Saturday, May 17, 2014

PENERAPAN METODE KOOPERATIF MODEL THINK-PAIR-SHARE





PENERAPAN METODE KOOPERATIF MODEL THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS III SDN 5 NGADIROJO KECAMATAN SOOKO
KABUPATEN PONOROGO












HENDRY SUSILO
NIM. 816121539




UNIVERSITAS TERBUKA
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH SURABAYA
PROGRAM S-1 PGSD POKJAR KOTA PONOROGO
TAHUN 2010



KATA PENGANTAR



Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang atas Rahmad-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) yang berjudul “Penerapan Metode Kooperatif Model Think Pair Share Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas III SDN 5 Ngadirojo Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo Tahun Pelajaran 2009/2010”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian penulisan laporan PKP ini tidak terlepas dari dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1.      Prof. Dr.Kisyani, M.Hum., selaku Kepala UPBJJ-UT Surabaya.
2.      DR. Yoso Wiyarno, selaku dosen pembimbing / supervisor.
3.      Bapak Misnun, M.Pd., selaku pengelola S-1 PGSD Pokjar Sooko Kabupaten Ponorogo.
4.      Bapak Sugeng Prayitno, S.Pd., M.Pd., selaku Kepala SDN 5 Ngadirojo Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo.
5.      Bapak Kusnen, S.Pd., selaku teman sejawat yang telah membantu dengan meluangkan waktu, penulisan ide / pendapat yang sangat berguna.
6.      Rekan-rekan guru lainnya dan karyawan SDN 5 Ngadirojo Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo yang telah membantu terselesainya laporan ini.
7.      Berbagai pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Sebagai ungkapan rasa terima kasih, penulis memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa semoga kepada semua pihak yang berkenan memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis, sehingga terselesaikannya laporan PKP ini, selalu mendapat rahmad dan karunia dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Penulis berkeyakinan bahwa Laporan PKP ini masih sangat perlu disempurnakan, oleh karenanya semua kritik dan saran yang konstruktif akan diterima dengan terbuka untuk perbaikan dikemudian hari. Semoga laporan PKP ini dapat memenuhi fungsinya dan bermanfaat.










Ponorogo, 11 April 2010



Penulis
 
   
ABSTRAK


Hendry Susilo, 2010. Penerapan Metode Kooperatif Model Think Pair Share Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas III SDN 5 Ngadirojo Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo Tahun Pelajaran 2009/2010

Kata Kunci: matematika, metode kooperatif think-pair-share (TPS)

Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang historis, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena adanya perbedaan, manusia dapat silih asah (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah, sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.
Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah:  Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model Think Pair Share pada siswa kelas III SDN 5 Ngadirojo Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo Tahun Pelajaran 2009/2010?
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model Think Pair Share pada siswa kelas III SDN 5 Ngadirojo Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo Tahun Pelajaran 2009/2010.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas III SDN 5 Ngadirojo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Ponorogo. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II yaitu, siklus I (63,64%), siklus II (90,91%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode kooperatif model Thing Pair Share dapat berpengaruh positif terhadap prestasi hasil belajar Siswa kelas III SDN 5 Ngadirojo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Ponorogo tahun pelajaran 2009/2010, serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran matematika.


DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul .................................................................................................          i       
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Abstrak ................................................................................................................... iv
Daftar Isi ................................................................................................................. v
Daftar tabel ............................................................................................................ vi
BAB ..... I       PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang  ......................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah ..................................................................... 2
C.     Tujuan Penelitian ....................................................................... 3
D.    Manfaat Penelitian  ................................................................... 3
E.     Batasan Masalah ....................................................................... 3
BAB      II       KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran dan hasil belajar .................................................. 4
B. Pembelajaran Kooperatif  .......................................................... 6                              
C. Keterampilan-keterampilan Kooperatif  .................................... 8
D. Metode Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair Share     13
E.   Kerangka Berpikir ............................................................       15
BAB     III      PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A.    Subjek Penelitian  .................................................................... 16
B.     Diskripsi Persiklus  .................................................................. 18
BAB     IV      HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Diskripsi persiklus  .................................................................. 26
B.     Pembahasan ............................................................................. 37
BAB     V      PENUTUP
A.    Kesimpulan ............................................................................. 40
B.     Saran .................................................................................. ..... 40
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 41

LAMPIRAN – LAMPIRAN
1.      Format Kesediaan Sebagai Teman Sejawat
2.      Surat Pernyataan
3.      Rencana Perbaikan Pembelajaran I
4.      Rencana Perbaikan Pembelajaran II


DAFTAR TABEL


3.1. Daftar Siswa Kelas III SDN 5 Ngadirojo ...................................................   16
4.1. Lembar Pengamatan Aktifitas Pembelajaran Siklus I ..................................   28
4.2. Daftar Nilai siswa putaran siklus I ...............................................................   29
4.3. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus I........................................................   30
4.4. Lembar Pengamatan Aktifitas Pembelajaran Siklus II ................................   33
4.5. Daftar Nilai siswa putaran siklus II .............................................................   34
4.6. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II .....................................................   35

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup individual, berbeda satu sama lain. Karena sifatnya yang individual, maka manusia yang satu membutuhkan manusia lainnya sehingga sebagai konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial, makhluk yang berinteraksi dengan sesamanya. Karena satu sama lain saling membutuhkan maka harus ada interaksi yang silih asih (saling menyayangi atau saling mencintai). Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi antar sesama siswa.
Pembelajaran Matematika tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas matematika dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain. (Hartoyo, 2000: 24).
Langkah-langkah tersebut memerlukan partisipasi aktif dari siswa. Untuk itu perlu ada metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Adapun metode yang dimaksud adalah metode pembelajaan kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. Felder, (1994: 2).

 
Pembelajaran kooperatif lebih menekankan interaksi antar siswa. Dari sini siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut diharapkan siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan mudah karena “siswa lebih mudah memahami penjelasan dari kawannya dibanding penjelasan dari guru karena taraf pengetahuan serta pemikiran mereka lebih sejalan dan sepadan”. (Sulaiman dalam Wahyuni 2001: 2).
Penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya. (Nur,     1996: 2).
Pete Tschumi dari Universitas Arkansas Little Rock memperkenalkan suatu ilmu pengetahuan pengantar pelajaran komputer selama tiga kali, yang pertama siswa bekerja secara individu, dan dua kali secara kelompok. Dalam kelas pertama hanya 36% siswa yang mendapat nilai C atau lebih baik, dan dalam kelas yang bekerja secara kooperatif ada 58% dan 65% siswa yang mendapat nilai C atau lebih baik (Felder, 1994:14).
Berdasarkan hasil survey di SDN 5 Ngadirojo, bahwa pembelajaran di sekolah tersebut khususnya kelas III pelaksanaannya masih belum maksimal dan terdapat beberapa hambatan diantaranya hasil nilai yang diperoleh berdasarkan ulangan harian juga masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Dalam hal ini KKM ditentukan oleh sekolah yaitu 60 sehingga banyak yang harus mengikuti remidi.
Dengan adanya permasalahan tersebut peneliti akan menerapkan pembelajaran dengan metode kooperatif model think-pair-share (TPS) dikelas III untuk meningkatkan nilai ulangan harian dan mengurangi tingkat remidi. Melalui pendekatan TPS hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa sehingga pelajaran matematika menjadi suatu yang pelajaran menyenangkan (joyfull learning).
Berdasarkan paparan tersebut diatas maka peneliti ingin mencoba melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Metode Kooperatif Model Think-Pair-Share Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa III SDN 5 Ngadirojo Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo Tahun Pelajaran 2009/2010”
                                                 
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model Think Pair Share pada siswa Kelas III SDN 5 Ngadirojo Kecamatan Sooko kabupaten Ponorogo tahun pelajaran 2009/2010?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model Think Pair Share pada siswa Kelas III SDN 5 Ngadirojo Kecamatan Sooko kabupaten Ponorogo tahun pelajaran 2009/2010

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi:
  1. Bagi peneliti adalah untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional dan sebagai bahan pertimbangan untuk menemukan strategi mengajar yang sesuai dengan kondisi kelas yang dihadapi.
  2. Bagi sekolah, yaitu memberikan kontribusi untuk meningkatkan kualitas belajar mengaja  khususnya pada mata pelajaran matematika.
  3. bagi guru yang lain, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa.
  4. Bagi siswa, diharapkan dengan pendekatan TPS dapat meningkatkan prestasi belajar mereka dan melatih sikap sosial untuk saling peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam mencapai tujuan belajar.
F.   Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah meliputi:
  1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa Kelas III SDN 5 Ngadirojo Kecamatan Sooko kabupaten Ponorogo tahun pelajaran 2009/2010.
  2. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret semester genap tahun pelajaran 2009/2010.
  3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan luas persegi dan persegi panjang.


  4. BAB II

    KAJIAN PUSTAKA


    A. Pembelajaran dan Hasil Belajar
    Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingka laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (KBBI, 1996: 14).
    Pasal 1 Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
    Sependapat dengan pernyataan tersebut Soetomo (1993: 68) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu peoses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain. (Soetomo, 1993:120).
    Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.
    Nana Sudjana (1995: 22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia memperoleh pengalaman belajarnya. Dalam belajar matematika terjadi proses berpikir dan terjadi kegiatan mental dan dalam kegiatan dalam menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang diperoleh sebagai pengertian. Karena itu orang menjadi memahami dan menguasai hubungan-hubungan tersebut. Dengan demikian ia dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan yang dipelajari tersebut, inilah yang disebut hasil belajar. Gagne (1977 : 47-48) mengelompokkan hasil belajar menjadi lima bagian dalam bentuk kapabilitas yakni ketrampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik, dan sikap.
    Gagne dan Briggs (1978 : 49-55) menerangkan bahwa hasil belajar yang berkaitan dengan lima kategori tersebut adalah (1) keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berkenaan dengan pengetahuan procedural yang terdiri atas deskriminasi jamak, konsep konkret dan terdefinisi, kaidah serta prinsip, (2) strategi kognitif adalah kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan, mengingat, dan berpikir. (3) Informasi verbal adalah kemampuan untuk mendiskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan, (4) keterampilan motorik adalah kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot, (5) sikap merupakan kemampuan internal yang berperan dalam mengambil tindakan untuk menerima atau menolak berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
    Bloom (1976 : 201-207) membagi hasil belajar menjadi tiga kawasan yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Kawasan kognitif berkenaan dengan ingatan atau pengetahuan dan kemampuan intelektual serta keterampilan-keterampilan. Kawasan afektif menggambarkan sikap, minat, dan nilai serta pengembangan pengertian atau pengetahuan dan penyesuaian diri yang memadai. Kawasan psikomotor adalah kemampuan-kemampuan menggiatkan dan mengkoordinasikan gerak. Kawasan kognitif dibagi atas enam macam kemampuan intelektual mengenai lingkungan yang disusun secara hirarkis dari yang paling sederhana sampai kepada yang paling kompleks, yaitu (1) pengetahuan adalah kemampuan mengingat kembali hal-hal yang telah dipelajari, (2) pemahaman adalah kemampuan menangkap makna atau arti sesuatu hal, (3) penerapan adalah kemampuan mempergunakan hal-hal yang telah dipelajari untuk menghadapi situasi-situasi baru dan nyata, (4) analisis adalah kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi bagian-bagian sehingga struktur organisasinya dapat dipahami, (5) sintesis adalah kemampuan untuk memadukan bagian-bagian menjadi suatu keseluruhan yang berarti, (6) penilaian adalah kemampuan memberi harga sesuatu hal berdasarkan kriteria intern atau kelompok atau kriteria ekstern ataupun yang ditetapkan lebih dahulu. Berdasarkan pandangan-pandangan dari para ahli tersebut diatas maka yang dimaksud dengan hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil dari seseorang siswa dalam mengikuti proses pengajaran pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar yang diukur dari kemampuan siswa tersebut dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

    B.   Pembelajaran Kooperatif
    Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. (Felder, 1994:2).
    Wahyuni (2001:8) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dengan cara menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan berbeda.
    Sependapat dengan pernyataan tersebut Setyaningsih (2001:8) mengemukakan bahwa metode pembelajaran kooperatif memusatkan aktivitas di kelas pada siswa dengan cara pengelompokan siswa untuk bekerjasama dalam proses pembelajaran.
    Dari tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah. Kemampuan siswa dalam setiap kelompok adalah hiterogen.
    Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi menjadi subjek belajar karena mereka dapat berkreasi secara maksimal dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena pembelajaran kooperatif merupakan metode alternatif dalam mendekati permasalahan, mampu mengerjakan tugas besar, meningkatkan keterampilan komunikasi dan sosial, serta perolehan kepercayaan diri.
    Dalam pembelajaran ini siswa saling mendorong untuk belajar, saling memperkuat upaya-upaya akademik dan menerapkan norma yang menunjang pencapaian hasil belajar yang tinggi. (Nur, 1996:4). Dalam pembelajaran kooperatif lebih mengutamakan sikap sosial untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu dengan cara kerjasama. 
    Pembelajaran kooperatif mempunyai unsur-unsur yang perlu diperhatikan. Unsur-unsur tersebut sebagai berikut:
    1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”.
    2. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggungjawab terhadap dirinya sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi.
    3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.
    4. Para siswa harus membagi tugas dan berbagai tanggungjawab sama besarnya diantara par. a anggota kelompok
    5. Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
    6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerjasama selama belajar.
    7. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
    Johnson, dan Smitt dalam Felder (1994: 2) menambahkan unsur-unsur dalam pembelajaran koopratif sebagai berikut:
    1.   Ketergantungan Positif
    Anggota kelompok harus saling tergantung untuk mencapai tujuan. Jika ada anggota yang gagal mengerjakan tugasnya maka setiap anggota harus menerima konsekuensinya.
    2.   Kemampuan Individual
    Seluruh siswa dalam satu kelompok memiliki tanggung jawab melakukan pekerjaannya dan menguasai seluruh bahan untuk dipelajari.
    3.   Promosi tatap muka interaktif
    Meskipun beberapa kelompok kerja dibagi-bagikan dan dilakukan tiap individu, beberapa diantarannya harus dilakukan secara interaktif, anggota kelompok saling memberikan timbal balik.
    Manfaat dari penggabungan keahliah yang tepat
    Siswa didorong dan dibantu untuk mengembangkan dan mempraktekkan pembangunan kepercayaan, kepemimpinan, pembuatan keputusan, komunikasi dan konflik manajemen keahlian.
    5.   Kelompok Proses
    Anggota kelompok mengatur kelompok, secara periodik menilai apa yang mereka lakukan dengan baik sebagai sebuah kelompok dan mengidentifikasi perubahan yang akan mereka lakukan agar fungsi mereka lebih efektif di waktu selanjutnya.
    Berdasarkan unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif, Johnson, Johnson dalam Wahyuni (2001:10) menyebutkan peranan guru dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
    1. Menentukan objek pembelajaran
    2. Membuat keputusan menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar sebelum pembelajaran dimulai.
    3. Menerangkan tugas dan tujuan akhir pada siswa.
    4. Menguasai kelompok belajar dan menyediakan keperluan tugas.
    5. Mengevaluasi prestasi siswa dan membantu siswa dengan cara mendiskusikan cara kerjasama.
    C.  Keterampilan-keterampilan Kooperatif
    Pembelajaran kooperatif akan terlaksana dengan baik jika siswa memiliki keterampilan-keterampilan kooperatif. Keterampilan-keterampilan kooperatif yang perlu dimiliki siswa seperti diungkapkan Nur (1996:25) adalah keterampilan kooperatif tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat mahir.
    1.   Keterampilan kooperatif tingkat awal
                Keterampilan kooperatif tingkat awal meliputi hal-hal sebagai berikut:
    a.       Menggunakan kesepakatan
    Menggunakan kesepakatan artinya setiap anggota kelompok memiliki kesamaan pendapat. Menggunakan kesepakatan bertujuan untuk mengetahui siapa yang memiliki pendapat yang sama.
    b.      Menghargai kontribusi
    Maksud dari menghargai kontribusi yaitu memperhatikan atau mengenal apa yang dikatakan atau dikerjakan oleh anggota kelompok yang dibuat lain. Tidak selalu harus menyetujui, dapat saja tidak menyetujui yang berupa kritik, tetapi kritik yang diberikan harus terhadap ide dan tidak terhadap pelaku.
    c.       Menggunakan suara pelan
    Tujuan menggunakan suara dalam kerja kelompok adalah agar anggota kelompok dapat mendengar percakapan dengan jelas dan tidak frustasi oleh suara keras dalam ruangan.
    d.      Mengambil giliran dan berbagi tugas
    Setiap anggota kelompok harus bisa menggantikan seseorang yang mengemban tugas tertetentu dan mengambil tanggungjawab tertentu dalam kelompok.
    e.       Berada dalam kelompok
    Untuk menciptakan pekerjaan kelompok yang efisien setiap anggota kelompok harus tetap duduk atau berada dalam tempat kerja kelompok.
    f.       Berada dalam tugas
    Setiap anggota kelompok harus meneruskan tugas yang menjadi tanggungjawabnya agar kegiatan selesai tepat waktunya.
    g.      Mendorong partisipasi
    Anggota kelompok selalu mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan sumbangan terhadap penyelesaian tugas kelompok. Karena jika satu atu dua orang anggota kelompok tidak berpartisipasi atau hanya memberikan sedikit sumbangan, maka hasil dari kelompok tersebut tidak akan terselesaikan pada waktunya atau hasilnya kurang orisinil atau kurang imajinatif.
    h.      Mengundang orang lain untuk berbicara
    Maksud dari mengundang orang lain untuk berbicara yaitu meminta orang lain untuk berbicara agar hasil kelompok bisa maksimal.
    i.        Menyelesaikan tugas tepat waktunya
    Tugas yang dikerjakan harus diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan agar memperoleh nilai yang tinggi.
    j.        Menyebutkan nama dan memandang bicara
    Memangil satu sama lain menggunakan nama dan menggunakan kontak mata akan memberikan rasa bahwa mereka telah memberikan kontribusi penting kelompok.
    k.      Mengatasi gangguan
    Mengatasi gangguan berarti menghindari masalah yang diakibatkan karena tidak atau kurangnya perhatian terhadap tugas yang diberikan. Gangguan dapat membuat suatu kelompok tidak dapat menyelesaikan tugas belajar yang diberikan.
    l.        Menolong tanpa memberi jawaban
    Agar siswa tidak merasa telah memahami atau menemukan konsep, dalam memberikan bantuan tidak dengan menunjukkan cara pemecahannya.
    m.    Menghormati perbedaan individu.
    Bersikap menghormati perbedaaan terhadap budaya unik, pengalaman hidup serta suku bangsa/ras dari semua siswa dapat menghindari permusuhan dalam kelompok. Ketegangan dapat dikurangi, rasa memiliki dan persahabatan dapat dikembangkan serta masing-masing individu anggota kelompok dapat meningkatkan rasa kebaikan, sensitivitas dan toleransi.
    2.   Keterampilan kooperatif tingkat menengah
                Keterampilan kooperatif tingkat menengah meliputi:
    a.       Menunjukkan penghargaan dan simpati
    Menunjukkan rasa hormat, pengertian dan rasa sensitivitas terhadap usulan-usulan yang berbeda dari usulan orang lain.
    b.      Menggunakan pesan “saya”
    Dalam berbicara perlu menggunaan kata “saya” agar orang lain tidak merasa terancam atau merasa bersalah sehingga permusuhan dapat dihindari.

    c.       Menggunakan ketidak setujuan dengan cara yang dapat diterima
    Menyatakan pendapat yang berbeda atau menjawab pertanyaan harus dengan cara yang sopan dan sikap yang baik karena jika mengkritik seseorang dan memadamkan ide seseorang dapat menimbulkan atmosfir yang negatif dalam kelompok.
    d.      Mendengarkan dengan aktif
    Mendenganrkan dengan aktif maksudnya menggunakan pesan fisik dan lisan dalam meperhatikan pembicara. Pembicara akan mengetahui bahwa pendengar secara giat sedang menyerap informasi. Pengertian terhadap konsep akan meningkat dan hasil kelompok akan menunjukkan tingkat pemikiran dan komunikasi yang tinggi.
    e.       Bertanya
    Bertanya artinya meminta atau menanyakan suatu informasi atau penjelasan lebih jauh. Dengan bertanya dapat menjelaskan konsep, seseorang yang sedang tidak aktif dapat didorong untuk ikut serta, dan anggota kelompok yang malu dapat dimotivasi untuk ikut berperan serta.
    f.       Membuat ringkasan
    Membuat ringkasan maksudnya mengulang kembali informasi. Ini dapat digunakan untuk membantu mengatur apa yang sudah dikerjakan dan apa yang perlu dikerjakan.
    g.      Menafsirkan
    Menafsirkan artinya menyatakan kembali informasi dengan kalimat yang berbeda. Informasi dapat dijelaskan dan hal-hal yang penting dapat diberi penekanan.
    h.      Mengatur dan mengorganisir
    Merencanakan dan menyusun pekerjaan sehingga dapat diselesaikan secara efektif dan efisien. Dengan mengatur dan mengorganisir, tugas-tugas yang diberikan akan dapt diselesaikan dengan efesien dan efektif.
    a.       Memeriksa ketepatan
    Membandingkan jawaban dan memastikan bahwa jawaban itu benar. Manfaatnya yaitu pekerjaan akan bebas dari kesalahan dan kekurang tepatan. Pemahaman terhadap bidang studi juga akan berkembang.
    b.      Menerima tanggungjawab
    Menerima tanggungjawab bersedia dan mampu memikul tangungjawab dari tugas-tugas dan kewajiban untuk diri sendiri dan kelompok, untuk meyelesaikan tugas yang diberikan.
    c.       Menggunakan kesabaran
    Bersikap toleran pada teman, tetap pada pekerjaan dan bukan pada kesulitan-kesulitan, serta tidak membuat keputusan yang tergesa-gesa.
    d.      Tetap tenang/mengurangi ketegangan
    Maksud dari tatap tenang/mengurangi ketegangan adalah menimbulkan atmosfir yang damai dalam kelompok. Suasana yang hening dalam kelompok dapat menimbulkan tingkat pembelajaran yang lebih tinggi.
    3.   Keterampilan kooperatif tingkat mahir
                Keterampilan tingkat mahir meliputi hal-hal sebagai berikut:
    a.       Mengolaborasi
    Mengelaborasi berarti memperluas konsep, kesimpulan dan pendapat-pendapat yang berhubungan dengan topik tertentu. Mengelaborasi dapat menghasilkan pemahaman yang lebih dalam dan prestasi yang lebih tinggi.
    b.      Memeriksa secara cermat
    Bertanya dengan pokok pembicaraan yang lebih mendalam unuk mendapatkan jawaban yang benar. Memeriksa secara cermat dapat menjamin bahwa jawabannya benar.
    c.       Menanyakan kebenaran
    Menanyakan kebenaran maksudnya membuktikan bahwa jawaban yang dikemukakan adalah benar atau memberikan alasan untuk jawaban tersebut. Menanyakan kebenaran akan membantu siswa untuk berfikir tentang jawaban yang diberikan dan untuk lebih meyakinkan terhadap ketepatan jawaban tersebut.
    d.      Menganjurkan suatu posisi
    Menganjurkan suatu posisi maksudnya menunjukkan posisi kelompok terhadap suatu masalah tertentu.
    e.       Menetapkan tujuan
    Menetapkan tujuan maksudnya menentukan prioritas-prioritas. Pekerjaan dapat diselesaikan lebih efeisien jika tujuannya jelas.
    f.       Berkompromi
    Berkompromi adalah menentukan pokok permasalahan dengan persetujuan bersama. Kompromi dapat membangun rasa hormat kepada orang lain dan mengurangi konflik antar pribadi.
    g.      Mengahadapi masalah khusus
    Mengahadapi masalah khusus maksudnya menunjukkan masalah dengan memakai pesan “saya”, tidak menuduh, tidak menggunakan sindiran, atau memanggil nama. Hal tersebut menunjukkan bahwa hanya sikap yang dapat berubah bukan ciri atau ketidak mampuan seseorang semuanya itu bertujuan untuk memecahkan masalah dan bukan untuk memenangkan masalah. Dengan hal ini konflik pribadi akan berkurang. Tingkat kebaikan, sensitivitas dan toleran akan meningkat.

    D.    Metode Pembelajaran Kooperatif Model Think-Pair-Share
    Metode ini dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawannya dari Universitas Maryland dan mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan. Metode Think-Pair-Share memberikan kepada para siswa untuk berpikir dan merespons serta saling bantu satu sama lain. Sebagai contoh, seorang guru baru saja menyelesaikan suatu sajian pendek atau para siswa telah selesai membaca suatu tugas. Selanjutnya, guru meminta kepada para siswa untuk menyadari secara lebih serius mengenai apa yang telah dijelaskan oleh guru atau apa yang telah dibaca. Guru tersebut memilih metode Think-Pair-Share daripada metode Tanya jawab untuk kelompok secara keseluruhan (whole-group question and answer). Lyman dan kawan-kawannya menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
    1.      Langah 1, Berpikir (Thinking):
    Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu satu menit untuk berpikir sendiri mengenai jawaban atau isu tersebut.
    2.      Langkah 2, Bepasangan (Pairing):
    Selanjutnya guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika suatu soal khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
    3.      Langkah 3, Berbagi (Sharing):
    Pada akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separo dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.
    Model ini dirancang untuk menggabungkan insentif motivasional dari penghargaan kelompok dengan program pembelajaran individual yang cocok dengan tingkatan yang dimiliki oleh siswa.
    Siswa dikelompokkan kedalam empat atau lima orang secara heterogen. Setiap siswa mengerjakan unit-unit program matematika sesuai dengan kemampuan masing-masing. Artinya, dalam suatu tim bisa saja si A mngerjakan unit 2, si B mengerjakan unit 5. para siswa mengikuti rangkaian kegiatan yang teratur, mulai dari membaca lembar pembelajaran, mengerjakan lembar kerja, memeriksa apakah dia telah menguasai keterampilan dan mengikuti tes.
    Anggota tim bekerja secara berpasangan, saling bertukar lembar jawaban dan memeriksa pekerjaan temannya. Jika seorang siswa berhasil mencapai atau melampaui skor 80, dia mengikuti final tes. Anggota tim bertanggung jawab meyakinkan bahwa temannya telah siap mengikuti final tes. Baik tanggungjawab individual dan penghargaan kelompok ada di dalam Think Pair Share ini.
    Setiap minggu guru menjumlahkan banyaknya unit yang telah diselesaikan oleh semua anggota tim dan memberikan sertifikat atau penghargaan lainnya kepada tim yang memenuhi kriteria berdasarkan jumlah final tes yang berhasil dilampaui.

    E.     Kerangka Berpikir
    Suatu pembelajaran dikatakan berhasil bila siswa memahami apa yang dijelaskan oleh guru, siswa dapat melaksanakan tugas-tugas yang diberikan sebagai evaluasi serta memperoleh nilai yang memuaskan. Keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor guru (metode yang digunakan), faktor siswa, dan media yang digunakan serta pemberian motivasi guru terhadap siswa. Upaya dalam mewujudkan hal itu dapat dilakukan dengan penggunaan metode yang tepat pada pembelajaran.
    Metode Pembelajaran Kooperatif Model Think-Pair-Share memberikan kesempatan kepada para siswa untuk berpikir dan merespons serta saling bantu satu sama lain. Dengan ini diharapkan frestasi belajar siswa kelas III SDN 5 Ngadirojo tahun ajaran 2009/2010 akan meningkat.
    BAB III
    PELAKSANAAN PERBAIKAN

    A.    SUBJEK PERBAIKAN
    1.       Tempat
    Tempat perbaikan pembelajaran adalah kelas III SD Negeri 5 Ngadirojo
    2.       Waktu Perbaikan
    perbaikan pembelajaran ini dilakukan pada
    a         Senin, 22 Maret 2010
    b        Jum’at, 26 Maret 2010
    3.       Sasaran Perbaikan
    Sasaran dalam perbaikan pembelajaran ini adalah kelas III SD Negeri 5 Ngadirojo tahun ajaran 2009/2010 yang mempunyai siswa sebanyak 11 siswa.
    4.       Mata Pelajaran
    Mata pelajaran yang menjadi sasaran perbaikan dalam proses pembelajaran adalah mata pelajaran Matematika untuk kelas III , khususnya untuk pokok bahasan persegi dan persegi panjang : khususnya untuk kompetensi dasar :
    Menghitung luas persegi dan persegi panjang.
    5.       Karateristik Siswa
    Tabel 3.1. Daftar siswa kelas III SDN 5 Ngadirojo
    No
    No induk
    Nama Siswa
    1
    406
    Veni puspita
    Alung pradita
    Astin dissari
    Devi rohmatul pejekriyah
    Fitriana
    Fitriani
    Nanda ayu sri hartatik
    Reza rifzika helta
    Vinka luthfira
    Surya hery tonang
    Yeep free sun fajar
    2
    407
    Alung pradita
    3
    408
    Astin dissari
    4
    410
    Devi rohmatul pejekriyah
    5
    411
    Fitriana
    6
    412
    Fitriani
    7
    413
    Nanda ayu sri hartatik
    8
    414
    Reza rifzika helta
    9
    415
    Vinka luthfira
    10
    416
    Surya hery tonang
    11
    423
    Yeep free sun fajar

    16
     
     
    6.       Rancangan Penelitian
    Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat(Igak wardhani, 1.4)
     Dari pengertian di atas kita dapat ditemukan karakteristik PTK, yang membedakan dengan jenis penelitian lain. Adapun karakteristik penelitian tindakan kelas tersebut antara lain:
    a         An inquiri of praktice from within (penelitian berawal dari kerisauan guru akan kinerjanya).
    b        Tujuannya : memperbaiki pembelajaran.
    c         Self-reflektive inquiri (metode utama adalah refleksi diri, bersifat agak longgar, tetapi tetap mengikuti kaedah-kaedah penelitian).
    d        Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran
    Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997:6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.
    7.       Penyiapan Partisipan
    Dalam pengamatan dan pengumpulan data dibantu oleh teman sejawat (penyiapan partisipan).
    Agar penelitian ini berjalan lancar, peneliti melakukan koordinasi dengan teman sejawat melalui kegiatan:
    a         Membicarakan rencana penelitian yang akan dilaksanakan dengan teman sejawat.
    b        Mendiskusikan hal-hal yang perlu dilaksanakan dan diamati selama penelitian
    c         Mempersiapkan instrumen penelitian dan membahas teknik penggunaannya.
    d        Menyimulasikan tindakan yang akan dilaksanakan.

    B.     DESKRIPSI PER SIKLUS
    Penelitian akan dilaksanakan dua kali putaran atau dua kali siklus. Hal ini dimaksud agar peneliti dapat memperbaiki tindakan dalam setiap siklus untuk menentukan cara yang paling efektif dan efisien dari penggunaan metode pembelajaran yang digunakan.
    1.      Siklus I
    a.      Rencana
    Pada tahap perencanaan siklus I diawali refleksi terhadap hasil belajar siswa sebelum perbaikan, mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah dan mencari alternatif pemecahan masalah.
    Berdasarkan hasil tersebut, maka peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut :
    1)      Berdasarkan silabus menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I tentang luas bangun persegi dan persegi panjang. (terlampir)
    2)      Membuat lembar pengamatan untuk melihat kondisi kegiatan belajar mengajar di kelas yang meliputi pengamatan siswa, dan lembar pengamatan guru dalam penggunaan metode TPS.
    3)      Membuat dan menyiapkan instrumen alat evaluasi yang meliputi :
    ·         Lembar soal
    ·         Kunci jawaban dan pedoman penilaian
    ·         Daftar nilai
    b.      Pelaksanaan (22 Maret 2010)
    Perbaikan pembelajaran dilakukan oleh peneliti yang dibantu oleh teman sejawat sebagai pengamat sesuai dengan Rencana Perbaikan Pembelajaran yang sudah disusun. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut :
    1)      Kegiatan Awal (10 menit)
    a)      Menyanyikan lagu
    b)      Melakukan tanya jawab tentang bangun datar.
    Misalnya :
    (1)   Anak-anak berilah contoh macam-macam bangun datar?
    (2). Beri contoh perlengkapan di kelas ini yang merupakan bangun datar?
    c)      Menyampaikan tujuan pembelajaran.
    2)      Kegiatan Inti (50menit)
    a)      Guru menyajikan gambar bangun persegi dan persegi panjang yang dilengkapi dengan petak satuan.
    b)      Guru melakukan tanya jawab misalnya:
    (1). Tetang ukuran sisi-sisi  bangun persegi pada gambar
    (2). Menghitung luas bangun persegi dengan menggunakan petak satuan
    (3). Tetang ukuran panjang dan lebar bangun persegi panjang pada gambar
    (4). Menghitung luas bangun persegi dengan menggunakan petak satuan
    c)      Guru membimbing siswa untuk menemukan rumus untuk menghitung luas bangun persegi dan persegi panjang
    d)     Guru membagikan lembar kerja siswa
    e)      Siswa berpasangan mengerjakan LKS :
    (1)   Mendiskusikan luas bangun datar dengan menggunakan petak satuan.
    (2). Mendiskusikan cara menghitung luas dengan rumus
    f)       Perwakilan kelompok menyanpaikan hasil kerjanya, sedangkan kelompok yang lain menanggapinya.
    g)      Melakukan diskusi kelas untuk berbagi informasi yang baru saja didapat dari proses pembelajaran.
    3)      Kegiatan Akhir (10 menit)
    a)      Siswa dan guru melakukan refleksi dan penguatan berupa kesimpulan sebagai catatan siswa.
    b)      Siswa mendapat tugas mengerjakan tes.
    c.       Pengamatan  dan Pengumpulan Data
    1)      Metode Pengumpulan Data
    Seluruh rangkaian kegiatan pada siklus 1 selama 70 menit diamati langsung oleh teman sejawat dan peneliti sendiri. Pengamatan dilaksanakan di dalam kelas dengan menggunakan instrumen tes formatif, lembar pengamatan keaktifan siswa, dan lembar pengamatan guru.
    2)      Teknik Analisis Data
    Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
    Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
    a)      Untuk menilai ulangan atau tes formatif
    Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
    Dengan      :      = Nilai rata-rata
                         Σ X   = Jumlah semua nilai siswa
     Î£ N   = Jumlah siswa
    b)      Untuk ketuntasan belajar
    Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Dalam hal ini KKM ditentukan oleh sekolah yaitu skor 60% atau nilai 60, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 60%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
    d.      Refleksi
    Data yang dianalisis untuk direfleksi adalah data yang diperoleh dari Hasil Pengamatan terhadap siswa meliputi :
    1)      Keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran.
    2)      Hasil belajar siswa ( diperoleh dari tes formatif)
    Setelah data selesai dianalisis, dengan menggunakan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, selanjutnya ditarik kesimpulan tentang keberhasilan atau kegagalan penilaian pada siklus I ini. Apabila berhasil pada semua indikator yang ditetapkan, maka penelitian tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya, tetapi apabila hasil analisis menunjukkan adanya indikasi ketidak berhasilan pada salah satu indikator, maka penelitian harus dilanjutkan pada siklus berikutnya, sesuai dengan yang apa telah direncanakan.

     
  5. 1.      Siklus II
    a.      Rencana
    Pada tahap perencanaan ini didasarkan pada hasil analisis pada siklus I. 
    Berdasarkan hasil tersebut, maka peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut :
    1)      Berdasarkan silabus menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II  tentang luas bangun persegi dan persegi panjang. (terlampir)
    2)      Membuat lembar pengamatan untuk melihat kondisi kegiatan belajar mengajar di kelas yang meliputi pengamatan siswa, dan lembar pengamatan guru dalam penggunaan metode TPS.
    3)      Membuat dan menyiapkan instrumen alat evaluasi yang meliputi :
    o   lembar soal
    o   Kunci jawaban dan pedoman penilaian
    o   Daftar nilai
    b.      Pelaksanaan (26 Maret 2010)
    Perbaikan pembelajaran dilakukan oleh peneliti yang dibantu oleh teman sejawat sebagai pengamat sesuai dengan Rencana Perbaikan Pembelajaran yang sudah disusun. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut :
    1)      Kegiatan Awal (10 menit)
    b)      Menyanyikan lagu
    c)      Melakukan tanya jawab tentang bangun datar.
    Misalnya :
    -      Anak-anak berilah contoh macam-macam bangun datar?
    -      Beri contoh perlengkapan di kelas ini yang merupakan bangun datar?
    d)     Menyampaikan tujuan pembelajaran.
    2)      Kegiatan Inti (50 menit)
    a)      Guru menyajikan gambar bangun persegi dan persegi panjang yang dilengkapi dengan petak satuan.
    b)      Guru melakukan tanya jawab misalnya:
    (1)   tetang ukuran sisi-sisi  bangun persegi pada gambar
    (2)   menghitung luas bangun persegi dengan menggunakan petak satuan
    (3)   tetang ukuran panjang dan lebar bangun persegi panjang pada gambar
    (4)   menghitung luas bangun persegi panjang dengan menggunakan petak satuan
    (5)   menghitung luas bangun persegi dengan menggunakan petak satuan
    c)      Guru membimbing siswa untuk menemukan rumus untuk menghitung luas bangun persegi dan persegi panjang
    d)     Guru membagikan lembar kerja siswa
    e)      Siswa berpasangan mengerjakan LKS :
    (1)   Mendiskusikan luas bangun datar dengan menggunakan petak satuan.
    (2)   Mendiskusikan cara menghitung luas dengan rumus.
    f)       Perwakilan kelompok menyampaikan hasil kerjanya, sedangkan kelompok yang lain menanggapinya
    g)      Melakukan diskusi kelas untuk membahas tentang materi yang baru saja disajikan.
    3)      Kegiatan Akhir (10 menit)
    a)      Siswa dan guru melakukan refleksi dan penguatan berupa kesimpulan sebagai catatan siswa.
    b)      Siswa mendapat tugas mengerjakan tes sebagai penguatan dan penilaian.
    c.       Pengamatan  dan Pengumpulan Data
    1)      Metode Pengumpulan Data
    Seluruh rangkaian kegiatan pada siklus II selama 70 menit diamati langsung oleh teman sejawat dan peneliti sendiri. Pengamatan dilaksanakan di dalam kelas dengan menggunakan instrumen tes formatif, lembar pengamatan keaktifan siswa, dan lembar pengamatan guru.
    2)      Teknik Analisis Data
    Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
    Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
    a)  Untuk menilai ulangan atau tes formatif
    Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
    Dengan        :      = Nilai rata-rata
                               Σ X   = Jumlah semua nilai siswa
     Î£ N   = Jumlah siswa
    b)  Untuk ketuntasan belajar
    Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Dalam hal ini KKM ditentukan oleh sekolah yaitu skor 60% atau nilai 60, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 60%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:


    d.      Refleksi
    Data yang dianalisis untuk direfleksi adalah data yang diperoleh dari Hasil Pengamatan terhadap siswa meliputi :
    1)      Hasil belajar siswa (diperoleh dari tes formatif)
    2)      Keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran.
    Mendiskusikan hasil pengamatan dan evaluasi dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II yang menggunakan media pembelajaran kooperatif model TPS. Setelah data selesai dianalisis, dengan menggunakan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, selanjutnya ditarik kesimpulan tentang keberhasilan atau kegagalan penilaian pada siklus II ini. Apabila berhasil pada semua indikator yang ditetapkan, maka penelitian tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya, tetapi apabila hasil analisis menunjukkan adanya indikasi ketidak berhasilan pada salah satu indikator, maka penelitian harus dilanjutkan pada siklus berikutnya, sesuai dengan yang apa telah direncanakan.

    BAB IV
    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Data penelitian yang diperoleh berupa data observasi berupa pengamatan pengelolaan aktivitas siswa dan guru dalam penerapan  metode pembelajaran kooperatif model Think Pair Share dan pada akhir pembelajaran berupa hasil tes formatif siswa pada setiap siklus.
                Data lembar observasi diambil dari pengamatan aktivitas siswa dan guru dalam pengelolaan metode pembelajaran kooperatif model Think Pair Share yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran kooperatif model Think Pair Share dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

    A.    Deskripsi persiklus
                Sebagai langkah awal pada penulisan hasil penelitian, maka pada bab ini akan dideskripsikan data yang berhasil penulis kumpulkan. Hal tersebut dimaksud untuk menjaring data yang lengkap dan akurat yang dapat digunakan sebagai dasar serta bahan acuan dalam kegiatan analisis data.
                Seperti dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas. Oleh karena itu pendeskripsian data hasil penelitian melalui tahap-tahap sebagai berikut:
    Sebagai langkah awal pada penulisan hasil penelitian, maka pada bab ini akan dideskripsikan data yang berhasil penulis kumpulkan. Hal tersebut dimaksud untuk menjaring data yang lengkap dan akurat yang dapat digunakan sebagai dasar serta bahan acuan dalam kegiatan analisis data.
                Seperti dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa penelitian ini menggunakanti dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas. Oleh karena itu pendeskripsian data hasil penelitian melalui tahap-tahap sebagai berikut:
    1.      Siklus I
    a.       Tahap Perencanaan
    26
     
    Pada kegiatan pembelajaran siklus I ini membahas tentang pokok bahasan luas persegi dan persegi panjang. Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana perbaikan pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi aktivitas siswa dan guru dalam pengolahan metode pembelajaran kooperatif model Think Pair Share.
    b.      Pelaksanaan
    Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 22 Maret 2010 di kelas III dengan jumlah siswa 11 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Adapun pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I adalah sebagai berikut :
    1)      Apersepsi
    Agar siswa memahami materi dengan tepat serta bisa memusatkan perhatian pada situasi belajar, maka guru perlu menanyakan materi yang sebelumnya yang ada hubungannya dengan materi yang akan dibahas.
    2)      Memotivasi
    Guru membangun pengetahuan belajar bermakna melalui motivasi siswa dengan cara menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
    3)      Belajar kelompok
    Guru meminta siswa bekerjasama dengan kelompoknya / berbagi pengalaman untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan Lembar Kerja Siswa (LKS).
    4)      Penemuan
    Siswa memikirkan, menganalisa, merumuskan dan berbagi tentang konsep sesuai dengan Lembar Kerja Siswa (LKS). Setelah mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS), siswa mempresentasikan hasil yang telah mereka lakukan. Pada kegiatan ini juga menggunakan unsur bertanya agar siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan teman yang lain.
    5)      Refleksi
    Guru bersama siswa mengevaluasi apa yang telah mereka dapatkan dan merangkum kesimpulan materi yang telah dipelajari.
    6)      Penilaian
    a)      Guru memberikan beberapa contoh soal sebagai pemantapan.
    b)      Kemudian diakhir pembelajaran siswa mengerjakan test evaluasi yang berisi 5 soal yang nantinya digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa terhadap konsep yang telah diajarkan pada siklus I.
    c.       Pengamatan
    Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar. Adapun hasil pengamatan dari proses pembelajaran dari aktivitas siswa dan guru dalam penerapan metode pembelajaran Think Pair Share adlah sebagai berikut:
    Tabel 4.1    Lembar Pengamatan Aktifitas Pembelajaran Siklus I
    No
    Aspek yang dinilai
    Skor Penilaian
    Kriteria
    1
    2
    3
    4
    1
    Guru mengaitkan pembelajaran sekarang dengan yang terdahulu



    Cukup baik
    2
    Respon siswa menanggapi pertanyaan yang diajukan guru



    Kurang baik
    3
    Kerjasama siswa dalam kelompok



    Cukup baik
    4
    Siswa mengemukakan pendapat dan berbagi dengan teman



    Tidak baik
    JUMLAH
    9


    Persentase   =  x 100%
                        =  x 100%
                        =  x 100%
                        = 56,25 %
    Berdasarkan pengamatan pada tabel 4.1 di atas, proses pembelajaran siklus I pembelajarannya kurang maksimal dan tentunya hal ini akan berpengaruh terhadap hasil test formatif pada akhir pembelajaran.
    Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:
    Tabel 4.2. Daftar hasil test formatif pada akhir putaran siklus I
    No
    Nama Siswa
    Nilai
    Keterangan
    T
    TT
    1
    Veni puspita
    Alung pradita
    Astin dissari
    Devi rohmatul pejekriyah
    Fitriana
    Fitriani
    Nanda ayu sri hartatik
    Reza rifzika helta
    Vinka luthfira
    Surya hery tonang
    Yeep free sun fajar
    50

    2
    Alung pradita
    60

    3
    Astin dissari
    70

    4
    Devi rohmatul pejekriyah
    40

    5
    Fitriana
    60

    6
    Fitriani
    50

    7
    Nanda ayu sri hartatik
    80

    8
    Reza rifzika helta
    60

    9
    Vinka luthfira
    70

    10
    Surya hery tonang
    60

    11
    Yeep free sun fajar
    50

    Jumlah
    650
    7
    4

    Keterangan: T                                                     : Tuntas
    TT                                                    : Tidak Tuntas
    Jumlah siswa yang tuntas                : 7
    Jumlah siswa yang belum tuntas     : 4
    Nillai rata-rata kelas dihitung dengan persamaan berikut :
    Dengan    :      = Nilai rata-rata
                       Σ X   = Jumlah semua nilai siswa
     Î£ N   = Jumlah siswa
    Persentase ketuntasan belajar :
    Tabel 4.3. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus I
    No
    Uraian
    Hasil Siklus I
    1
    2
    3
    Nilai rata-rata tes formatif
    Jumlah siswa yang tuntas belajar
    Persentase ketuntasan belajar
    59,09
    7
    63,64
     Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif model Think Pair Share diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 59,09 dan ketuntasan belajar mencapai 63,64% atau ada 7 siswa  dari 11 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 hanya sebesar 63,64% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif model Think Pair Share.

     
    a.       Refleksi
    Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat setelah kegiatan pembelajaran pada siklus I dapat diuraikan hasil sebagai berikut :
    1)      Mengkaitkan pelajaran sekarang dengan yang terdahulu mendapatkan kriteria cukup baik, karena pertanyaan yang diajukan belum sepenuhnya mengarah pada penggalian pengetahuan awal.
    2)      Respon siswa menanggapi pertanyaan yang diajukan guru  mendapat kriteria kurang baik, karena guru kurang memberikan umpan balik atas pertanyaan yang diberikan.
    3)      Kerjasama siswa dalam kelompok mendapatkan kriteria cukup baik, karena siswa belum tampak aktif dalam bertukar pendapat.
    4)      Siswa mengemukakan pendapat dan berbagi dengan teman mendapatkan kriteria tidak baik, karena kurangnya keberanian siswa untuk berbagi pengetahuan dengan teman.
    b.      Revisi
    1)      Mengkaitkan pelajaran sekarang dengan yang terdahulu. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru harus mengarah pada penggalian awal siswa sehingga siswa dapat menghubungkannya dengan konsep yang akan diajarkan.
    2)      Respon siswa menanggapi pertanyaan yang diajukan guru. Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa menanggapi pertanyaan yang diajukan. Dan memberi umpan balik atas pertanyaan yang diberikan oleh guru.
    3)      Kerjasama siswa dalam kelompok. Guru harus memberikan bimbingan kepada semua kelompok agar kerjasama dalam dapat lebih maksimal.
    4)      Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapatnya untuk berbagi dengan teman masih sangat kurang sehingga guru harus bisa memotivasi siswa agar tumbuh keberaniannya.
    Dengan demikian, perlu diadakan perbaikan pembelajaran lagi pada siklus selanjutnya.
    2.      Siklus II
    a.       Tahap Perencanaan
    Pada kegiatan pembelajaran siklus II ini membahas tentang pokok bahasan luas persegi dan persegi panjang. Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana perbaikan pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi aktivitas siswa dan guru dalam pengolahan metode pembelajaran kooperatif model Think Pair Share.
    b.      Tahap kegiatan dan Pelaksanaan
    Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 26 Maret 2010 di kelas III dengan jumlah siswa 11 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.
    1)      Apersepsi
    Agar siswa memahami materi dengan tepat serta bisa memusatkan perhatian pada situasi belajar, maka guru perlu menanyakan materi yang sebelumnya yang ada hubungannya dengan materi yang akan dibahas.
    2)      Memotivasi
    Guru membangun pengetahuan belajar bermakna melalui motivasi siswa dengan cara menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
    3)      Belajar kelompok
    Guru meminta siswa bekerjasama dengan kelompoknya / berbagi pengalaman untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan Lembar Kerja Siswa (LKS).
    4)      Penemuan
    Siswa memikirkan, menganalisa, merumuskan dan berbagi tentang konsep sesuai dengan Lembar Kerja Siswa (LKS). Setelah mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS), siswa mempresentasikan hasil yang telah mereka lakukan. Pada kegiatan ini juga menggunakan unsur bertanya agar siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan teman yang lain.
    5)      Refleksi
    Guru bersama siswa mengevaluasi apa yang telah mereka dapatkan dan merangkum kesimpulan materi yang telah dipelajari.
    6)      Penilaian
    a)      Guru memberikan beberapa contoh soal sebagai pemantapan.
    b)      Kemudian diakhir pembelajaran siswa mengerjakan test evaluasi yang berisi 5 soal yang nantinya digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa terhadap konsep yang telah diajarkan pada siklus II.
    c.       Pengamatan
    Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar. Adapun hasil pengamatan dari proses pembelajaran dari aktivitas siswa dan guru dalam penerapan metode pembelajaran Think Pair Share adalah sebagai berikut:
    Tabel 4.4    Lembar Pengamatan Aktifitas Pembelajaran Siklus II
    No
    Aspek yang dinilai
    Skor Penilaian
    Kriteria
    1
    2
    3
    4
    1
    Guru mengaitkan pembelajaran sekarang dengan yang terdahulu



    Baik
    2
    Respon siswa menanggapi pertanyaan yang diajukan guru



    Baik
    3
    Kerjasama siswa dalam kelompok



    Baik
    4
    Siswa mengemukakan pendapat dan berbagi dengan teman



    Cukup baik
    JUMLAH
    15

    Persentase   =  x 100%
                        =  x 100%
                        =  x 100%
                        = 93.75 %
    Berdasarkan pengamatan pada tabel 4.4 di atas, proses pembelajaran siklus II pembelajarannya hampir maksimal dan tentunya hal ini akan berpengaruh terhadap hasil test formatif pada akhir pembelajaran.
    Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut:
    Tabel 4.5 Daftar hasil test formatif pada akhir putaran siklus II
    No
    Nama Siswa
    Nilai
    Keterangan
    T
    TT
    1
    Veni puspita
    Alung pradita
    Astin dissari
    Devi rohmatul pejekriyah
    Fitriana
    Fitriani
    Nanda ayu sri hartatik
    Reza rifzika helta
    Vinka luthfira
    Surya hery tonang
    Yeep free sun fajar
    60

    2
    Alung pradita
    80

    3
    Astin dissari
    80

    4
    Devi rohmatul pejekriyah
    50

    5
    Fitriana
    70

    6
    Fitriani
    60

    7
    Nanda ayu sri hartatik
    90

    8
    Reza rifzika helta
    70

    9
    Vinka luthfira
    80

    10
    Surya hery tonang
    70

    11
    Yeep free sun fajar
    70


    Jumlah
    780
    10
    1
    Keterangan: T                                                     : Tuntas
    TT                                                    : Tidak Tuntas
    Jumlah siswa yang tuntas                : 10
    Jumlah siswa yang belum tuntas     : 1
    Nillai rata-rata kelas dihitung dengan persamaan berikut :
    Dengan    :      = Nilai rata-rata
                       Σ X   = Jumlah semua nilai siswa
     Î£ N   = Jumlah siswa
    Persentase ketuntasan belajar :
    Tabel 4.6 Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II
    No
    Uraian
    Hasil Siklus II
    1
    2
    3
    Nilai rata-rata tes formatif
    Jumlah siswa yang tuntas belajar
    Persentase ketuntasan belajar
    70,91
    10
    90,91

     Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 70,91 dan dari 11 siswa yang telah tuntas sebanyak 10 siswa dan 1 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 90,91% (termasuk kategori tuntas).  Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif model Think Pair Share sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dan mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.
    d.      Refleksi
    Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif model Think Pair Share. Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:
    1)      Mengkaitkan pelajaran sekarang dengan yang terdahulu mendapatkan kriteria baik, karena pertanyaan yang diajukan cukup mengarah pada penggalian pengetahuan awal. Dan dapat menghubungkan dengan meteri yang akan diajarkan.
    2)      Respon siswa menanggapi pertanyaan yang diajukan guru  mendapat kriteria baik karena guru memberikan umpan balik atas pertanyaan yang diberikan.
    3)      Kerjasama siswa dalam kelompok mendapatkan kriteria baik karena siswa aktif dan kreatif dalam bertukar pendapat.
    4)      Siswa mengemukakan pendapat dan berbagi dengan teman mendapatkan kriteria cukup baik karena sebagian siswa kurang keberanian untuk berbagi pengetahuan dengan teman.
    e.       Revisi
    Pada siklus II guru telah menerapkan metode pembelajaran kooperatif model Think Pair Share dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mepertahankan apa yang telah ada dengan tujuan pembelajaran selanjutnya dapat tercapai.
    Hasil perbaikan pembelajaran pada siklus II secara klasilkal sudah memenuhi kriteria ketuntasan yang diharapkan maka penelitian ini dihentikan.





No comments:

Post a Comment