menekankan  bahwa  kreativitas  merupakan  bagian  dari  kehidupan  kita  sehari-hari  dan
berlangsung sepanjang hayat. Kedua, proses kreatif bukanlah sesuatu yang misterius. Hal
tersebut  dapat  diekspresikan  dan  mungkin  membantu  orang  secara  langsung  untuk
meningkatkan  kreativitasnya.  Secara  tradisional,  kreativitas  didorong  pleh  kesadaran 
yang memberi petunjuk untuk mendeskripsikan dan menciptakan prosedur  latihan yang
dapat diterapkan di sekolah atau  lingkungan  lain. Ketiga, penemuan kreatif sama dalam
semua  bidang,  baik  dalam  bidang  seni,  ilmu,  maupun  dalam  rekayasa.  Selain  itu,
penemuan  kreatif  ditandai  oleh  beberapa  proses  intelektual.  Keempat,  berpikir  kraetif
baik  secara  individu  maupun  kelompok  adalah  sama.  Individu  dan  kelompok
menurunkan ide-ide dan produk dalam berbagai hal. 



III. PELAKSANAAN   PENELITIAN
Penelitian  dilaksanakan  di  kelas  lima  SDN      Jakarta  Timur  pada  Tahun  Ajaran
2004/2005. 
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)
yang  dilaksanakan  dengan  mengikuti  prosedur  penelitian  berdasarkan  pada  prinsip
Kemmis  S,  MC  Toggar  R  (1988)  yang  mencakup  kegiatan  perencanaan  (planning),
tindakan  (action),  observasi  (observation),  refleksi  (reflection)  atau  evaluasi.  Keempat
kegiatan  ini  berlangsung  secara  berulang  dalam  bentuk  siklus.  Penelitian  ini  dilakukan
dengan  cara berkolaborasi  antara dosen LPTK  (FKIP-UT) dengan guru SD N      Jakarta
Timur.

B. Prosedur  Penelitian
                                                          http://www.teknologipendidikan.net  13
Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri atas tiga siklus kegiatan sebagai berikut. 
SIKLUS 1 A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)
yang  dilaksanakan  dengan  mengikuti  prosedur  penelitian  berdasarkan  pada  prinsip
Kemmis  S,  MC  Toggar  R  (1988)  yang  mencakup  kegiatan  perencanaan  (planning),
tindakan  (action),  observasi  (observation),  refleksi  (reflection)  atau  evaluasi.  Keempat
kegiatan  ini  berlangsung  secara  berulang  dalam  bentuk  siklus.  Penelitian  ini  dilakukan
dengan  cara berkolaborasi  antara dosen LPTK  (FKIP-UT) dengan guru SD N      Jakarta
Timur.

Tahap Perencanaan (Planning)
1.  Mengidentifikasi masalah
2.  Menganalisis dan merumuskan masalah
3.  Merancang model Pembelajaran interaktif
4.  Mendiskusikan penerapan model pembelajaran interaktif
5.  Menyiapkan instrumen (angket, pedoman observasi, tes akhir)
6.  Menyusun kelompok belajar siswa
7.  Merencanakan tugas kelompok
Tahap Melakukan Tindakan (Action)
1.  Melaksanakan langkah-langkah sesuai perencanaan
2.  Menerapkan model pembelajaran interaktif
3.  Melakukan  pengamatan  terhadap  setiap  langkah-langkah  kegiatan  sesuai
rencana
4.  Memperhatikan  alokasi  waktu  yang  ada  dengan  banyaknya  kegiatan  yang
dilaksanakan
5.  Mengantisipasi  dengan  melakukan  solusi  apabila  menemui  kendala  saat
melakukan tahap tindakan
Tahap Mengamati (observasi)
1.  Melakukan  diskusi  dengan  guru  SD  dan  kepala  Sekolah  untuk  rencana
observasi
2.  Melakukan  pengamatan  terhadap  penerapan  model  pembelajaran  interaktif
yang dilakukan guru kelas lima
3.  Mencatat  setiap  kegiatan  dan  perubahan  yang  terjadi  saat  penerapan model
pembelajaran interaktif
4.  Melakukan  diskusi  dengan  guru  untuk  membahas  tentang  kelamahan-
kelemahan  atau  kekurangan  yang  dilakukan  guru  serta  memberikan  saran
perbaikan untuk pembelajaran berikutnya
Tahap refleksi (Reflection)
1.  Menganalisis temuan saat melakukan observasi pelaksanaan observasi
2.  Menganalisis  kelemahan  dan  keberhasilan  guru  saat  menerapkan  model
pembelajaran  interaktif  dengan  kerja  kelompok  dan  mempertimbangkan
langkah selanjutnya
3.  Melakukan refleksi terhadap penerapan model pembelajaran interaktif dengan
kerja kelompok
4.  Melakukan refleksi terhada kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA
5.  Melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa
SIKLUS  II
Tahap Refleksi/Siklus II meliputi 
Tahap Perencanaan (Planning)
1.  Hasil  refleksi  dievaluasi,  didiskusikan,  dan mencari  upaya  perbaikan  untuk
diterapkan pada pembelajaran berikutnya
2.  Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran
3.  Merancang perbaikan II berdasarkan refleksi siklus I

Tahap Melakukan Tindakan (Action)
1.  Melakukan analisis pemecahan masalah
2.  Melaksanakan  tindakan  perbaikan  II  dengan  memaksimalkan  penerapan
model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok

Tahap Mengamati (observation)
1.  Melakukan  pengamatan  terhadap  penerapan  model  pembelajaran  interaktif
dengan kerja kelompok
2.  Mencatat perubahan yang terjadi
3.  Melakukan diskusi membahas masalah yang dihadapi  saat pembelajaran dan
memberikan balikan


Tahap Refleksi (Reflection)
1.  Merefleksi proses pebelajaran interakti dengan kerja kelompok
                                                          http://www.teknologipendidikan.net  15
2.  Merfleksi hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran interaktif
dengan kerja kelompok
3.  Menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian
4.  Rekomendasi
Dari tahap kegiatan pada siklus I dan II, hasil yang diharapkan adalah
1)  Siswa memiliki kemampuan dan kreativitas    serta  selalu  aktif  terlibat dalam
proses pembelajaran  IPA
2)  Guru  memiliki  kemampuan  guru  merancang  dan  menerapkan  model
pembelajaran  interaktif  dengan  kerja  kelompok  khusus  pada mata  pelajaran
IPA
3)  Terjadi peningkatan prestasi siswa pada mata pelajaran IPA

C. Analisis Data  
Untuk  lebih  menjamin  keakuratan  data  penelitian  dilakukan  perekaman  data
dalam video. Data yang diperoleh dianalisis dan dideskripsikan sesuai permasalahan yang
ada  dalam  bentuk  laporan  hasil  penelitian.  Rancangan  pembelajaran  interaktif  dan
pemberian  tugas  kerja  kelompok  dilakukan  validasi  oleh  teman  sejawat  dan  kepala
sekolah.  Untuk  kreativitas  siswa  dalam  pembelajaran  digunakan  observasi  dan  angket
serta perolehan hasil belajar siswa digunakan deskripsi kuantitatif.



 IV. HASIL  DAN  PEMBAHASAN
SIKLUS 1
Tahap Perencanaan (Planning)
-  Guru  mulai  mengidentifikasi  masalah  yang  mungkin  muncul  saat  pelaksanaan
pembelajaran.
-  Guru  mencoba  menganilisis  dan  merumuskan  masalah  yang  mungkin  muncul  saat
pembelajaran
- Guru merancang model pembelajaran interaktif, dibantu peneliti 
-  Guru  dan  peneliti  melakukan  diskusi  mengenai  penerapan  model  pembelajaran
interaktif, terutama langkah-langkah kegiatan diskusi kelompok siswa
-  Peneliti  dan guru  bersama-sama membuat angket untuk siswa dan pedoman observasi
                                                          http://www.teknologipendidikan.net  16
-  Guru  menyusun  kelompok  berdasarkan  siswa  yang  pandai  dibagi  merata  kesetiap
kelompok 
-  Guru merencanakan tugas kelompok tentang topik/materi IPA/Sains

Tahap Melakukan Tindakan (Action)
- Guru melaksanakan langkah-langkah kegiatan sesuai perencanaan pembelajaran
- Guru menerapkan model pembelajaran interaktif pada pelajaran Sains/IPA
-  Peneliti  dan  pengamat  (teman  sejawat  dan  kepala  sekolah)  melakukan  pengamatan
terhadap setiap langkah-langkah  kegiatan sesuai rencana 
-  Peneliti  dan  pengamat  memperhatikan  alokasi  waktu  yang  ada  dengan  banyaknya
kegiatan yang dilaksanakan 
-  Guru  belum  dapat    mengantisipasi  kendala  dengan  melakukan  solusi    mengalami
kendala saat melakukan tahap tindakan
Tahap Mengamati (observasi)
-  Peneliti,  pengamat  (teman  sejawat  dan  kepala  sekolah)    dan  guru melakukan  diskusi
untuk rencana observasi pada pembelajaran IPA/Sains berikutnya
-  Peneliti  dan  para  pengamat  melakukan  pengamatan  terhadap  penerapan  model
pembelajaran interaktif yang dilakukan guru 
-   Peneliti dan para pengamat mencatat  setiap kegiatan dan perubahan yang  terjadi  saat
penerapan  model  pembelajaran  interaktif.  Pada  awal  pembelajaran  guru
melaksanakan  pembelajaran  sesuai  dengan  prncanaan,  namun  setelah  beberapa  saat
guru  kembali  kepada  pola  lama  yang  biasa  dilakukan  dalam  pembelajaran  yaitu
menjelaskan  materi  dan  siswa  menyimak  penjelasan  guru  dan  mencatat  hal  yang
dianggap  penting.  Guru  nampak  tidak  percaya  diri  ketika  siswa  bertanya  tentang
materi yang tidak dimengerti ketika mengerjakan tugas di rumah. 
-    Peneliti,  para  pengamat  dan  guru  melakukan  diskusi  untuk  membahas  tentang
kelemahan-kelemahan atau kekurangan yang dilakukan guru serta memberikan saran
perbaikan  untuk  pembelajaran  IPA/Sains  berikutnya.  Saran  yang  diberikan  peneliti
dan  juga para pengamat salah satunya adalah guru harus membaca materi IPA/Sains
paket,  meskipun  guru  sudah  sering  mengajarkan  materi  tersebut.  Guru  juga  harus
membaca   beberapa buku referensi  lain selain buku paket dan buku wajib, agar guru
                                                          http://www.teknologipendidikan.net  17
lebih percaya diri dan dapat menjawab semua pertanyaan siswa dengan    tepat. Guru
harus dapat mengalokasi waktu dengan baik, sehingga dapat  merangkum materi yang
dibahas. 
Tahap refleksi (Reflection)
-  Guru  menlakukan  analisis  temuan  peneliti  dan  para  pengamatan    saat  melakukan
observasi pelaksanaan pembelajaran oleh guru
-  Peneliti  dan  para  pengamat  menganalisis  kelemahan  dan  keberhasilan  guru  saat
menerapkan  model  pembelajaran  interaktif  dan  mempertimbangkan  langkah
selanjutnya. Terutama dalam mengelola kelas, saat siswa melakukan kerja kelompok.
-  Guru  melakukan  refleksi  terhadap  penerapan  model  pembelajaran  interaktif  pada
pelajaran  IPA/Sains.  Selama  diskusi  kelas  guru  berusaha  berkeliling  pada  setiap
kelompok. Guru menanyakan kesulitan  atau masalah  yang dihadapi  saat melakukan
percobaan.
- Guru dibantu peneliti melakukan refleksi terhadap kreativitas siswa dalam pembelajaran
IPA/Sains, di samping itu guru mengadakan evaluasi  tentang topik yang sudah dibahas
dan nilai rata-rata siswa 5,859. Kreativitas meningkat setelah mengalami pembelajaran
yang dilaksanakan guru. Siswa terlibat aktif dalam diksusi kelompok dan percobaan. 
-  Guru  melakukan  refleksi  terhadap  hasil  belajar  siswa,  mengevaluasi  terhadap
kekurangan    dan  kelemahannya    dalam  pelaksanaan  pembelajaran,  berupaya  untuk
memperbaikinya.
 


SIKLUS  II
Tahap Refleksi/Siklus II meliputi 
Tahap Perencanaan (Planning)
-  Hasil  refleksi  guru  dievaluasi  dan  didiskusikan  bersama  dengan  peneliti  dan  para
pengamat dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran IPA/Sains
berikutnya.  
-  Guru mendata masalah-masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran
-  Guru merancang perbaikan pembelajaran berdasarkan refleksi siklus I
Tahap Melakukan Tindakan (Action)
                                                          http://www.teknologipendidikan.net  18
- Guru melakukan analisis dan pemecahan masalah yang dihadapinya dalam pelaksanaan
pembelajaran
-  Guru  melaksanakan  tindakan  perbaikan  pembelajaran  dengan  memaksimalkan
penerapan model pembelajaran interaktif dan berusaha memperbaiki kekurangan dan
kelemahan saat pembelajaran.

Tahap Mengamati (observation)
-  Peneliti  dan  para  pengamat  melakukan  pengamatan  terhadap  penerapan  model
pembelajaran interaktif 
-   Peneliti dan para pengamat mencatat perubahan yang  terjadi, guru    lebih percaya diri
dan menjelaskan materi/konsep dengan baik. Guru  sudah dapat berperan  sebagai nara
sumber,  fasilitator  dan  mediator  dengan  baik.  Guru  sudah  dapat  mengelola  kelas
dengan baik.
-  Guru, peneliti dan para pengamat melakukan diskusi membahas masalah yang dihadapi
saat pembelajaran dan memberikan balikan.

Tahap Refleksi (Reflection)
- Guru merefleksi proses pembelajaran interaktif yang dilaksanakannya 
- Guru merefleksi hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran interaktif
- Guru menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian
-  Peneliti  dan  guru   memberikan  rekomendasi  terhadap  hasil  akhir  penelitian  tindakan
kelas yang dilakukan guru. 
Dari tahap kegiatan pada siklus I dan II, hasil yang diharapkan adalah
-    Siswa memiliki  kemampuan  dan  kreativitas    serta  selalu  aktif  terlibat  dalam  proses
pembelajaran  IPA.  Setiap  pembelajaran  IPA  siswa  selalu  sudah  siap  dengan
pertanyaan  tentang  materi/topik  yang  akan  dibahas.  Siswa  sudah  terbiasa  bekerja
kelompok dan berdiskusi  
-  Guru  telah  memiliki  kemampuan  merancang  dan  menerapkan  model  pembelajaran
interaktif  khususnya  pada  mata  pelajaran  IPA/Sains.  Ada  kemauan  guru  untuk
menerapkan model pembelajaran interaktif pada pelajaran lainnya
-  Prestasi siswa dalam pelajaran IPA/Sains meningkat. Nilai rata siswa mencapai  6,512  
                                                          http://www.teknologipendidikan.net  19



 V. KESIMPULAN  DAN SARAN
- Guru dalam mendesain model pembelajaran interaktif untuk  mata pelajaran IPA, pada
awalnya  masih ragu dan belum terbiasa.
- Guru dalam menerapkan model pembelajaran interaktif pada mata pelajaran IPA di SD
dengan  kerja  kelompok.  Pada  awalnya  siswa    mengalami  kesulitan  bekerja  dalam
kelompok, terutama siswa yang pintar/pandai tidak mau bergabung dengan siswa yang
tidak/kurang pandai. Siswa yang  merasa dirinya pandai lebih suka belajar dan bekerja
sendiri.  Siswa  terkesan  egois,  untuk  dapat  menyatukan  siswa  dalam  kelompok  dan
bekerja  sama  guru  berusaha memberi  penjelasan  tentang  pentingnya  berbagi,  bekerja
sama, bersahabat tanpa  memperhatikan kepintaran atau kemampuan orang lain. Justru
siswa yang memiliki kelebihan daripada  teman-temannya dapat membantunya dengan
memberikan  penjelasan  tentang  teori/materi  pelajaran  yang  belum  dipahami  dan
dimengerti
-   Kinerja  belajar  siswa   meningkat    setelah    pembelajaran  IPA   menggunakan model
pembelajaran interaktif.  Siswa sangat antusias   membahas topik dalam diskusi, dan 
berusaha menjawab dan   menemukan  informasi  tentang  topik  tersebut. Siswa  saling
berebut mengemukakan  informasi  (apa  yang mereka ketahui)  tentang  topik. Setelah
dilakukan pembagian tugas kelompok siswa bekerja sesuai dengan tugasnya masing-
masing.
-  Guru  dalam  menerapkan  model  pembelajaran  interaktif  dengan  kerja  kelompok,  
mengalami  kesulitan  dalam  pengelolaan waktu. Guru  belum  dapat membagi waktu
dalam  masing-masing  kegiatan  pembelajaran.  Siswa  terlalu  melakukan  diskusi,
sehingga  guru  tidak  sempat merangkum/menyimpulkan materi  yang  dibahas  karena
waktunya sudah habis.
 -  Prestasi  belajar  siswa meningkat  setelah mengalami  pembelajaran  interaktif  dengan
kerja kelompok. Pada siklus pertama nilai rata-rata siswa  perorangan 5,859; nilaia rata-
rata   kelompok   sebesar 6,102. Pada siklus kedua   nilai rata-rata siswa 6,512 dan nilai
rata-rata kelompok 7,615; sedangkan pada siklus ketiga nilai rata-rata siswa 7,948 dan
nilai  rata-rata  kelompok  7,384.  Berdasarkan  nilai  yang  diperoleh  siswa  dapat
                                                          http://www.teknologipendidikan.net  20
disimpulkan  bahwa  model  pembelajaran  interaktif  dengan  kerja  kelompok  dapat
digunakan pada penelitian tindakan kelas. 

- Penelitian  tindakan kelas yang dilakukan bertujuan  adalah memperbaiki pembelajaran
yang  dilaksanakan  guru.  Menggunakan  model  pembelajaran  interaktif  dengan  kerja
kelompok  dapat  dijadikan  alternatif    untuk  penelitian  tindakan  kelas  yang  akan
dilaksanakan berikutnya.
B. Saran 

Penerapan model pembelajaran  interaktif dengan kerja kelompok memerlukan kemauan
dan pengorbanan yang besar, baik waktu, tenaga dan pikiran untuk itu bagi guru sekolah
dasar mampu melaksanakan penelitian tindakan kelas menggunakan model pembelajaran
ini sebagai suatu tantangan.

Penelitian  tindakan  kelas  sebaiknya  dilakukan  oleh  guru  dengan  penuh  kesadaran  dan
tanggung  jawabnya  sebagai  pendidik,  peneliti  hanya  berusaha  menjembatani  dan
memfasilitasi  agar  para  guru  sekolah  dasar  mau  melakukan  penelitian  tindakan  kelas
sebagai langkah introspeksi diri sebagai tenaga profesional.

Sebaiknya  penelitian  tindakan  kelas  dilakukan  oleh  semua  guru,    baik  guru  SD,  SMP,
maupun SMA, sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja sebagai guru. Guru harus dapat
menilai  dirinya  sendiri  sebelum  melakukan  penilaian  kepada  siswanya.  Guru  harus
mengetahui  kelemahan  dan  kekurangannya  dalam  pembelajarannya,    berusaha  untuk
mengatasinya   dan menemukan    solusi yang  terbaik  serta mengantisipasi  apabila dalam
pembelajaran mengalami kendala dan masalah.



DAFTAR  PUSTAKA

Arifin,  Zainal.  (1994).  Pendekatan  Dalam  Proses  Belajar  Mengajar.  Remaja     
Rosdakarya. Bandung.

                                                          http://www.teknologipendidikan.net  21
Gagne,  R.M  (1985).  The  Conditions  of  Learning  Theory  of  instruction  (4th

Edition). New York : Holt, Rinehart and Winston.

Hasibuan,  J.J, Mudjiono  (1988), Proses Belajar Mengajar. CV. Remaja Karya.
Bandung.

Hendro  Darmodjo,  Kaligis,  J  R  E.  (1991/1992).  Pendidikan  IPA  II,  Hal  7-11
Depdikbud Dirjen Dikti, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan

Hernawaty  Damanik.  (2004).  Penerapan  Model  Pembelajaran  Social  Science
Inquiry    Dalam  Mata  Pelajaran  Sosiologi  Dengan  Kerja  Kelompok.
FKIP- Universitas Terbuka.

Irwanto,  dkk  (1991).  Psikologi  Umum  Buku  Panduan  Mahasiswa.  Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.

Kemmis,  S.  dan  MC.  Toggart.R.  (Ed.1988).  The  Action  Resesarch  Planner.
Deakin.  Deakin University: Australia

Lemlit-UT, (2003).  Jurnal Pendidikan  Volume 4, nomor 2. Pusat Studi Lembaga
Penelitian Universitas Terbuka.

Mulyasa,  E  (2005).  Menjadi  Guru  Profesional  :  Menciptakan  Pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Poedjiadi, A. (1990). Pendidikan Sains dan Teknologi di Masa yang akan datang.
Disampaikan pada Seminar Puskur Balitbang Dikbud, Jakarta.

Poedjiadi,  A.  (1993).  Mewujudkan  literasi  Sains  dan  Teknologi  Melalui
Pendidikan,  hal  4-6.  Disampaikan  pada  seminar  FPMIPA  IKIP-
Bandung. 
                                                          http://www.teknologipendidikan.net  22

Slavin, RE.(1994). Educational Psychology  : Theory and Practice. Masschusetts:
Allyn and Bacon Publisher. 

Sobry  Sutikno,  (2004).  Model  Pembelajaran  Interaksi  Sosial,  Pembelajaran
Efektif dan Retorika. NTP  Press. Mataram

Slavin,  RE.(1994).  Educational  Psychology  :  Theory  Research    and  Practice.
Second Edition. Boston: Allyn and Bacon.
Sutarno,  N.  (2004).  Materi    Dan  Pembelajaran  IPA  SD.  Pusat  Penerbitan
Universitas Terbuka. 




                                                          http://www.teknologipendidikan.net