Monday, March 10, 2014

MAKALAH PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Makna dan hakikat belajar diartikan sebagai proses membangun makna/pemahaman terhadap informasi dan/atau pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa (Indra Jati Sidi, 2004:4). Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Buktinya, hasil ulangan siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama.
Pembelajaran yang bermakna akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Dalam konteks ini siswa mengalami dan melakukannya sendiri. Proses pembelajaran yang berlangsung melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan sendiri suatu konsep. Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator dan moderator dalam proses pembelajaran tersebut.
Merunut Kurikulum Berbasis Kompetensi yang disempurnakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan bahwa setiap individu mempunyai potensi yang harus dikembangkan, maka proses pembelajaran yang cocok adalah yang menggali potensi anak untuk selalu kreatif dan berkembang.
Namun kenyataan di lapangan belum menunjukkan ke arah pembelajaran yang bermakna. Para pendidik masih perlu penyesuaian dengan KTSP, para guru sendiri belum siap dengan kondisi yang sedemikian plural sehingga untuk mendesain pembelajaran yang bermakna masih kesulitan. Sistem pembelajaran duduk tenang, mendengarkan informasi dari guru sepertinya sudah membudaya sejak dulu, sehingga untuk mengadakan perubahan ke arah pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan agak sulit.

Berdasarkan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran Matematika di MI Miftahul Jannah Pait informasi bahwa selama proses pembelajaran, guru belum memberdayakan seluruh potensi dirinya sehingga sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa baru mampu menghafal fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka belum dapat menggunakan dan menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah sehari-hari yang kontekstual.
Pembelajaran Matematika juga tidak luput dari kecenderungan proses pembelajaran teacher centered. Kondisi demikian tentu membuat proses pembelajaran hanya dikuasai guru. Apalagi pembelajaran Matematika merupakan mata pelajaran sarat materi sehingga siswa dituntut memiliki pemahaman yang holistik terhadap materi yang disampaikan guru.
Upaya untuk membangkitkan minat siswa kelas IV MI Miftahul Jannah Pait Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang dalam pembelajaran Matematika sudah dilakukan guru kelas dengan berbagai macam cara, seperti memberi kesempatan siswa untuk bertanya dan mengemukakan gagasan, serta mendesain pembelajaran dalam bentuk diskusi kelompok. Namun demikian, hasil pembelajaran Mateamtika pada Ulangan Harian Semester I Tahun Pelajaran 2008/2009 belum begitu memuaskan. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata nilai Matematika yang hanya 62,57 berada pada urutan ke-4 setelah Bahasa Indonesia (rata-rata 79,22), Ilmu Pengetahuan Alam (rata-rata 76,35), dan Ilmu Pengetahuan Sosial (rata-rata 74,12).
Terkait belum optimalnya hasil belajar Matematika siswa kelas IV MI Miftahul Jannah Pait Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang, maka penulis berupaya untuk menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing secara kolaborasi sebagai salah satu alternatif pembelajaran bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.


Berdasarkan kondisi tersebut maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian tindakan kelas sebagai upaya untuk perbaikan dalam pembelajaran dengan judul: "Upaya Meningkatkan Minat Belajar Bilangan Romawi dengan Menggunakan  Metode Snowball Throwing  Kelas IV  di  MI  Miftahul Jannah Pait Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang  Tahun Pelajaran  2008/2009

B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian tindakan kelas  ini adalah sebagai berikut :
“ Apakah dengan menggunakan metode snowball throwing dapat meningkatkan minat belajar bilangan romawi kelas IV  di  MI  Miftahul Jannah Pait Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang  Tahun Pelajaran  2008/2009 ? ”
C.    Tujuan Perbaikan
Adapun tujuan program ini adalah :
“ Untuk mengetahui minat belajar bilangan romawi siswa kelas IV  di  MI  Miftahul Jannah Pait Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang  Tahun Pelajaran  2008/2009

D.    Manfaat Perbaikan
Dengan adanya penelitian tindakan kelas ini sebagai program perbaikan pembelajaran  memberikan manfaat yang besar antara lain :
1.Bagi Guru
Guru dapat mengetahui macam-macam metode yang bervariasi, salah satunya snowball throwing. Guru dapat mengetahui cara pemilihan dan penggunaan metode dan media yang sesuai dengan tujuan dan materi yang akan diberikan. Sehingga masalah yang dihadapi guru yang berhubungan dengan materi dan siswa dapat diminimalkan serta tujuan pembelajaran akan mudah tercapai.
2.Bagi Siswa
Dengan adanya program perbaikan ini, siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat  diatasi, yang selanjutnya hasil belajar siswa akan mengingkat.
3.Bagi Sekolah
Dari hasil penelitian dapat dijadikan acuan dan rekomendasi bagi kepala sekolah dalam usaha perbaikan proses pembelajaran dikelas. Sekolah bisa menambah sarana dan prasarana sehingga mutu pendidikan dapat meningkat. Serta sekolah juga bisa menyediakan fasilitas dan biaya bagi pengembangan da peningkatan skill keguruan para pendidik.







BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Pengertian Minat Belajar
Dalam memudahkan  pemahaman  tentang minat  belajar, maka  dalam pembahasan ini terlebih dahulu akan diuraikan menjadi minat dan belajar.
1.  Pengertian minat
Secara  bahasa  minat  berarti  kecenderungan  hati  yang  tinggi  terhadap sesuatu (Balai Pustaka 1990 : 583).  Minat merupakan sifat yang  relatif menetap pada diri  seseorang. Minat  besar  sekali  pengaruhnya  terhadap  kegiatan  seseorang  sebab  dengan  minat  ia  akan  melakukan  sesuatu  yang  diminatinya.  Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.
Sedangkan  pengertian  minat  secara  istilah  telah  banyak  dikemukakan oleh para ahli, di antaranya yang dikemukakan oleh Hilgard  yang dikutip oleh Slameto menyatakan “Interest  is persisting  tendency  to  pay attention to end enjoy some activity and content.” (Slameto :1991, 57).
Sardiman A. M. berpendapat bahwa minat diartikan sebagai suatu  kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara  situasi  yang  dihubungkan  dengan  keinginan-keinginan  atau  kebutuhan- kebutuhannya  sendiri  (Sardiman  A.  M :1988, 76).
Sedangkan  menurut  I.  L.  Pasaribu  dan Simanjuntak mengartikan minat  sebagai suatu motif yang menyebabkan  individu berhubungan secara aktif dengan sesuatu yang menariknya (Pasaribu  dan  Simanjuntak: 1983,52).  Selanjutnya  menurut  Zakiah  Daradjat,  dkk.,  mengartikan  minat  adalah  kecenderungan  jiwa  yang  tetap  ke  jurusan  sesuatu  hal  yang  berharga bagi orang (Zakiah Daradjat,dkk:1995,133).
Dari  beberapa  definisi  yang  dikemukakan  oleh  para  ahli  seperti  yang  dikutip  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa,  minat  adalah  kecenderungan  seseorang  terhadap  obyek  atau  sesuatu  kegiatan  yang  digemari  yang  disertai  dengan  perasaan  senang,  adanya  perhatian,  dan  keaktifan berbuat.
2.  Pengertian belajar
Belajar menurut bahasa adalah usaha (berlatih) dan sebagai upaya  mendapatkan  kepandaian (Balai Pustaka: 1976, 965). Sedangkan menurut  istilah  yang  dipaparkan  oleh beberapa ahli, di antaranya oleh   Ahmad Fauzi yang mengemukakan  belajar adalah suatu proses di mana  suatu tingkah laku ditimbulkan atau  diperbaiki  melalui  serentetan  reaksi  atas  situasi  (atau  rangsang)  yang terjadi (Ahmad  Fauzi: 2004, 2 ).  
Kemudian Slameto mengemukakan  pendapat  dari Gronback  yang  mengatakan “Learning  is show by a behavior as a result of experience” (Slameto :1991, 57). Selanjutnya Moh.Uzer  Usman  dan  Lilis  Setiawati  mengartikan  belajar  sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi  antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan sehingga  mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya(Moh. Uzer Usman: 2002, 4).
Nana  Sudjana  mengatakan belajar  adalah  proses  yang  aktif,  belajar  adalah  mereaksi  terhadap  semua  situasi  yang  ada  di  sekitar  individu.  Belajar  adalah  proses  yang  diarahkan  kepada  tujuan,  proses  berbuat  melalui  berbagai  pengalaman.  Belajar  adalah  proses  melihat,  mengamati, memahami sesuatu. (Nana Sudjana: 1987, 14)
Dari  beberapa  pengertian  belajar  yang  telah  dikemukakan  oleh  para  ahli  tersebut,  dapat  disimpulkan  bahwa  belajar  adalah  suatu  perubahan  tingkah  laku  individu  dari  hasil  pengalaman  dan  latihan.  Perubahan  tingkah  laku  tersebut,  baik  dalam  aspek  pengetahuannya  (kognitif), keterampilannya (psikomotor), maupun sikapnya (afektif). 
Dari  pengertian  minat  dan  pengertian  belajar  seperti  yang  telah  diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah sesuatu  keinginan atau kemauan yang disertai perhatian dan keaktifan  yang disengaja yang  akhirnya melahirkan  rasa  senang  dalam  perubahan  tingkah  laku,  baik  berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan. 
B.  Unsur-Unsur Minat dan Fungsi Minat dalam Belajar
1.  Unsur-unsur minat                               
a.  Perhatian
Perhatian sangatlah penting dalam mengikuti kegiatan dengan  baik, dan hal  ini akan berpengaruh pula  terhadap minat siswa dalam  belajar.  Menurut  Sumadi  Suryabrata  perhatian  adalah  banyak  sedikitnya  kesadaran  yang  menyertai  sesuatu  aktivitas  yang  dilakukan. (Sumadi Suryabrata: 1989,14). Kemudian  Wasti  Sumanto  berpendapat  “perhatian  adalah  pemusatan  tenaga  atau  kekuatan  jiwa  tertentu  kepada  suatu  obyek,  atau  pendayagunaan  kesadaran  untuk  menyertai  suatu  aktivitas. (Wasty Sumanto: 1984, 32)
Aktivitas  yang  disertai  dengan  perhatian  intensif  akan  lebih  sukses dan prestasinya pun  akan  lebih  tinggi. Maka dari  itu  sebagai  seorang  guru  harus  selalu  berusaha  untuk  menarik  perhatian  anak  didiknya sehingga mereka mempunyai minat terhadap pelajaran yang  diajarkannya.  Orang  yang  menaruh  minat  pada  suatu  aktivitas  akan  memberikan  perhatian  yang  besar.  Ia  tidak  segan  mengorbankan  waktu  dan  tenaga  demi  aktivitas  tersebut.  Oleh  karena  itu  seorang  siswa  yang mempunyai  perhatian  terhadap  suatu  pelajaran,  ia  pasti akan berusaha keras untuk memperoleh nilai yang bagus yaitu dengan  belajar.                                    
b.  Perasaan
Unsur  yang  tak  kalah  pentingnya  adalah  perasaan  dari  anak didik  terhadap  pelajaran  yang  diajarkan  oleh  gurunya.  Perasaan  didefinisikan sebagai  gejala  psikis  yang  bersifat  subjektif  yang umumnya  berhubungan  dengan  gejala-gejala mengenal  dan  dialami dalam kualitas senang atau tidak dalam berbagai taraf (Sumadi Suryabrata: 1989).
Tiap  aktivitas  dan  pengalaman  yang  dilakukan  akan  selalu  diliputi oleh  suatu perasaan, baik perasaan  senang maupun perasaan  tidak  senang.  Perasaan  umumnya  bersangkutan  dengan  fungsi  mengenal  artinya  perasaan  dapat  timbul  karena  mengamati,   menganggap, mengingat-ingat atau memikirkan sesuatu. 
Yang  dimaksud  dengan  perasaan  di  sini  adalah  perasaan  senang  dan  perasaan  tertarik.  perasaan merupakan  aktivitas  psikis  yang  di  dalamnya  subjek menghayati  nilai-nilai  dari  suatu  objek. (W.S. Winkell: 1983). Perasaan  sebagai  faktor  psikis  non  intelektual,  yang  khusus  berpengaruh  terhadap  semangat  belajar.  Jika  seorang  siswa mengadakan  penilaian  yang  agak  spontan  melalui  perasaannya tentang  pengalaman  belajar  di  sekolah,  dan  penilaian  itu menghasilkan  penilaian  yang  positif  maka  akan  timbul  perasaan senang di hatinya  akan  tetapi  jika penilaiannya negatif maka  timbul  perasaan tidak senang.
Perasaan  senang  akan  menimbulkan  minat,  yang  diperkuat  dengan  sikap  yang  positif.  Sedangkan  perasaan  tidak  senang  akan  menghambat dalam mengajar, karena tidak adanya sikap yang positif sehingga tidak menunjang minat dalam belajar. 
c.  Motif
Kata  motif  diartikan  sebagai  daya  upaya  yang  mendorong  seseorang untuk melakukan  sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai  daya  penggerak  dari  dalam  dan  di  dalam  subyek  untuk melakukan kreativitas tertentu   demi mencapai suatu  tujuan (Sardiman AM: 1986). Menurut Sumadi Suryabrata,  motif  adalah  keadaan  dalam  pribadi  orang  yang mendorong  individu  untuk  melakukan  aktivitas-aktivitas  tertentu guna mencari suatu tujuan (Sumadi Suryabrata, 1989).
Seseorang melakukan  aktivitas belajar  karena  ada  yang  mendorongnya. Dalam  hal  ini motivasi  sebagai  dasar  penggeraknya  yang  mendorong  seseorang  untuk  belajar.  Dan  minat  merupakan  potensi psikologi yang dapat dimanfaatkan untuk menggali motivasi bila  seseorang  sudah  termotivasi  untuk  belajar,  maka  dia  akan melakukan aktivitas belajar dalam rentangan waktu tertentu.
Ketiadaan  minat  terhadap  suatu  mata  pelajaran  menjadi  pangkal penyebab kenapa anak didik tidak bergeming untuk mencatat apa-apa  yang  telah  disampaikan  oleh  guru.  Itulah  sebagai  pertanda bahwa  anak  didik  tidak  mempunyai  motivasi  untuk  belajar.  Oleh  karena  itu  guru  harus  bisa  membangkitkan  minat  anak  didik.  Sehingga  anak  didik    yang  pada  mulanya  tidak  ada  hasrat  untuk  belajar,  tetapi  karena  ada    sesuatu  yang  dicari muncullah minatnya untuk belajar.
Dalam  proses  belajar,  motivasi  sangat  diperlukan,  sebab seseorang  yang  tidak mempunyai motivasi  dalam  belajar,  tak  akan mungkin melakukan  aktivitas  belajar. Hal  ini   merupakan  pertanda bahwa  sesuatu  yang  akan  dikerjakan  itu  tidak  menyentuh  kebutuhannya. Dan segala sesuatu yang menarik minat orang tertentu selama  sesuatu  itu  tidak  bersentuhan  dengan  kebutuhannya.  Oleh karena  itu,  apa  yang  seseorang  lihat  sudah  tentu  membangkitkan  minatnya   sejauh apa yang  ia  lihat  itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. 
Jadi  motivasi  merupakan  dasar  penggerak  yang  mendorong  aktivitas  belajar  seseorang  sehingga  ia  berminat  terhadap  sesuatu  objek, karena minat  adalah alat motivasi dalam belajar.
2.  Fungsi minat dalam belajar
Minat  merupakan  salah  satu  faktor  yang  dapat  mempengaruhi  usaha  yang  dilakukan  seseorang.  Minat  yang  kuat  akan  menimbulkan  usaha  yang  gigih  serius  dan  tidak  mudah  putus  asa  dalam  menghadapi  tantangan.  Jika  seorang  siswa memiliki  rasa  ingin  belajar,  ia  akan  cepat  dapat mengerti dan mengingatnya.
Elizabeth B. Hurlock menulis tentang fungsi minat bagi kehidupan  anak sebagaimana yang ditulis oleh Abdul Wahid sebagai berikut:
a.  Minat mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita.
Sebagai  contoh  anak  yang  berminat  pada  olah  raga maka  cita-citanya adalah menjadi olahragawan yang berprestasi,  sedang  anak  yang  berminat  pada  kesehatan  fisiknya  maka  cita-citanya  menjadi dokter.
b.  Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat.
Minat anak untuk menguasai pelajaran bisa mendorongnya  untuk  belajar  kelompok  di  tempat  temannya  meskipun  suasana  sedang hujan.

c.  Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas.
Minat seseorang meskipun diajar oleh guru yang sama dan  diberi pelajaran  tapi  antara  satu  anak  dan  yang  lain mendapatkan  jumlah  pengetahuan  yang  berbeda.  Hal  ini  terjadi  karena berbedanya daya serap mereka dan daya serap ini dipengaruhi oleh  intensitas minat mereka.
d. Minat yang terbentuk sejak kecil/masa kanak-kanak sering terbawa  seumur hidup karena minat membawa kepuasan.
Minat  menjadi  guru  yang  telah  membentuk  sejak  kecil  sebagai misal akan terus terbawa sampai hal ini menjadi kenyataan.  Apabila  ini  terwujud maka  semua  suka  duka menjadi  guru  tidak  akan dirasa karena semua tugas dikerjakan dengan penuh sukarela.   Dan  apabila  minat  ini  tidak  terwujud  maka  bisa  menjadi  obsesi  yang akan dibawa sampai mati. (Abdul Wahid :1998).
Dalam  hubungannya  dengan  pemusatan  perhatian,  minat  mempunyai  peranan  dalam  “melahirkan  perhatian  yang  serta   merta, memudahkan  terciptanya  pemusatan  perhatian,  dan mencegah  gangguan perhatian dari luar. ( The Liang Gie: 2004).
Oleh  karena  itu  minat  mempunyai  pengaruh  yang  besar  dalam  belajar  karena  bila  bahan  pelajaran  yang  dipelajari  tidak  sesuai  dengan minat  siswa  maka  siswa  tersebut  tidak  akan  belajar  dengan  sebaik- baiknya,  sebab  tidak  ada  daya  tarik  baginya.  Sedangkan  bila  bahan  pelajaran  itu  menarik  minat  siswa,  maka  ia  akan  mudah  dipelajari  dan  disimpan karena adanya minat sehingga menambah kegiatan belajar. 
Fungsi minat  dalam  belajar  lebih  besar  sebagai  motivating  force  yaitu  sebagai kekuatan yang mendorong  siswa untuk belajar. Siswa yang  berminat  kepada  pelajaran  akan  tampak  terdorong  terus  untuk  tekun  belajar,  berbeda  dengan  siswa  yang  sikapnya  hanya menerima  pelajaran.  mereka  hanya  tergerak  untuk mau  belajar  tetapi  sulit  untuk  terus  tekun  karena  tidak  ada  pendorongnya. Oleh  sebab  itu  untuk memperoleh  hasil yang baik dalam belajar  seorang  siswa harus mempunyai minat  terhadap  pelajaran sehingga akan mendorong ia untuk terus belajar. 

C.  Ragam Metode Pembelajaran Interaktif
Pembelajaran, Menurut Usman ( 2000 : 4 ) “ proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu” Proses pembelajaran merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam pembelajaran yang satu sama lain saling berhubungan dalam sebuah rangkaian untuk mencapai tujuan.
Menurut Sudjana ( 1989 : 30 ) yang termasuk dalam komponen pembelajaran adalah “ tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian “Metode mengajar yang digunakan guru hampir tidak ada yang sisa-sia, karena metode tersebut mendatangkan hasil dalam waktu dekat atau dalam waktu yang relatif lama.
Hasil yang dirasakan dalam waktu dekat dikatakan sebagai dampak langsung (Instructional effect) sedangkan hasil yang dirasakan dalam waktu yang reltif lama disebut dampak pengiring (nurturant effect) biasanya bekenaan dengan sikap dan nilai. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000,194)Macam-macam Metode Pembelajaran :
1. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisonal. Karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan anak didik dalam interaksi edukatif.
a. Kelebihan Metode Ceramah
1) Guru mudah menguasai kelas
2) Mudah dilaksanakan
3) Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
4) Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar.


b. Kekurangan Metode Ceramah

1) Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
2) Anak didik yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi rugi dan
    anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar
    menerimanya.
3) Bila terlalu lama membosankan
4) Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
5) Menyebabkan anak didik pasif.
2. Metode Proyek
Metode proyek adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menggunakan unit-unit kehidupan sehari-hari sebagai bahan pelajarannya. Bertujuan agar anak didik tertarik untuk belajar.
a. Kelebihan Metode Proyek
1) Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih
     luas dan menyeluruh dalam memandang dan memecahkan masalah
     yang dihadapi dalam kehidupan.
2) Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan
     menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu,
     yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.
b. Kekurangan Metode Proyek
1) Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal
     maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini;
2) Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini
    sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para
    guru belum disiapkan untuk ini;
3) Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak
     didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang
     diperlukan;
4) Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan
    pokok unit yang dibahas.
3. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Dengan metode ini anak didik diharapkan sepenuhnya terlibat merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, menemukan fakta, mengumpulkan data, mengendalikan variabel, dan memecahkan masalah yang dihadapinya secara nyata.
a. Kelebihan Metode Eksperimen
1) Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran
     atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya
     menerima kata guru atau buku;
2) Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi
     eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi, suatu sikap yang
     dituntut dari seorang ilmuwan; dan
3) Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa
     terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil
      percobaannya yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan
      hidup manusia.
b. Kekurangan Metode Eksperimen

1) Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik
berkesempatan mengadakan eksperimen;
2) Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus
     menanti untuk melanjutkan pelajaran; serta
3) Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan
     teknologi.
4. Metode Pemberian Tugas Dan Resitasi
Pemberian tugas dengan arti guru menyuruh anak didik misalnya membaca, tetapi dengan menambahkan tugas-tugas seperti mencari dan membaca buku-buku lain sebagai perbandingan, atau disuruh mengamati orang/masyarakatnya setelah membaca buku itu. Dengan demikian, pemberian tugas adalah suatu pekerjaan yang harus anak didik selesaikan tanpa terikat dengan tempat.
a. Kelebihan Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
1) Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan
     dapat diingat lebih lama; dan
2) Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian
     mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan berdiri sendiri.
b. Kekurangan Metode Pemberian Tugas dan Resitasi

  1) Seringkali anak didik melakukan penipuan di mana anak didik hanya
   meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah
   mengerjakan sendiri;
2) Terkadang tugas itu dikerjakan orang lain tanpa pengawasan; dan
3) Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.
5. Metode Diskusi
Diskusi adalah memberikan altematif jawaban untuk membantu memecahkan berbagai problem kehidupan. Dengan catatan persoalan yang akan didiskusikan harus dikuasai secara mendalam.
a. Kelebihan Metode Diskusi
1) Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan
     berbagai jalan dan bukan satu jalan (satu jawaban saja).
2) Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling
    mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh
    keputusan yang lebih baik
3) Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain
    sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan
    bersikap toleran.
b. Kekurangan Metode Diskusi
1) Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar;
2) Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas;
3) Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara; dan
4) Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.
6. Metode Latihan
Metode latihan (driil) disebut juga metode training, yaitu suatu cara mengajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga, sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan.
a. Kelebihan Metode Latihan
1) Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis,
     melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
2) Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian,
     penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan
     sebagainya.
3) Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan
     pelaksanaan.
b. Kekurangan Metode Latihan
1) Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih
     banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dan
      pengertian.
2) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan
3) Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang
     merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.
4) Dapat menimbulkan verbalisme.
7. Jigsaw
Langkah-langkah :
1. Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim
2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab
     yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk
     mendiskusikan sub bab mereka
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke
    kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang
     sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan
     dengan sungguh-sungguh
6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7. Guru memberi evaluasi
8. Penutup
8. Artikulasi
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan
    dua orang
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi
    yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil
    membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga
    kelompok lainnya
5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil
     wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa
     sudah menyampaikan hasil wawancaranya
6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum
    dipahami siswa
7. Kesimpulan/penutup
9. Mind Mapping
Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk
menemukan alternatif jawaban
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh
    siswa dan sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban
3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
4. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil
    Diskusi
5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil
    diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai
    kebutuhan guru
6. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru
    memberi perbandingan sesuai konsep yang disediakan guru
10. Snowball Throwing
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing
    ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-
    masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru
    kepada temannya
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja,
    untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi
    yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan
    dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit
6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan
    kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas
    berbentuk bola tersebut secara bergantian
7. Evaluasi
8. Penutup
D. Konsep Snowball Throwing pada Pembelajaran Matematika
Snowball Throwing adalah paradigma pembelajaran efektif yang merupakan rekomendasi UNESCO, yakni: belajar mengetahui (learning to know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be) (Depdiknas, 2001:5).
Snowball artinya bola salju sedangkan throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Adapun langkah-langkah pembelajaran Snowball Throwing sebagai berikut:
1)      Guru menyampaikan materi yang akan disajikan,
2)      Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi,
3)      Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru ke temannya,
4)      Masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menulis satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah di jelaskan oleh ketua kelompok,
5)      Kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih 5 menit. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan pada siswa tersebut untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergiliran,
6)      Evaluasi, dan
7)      Penutup (Depdikanas : 2009)

Model  pembelajaran snowball throwing  ini merupakan metode pembelajaran yang menarik dan dapat memicu siswa untuk ikut serta secara aktif dalam  kegiatan belajar mengajar yaitu model pembelajaran aktif. Pada dasarnya, pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik  untuk belajar secara aktif. Dimana peserta didik diajak untuk turut serta   dalam  proses  pembelajaran,  tidak  hanya  mental  akan  tetapi  juga  melibatkan  fisik. 
Ada  beberapa  alasan mengapa  pembelajaran  aktif  tipe  snow  ball  perlu  ditekankan  sebagai  aspek  penting  dan  sangat  berarti  dalam menciptakan pembelajaran matematika. Pertama, harapan untuk membuat  lebih  dapat  diterapkan  dalam  lingkungan  siswa  atau  dalam  situasi  baru  yang  belum  familiar. Kedua,  snow  ball memberi  kesempatan  dan  dapat  mendorong siswa untuk berdiskusi dengan siswa yang  lainnya  yaitu pada  proses menyelesaikan persoalan.
Dengan pembelajaran  aktif  tipe  snow  ball  siswa dipusatkan pada  cara  menyelesaikan  persoalan  dengan  langkah  sistematis  yaitu  dari  kelompok  kecil  kemudian  dilanjutkan  dengan  kelompok  lebih  besar  sehingga pada akhirnya akan memunculkan beberapa  jawaban  yang  telah  disepakati oleh siswa secara berkelompok. 
Dalam pendekatan pembelajaran aktif ini siswa diharapkan mampu  mengembangkan  kreativitas  dalam  menyelesaikan  soal  matematika.  Karena kreativitas itu merupakan kemampuan individu untuk menciptakan  sesuatu  hal  yang  baru  dan  berbeda.  Kreativitas  setiap  siswa  berbeda  –  beda, siswa  yang memiliki kreativitas  tinggi mampu belajar dengan baik,  dapat menciptakan  cara  belajar  dengan mudah  serta mampu memahami,  menyelesaikan  soal  –  soal  yang  dihadapi  dalam  belajar  sehingga  berpengaruh terhadap prestasi belajar yang dicapai.
Menumbuhkan  kreativitas  belajar  siswa  tidak  hanya  pada  saat kegiatan belajar mengajar di sekolah melainkan dapat juga dilakukan saat belajar  di  rumah.  Pengembangan  kreativitas  dalam  belajar  tumbuh  dari kemampuan  dalam  diri  individu  atau  bakat  yang  dimiliki  seseorang  dan dorongan  orang  tua  yang membantu  anak  saat  belajar  di  rumah.  Proses   yang  termasuk  dalam  kreativitas  adalah membuat  sebuah  ide  yang  dapat mengembangkan daya pikir anak dalam menyelesaikan soal – soal.
Oleh karena itu penulis, tertarik  menggunakan model pembelajaran ini untuk meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika dengan pokok bahasan bilangan romawi pada program perbaiakn pembelajaran di MI Miftahul Jannah Pait Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang.




BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN
A.    Subyek Penelitian
1. Lokasi dan Waktu Perbaikan
Penelitian ini dilaksanakan di MI Miftahul Jannah  Pait Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang. Waktu pelaksanaan program perbaikan dilaksanakan pada tanggal 23, 24  Pebruari 2009 dan 3 Maret.. Progam perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan dalam 2 kali siklus. Tanggal 23 Pebruari 2009 merupakan tahap persiapan. Pelaksanaan siklus I program perbaikan pada 24 Pebruari 2009 dengan jam pelajaran 1 pertemuan setiap minggu pada hari selasa sebanyak 2 x 35 menit. Sedangkan siklus II dilaksanakan pada tanggal 3 Maret 2009, setelah selesainya setiap siklus perbaikan diadakan tes evaluasi diakhir pembelajaran.
2. Mata Pelajaran
Mata pelajaran yang menjadi sasaran program perbaikan ini adalah mata pelajaran matematika dengan tema menggunakan lambang bilangan romawi.  
3. Kelas
Kelas yang menjadi target program perbaikan ini adalah siswa kelas IV  MI Miftahul Jannah Pait Kecamatan Kasembon Malang dengan jumlah siswa 20 orang. Nama-nama siswa disajikan dalam lampiran. Yang terlibat dalam program perbaikan pembelajaran ini adalah Nurhuda (guru/penulis) dan Nur Rohman, S.Pd  (guru/teman sejawat).
4. Karakteristik siswa
Siswa yang menjadi target program perbaikan ini mempunyai karakteristik:
a)      Siswa pasif mengikuti pembelajaran.
b)      Tidak suka pelajaran berhitung (matematika)
c)      Siswa kurang minat dan antusias bila mengikuti mata pelajaran Matematika
d)     Rendahnya pemahaman pada penguasaan lambing bilangan romawi.

B.     Deskripsi Per - Siklus
Penulis merancang penelitian ini sebagai  penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang  berupaya untuk mencari solusi yang tepat yang dialami siswa kelas IV MI MIftahul Jannah Pait  dalam proses pembelajaran. Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing 1 kali pertemuan dalam setiap siklus. Konsep pokok penelitian tindakan menurut Kurt Lewin (dalam Dekdikbud,1999) terdapat empat tahap rencana tindakan, meliputi: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Rincian prosedur tindakan adalah sebagai berikut:

Siklus Pertama
Prosedur penelitian tindakan kelas untuk siklus pertama diuraikan sebagai berikut ;
1. Perencanaan
Kegiatan dalam tahap ini meliputi hal-hal berikut :
a.       Merancang Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I (RPP siklus I) pokok bahasan penggunaan lambang bilangan romawi.
b.      Membuat Lembar Kerja Siswa, dan Lembar Tugas Kelompok.
c.       Menyiapkan untuk media lemparan
d.      Membuat lembar observasi guru dan lembar aktivitas siswa.
e.       Membentuk kelompok.
f.       Menyusun alat evaluasi tes siklus I.

2. Pelaksanaan
Rencana pembelajaran yang dirancang pada tahap perencanaan dilaksanakan sepenuhnya pada tahap ini. Secara garis besar kegiatannya mencakup hal-hal sebagai berikut :
a.       Membuka pelajaran.
b.      Guru memberikan apersepsi.
c.       Guru menyampaikan materi yang akan disajikan berupa menggunakan bilangan romawi
d.      Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi penggunaan bilangan romawi,
e.       Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian menjelaskan materi tersebut yang disampaikan oleh guru ke temannya,
f.       Masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menulis satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah di jelaskan oleh ketua kelompok,
g.      Kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih 5 menit. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan pada siswa tersebut untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergiliran,
h.      Siswa dibantu membuat kesimpulan.
i.        Melaksanakan tes siklus I ( Evaluasi )
j.        Menutup pelajaran
3. Pengamatan
Dalam tahap ini dilakukan pengamatan atau perhatian oleh guru secara partisipasif tentang jalannya proses pembelajaran. Selama tahap ini pelaksanaan peneliti dibantu teman sejawat melakukan observasi terhadap peristiwa yang terjadi saat program perbaikan dilaksanakan. Teman sejawat mencatat/merekam semua peristiwa yang terjadi saat peneliti mengajar saat program perbaikan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan.
a.      Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakuakan pada penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi, dokumentasi dan catatan lapangan / rekaman data.
1)      Wawancara
Wawancara digunakan untuk memperoleh informasi awal tentang kondisi lapangan sebelum memulai tindakan seperti; mengumpulkan informasi masalah nama sekolah, data sekolah, data siswa kelas II. Serta selanjutnya mencari data tentang masalah apa yang sedang dihadapi guru serta siswa dalam pembelajaran matematika. Subyek yang menjadi sumber wawancara adalah guru mata pelajaran  Matematika kelas IV MI Miftahul Jannah Pait.
2)      Observasi
Observasi digunakan untuk memperoleh data pada saat sebelum dan ketika program perbaikan ini dilaksanakan. Berdasarkan pada studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis, penulis menemukan bahwa masalah yang terjadi. Kemudian sebelum mengambil tindakan penulis melakukan diskusi dengan guru, dan teman sejawat tentang masalah yang dihadapi dan memutuskan fokus masalah yang harus dituntaskan nanti.
3)      Dokumentasi
Dokumentasi digunakan penulis untuk mencari data-data tentang hasil belajar siswa (nilai siswa) ulangan akhir semester tahun ajaran 2008 / 2009. Serta metode digunakan untuk mendokumentasikan foto peserta serta orang yang ikut dalam program perbaikan ini.
4)      Catatan lapangan
Catatan lapangan digunakan merupakan catatan tentang kejadian yang terjadi saat pelaksanaan program perbaikan ini, baik apa yang didengar, dilihat dan dialami serta nanti akan direfeleksikan dengan berupa data deskriptif.
Data-data tersebut diatas nantinya akan dianalisis dengan teknik analisis kualitatif serta juga akan dipaparkan bersama dengan data-data yang berbentuk prosentase
b.       Intrumen Penelitian
Instrumen pada penelitian ini meliputi : lembar observasi, tes prestasi siswa dan dokumentasi (catatan guru, absensi dan daftar nilai). Instumen penelitian disajikan pada lampiran.

4. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh maka diadakan refleksi dari tindakan yang telah dilakukan sehingga peneliti dapat merefleksikan diri tentang berhasil tidaknya apa yang telah dilakukan dalam siklus I. Hasil dari siklus I digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus II. Serta untuk melakukan perencanaan ulang pada siklus berikutnya.

Siklus Kedua
Prosedur penelitian tindakan kelas pada siklus II diuraikan sebagai berikut:
1. Perencanaan
Berdasarkan refleksi siklus I baik yang berkaitan dengan guru, siswa ataupun perangkat, maka diadakan perencanaan ulang terutama mengidentifikasi masalah. Masalah pokok yang dihadapi dikaji dalam refleksi I, kemudian dievaluasi untuk mendapatkan informasi pada bagian yang menjadi kelemahan sehingga pada siklus II dapat direncanakan yang lebih baik lagi. Dalam siklus II pokok bahasan yang diajarkan adalah pengurangan bilangan cacah.
a.       Merancang Rencana Perbaiakn Pembelajaran siklus II (RPP Siklus II) pokok bahasan Penggunaan Bilangan Romawi.
b.      Membuat Lembar Kerja Siswa, dan Lembar Tugas Kelompok.
c.       Menyiapkan kertas kerja untuk lemparan.
d.      Membentuk lebih kecil lagi dengan formasi berbeda kelompok dari tatap muka Rencana Perbaikan.
e.       Menyusun alat evaluasi tes siklus II.
2. Pelaksanaan
Setelah perencanaan ulang diambil, pelaksanaan dilaksanakan pada siklus II. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan ini, sama dengan tindakan pada siklus I. Secara garis besar kegiatannya mencakup hal-hal sebagai berikut.
a.             Membuka pelajaran.
b.            Guru memberikan apersepsi dan motivasi pada siswa
c.             Guru membentuk kelompok-kelompok dengan formasi baru dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi penggunaan bilangan romawi,
d.            Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian menjelaskan materi tersebut yang disampaikan oleh guru ke temannya,
e.             Masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menulis satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah di jelaskan oleh ketua kelompok,
f.             Kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih 5 menit. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan pada siswa tersebut untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergiliran,
g.            Siswa dibantu membuat kesimpulan.
h.            Melaksanakan tes siklus II ( Evaluasi )
i.              Menutup pelajaran
Pada siklus II ini tahapan pelaksanaannya sama dengan siklus I tetapi hanya ditambahkan pemantapan serta pengayaan materi lebih mendalam.
3. Pengamatan
Selama pembelajaran berlangsung, peneliti diamati oleh guru pengamat dengan menggunakan lembar observasi. Adapun poin untuk lembar pengamatan guru menyangkut tentang hal-hal yang berkenaan dengan proses pembelajaran di kelas. Selain itu peneliti sendiri juga melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa selama pembelajaran guna mengetahui keaktifan siswa. Pengamatan terhadap siswa ini juga dilakukan berdasarkan lembar observasi .
a.      Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakuakan pada penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi, dokumentasi dan catatan lapangan / rekaman data.
1.      Wawancara
Wawancara digunakan untuk memperoleh informasi pada siklus II apakah sudah ada perubahan kearah perbaikan apa belum dari pada siklus I.. Subyek yang menjadi sumber wawancara adalah guru mata pelajaran matematika dan teman  yang bertugas di kelas IV MI MIftahul Jannah Pait.
2.      Observasi
Observasi digunakan untuk memperoleh data ketika program perbaikan siklus II dilaksanakan. Serta digunakan tolak ukur perkembangan program pada siklus II ini, serta sebagai data pembanding dari siklus I.
3.      Dokumentasi
Dokumentasi digunakan penulis untuk mencari data-data tentang hasil belajar siswa ( nilai siswa) pada saat siklus II
4.      Catatan lapangan
Catatan lapangan digunakan merupakan catatan tentang kejadian yang terjadi saat pelaksanaan program perbaikan pada siklus II ini, baik apa yang didengar, dilihat dan dialami serta nanti akan direfeleksikan dengan berupa data deskriptif.
Data-data tersebut diatas nantinya akan dianalisis dengan teknik analisis kualitatif serta juga akan dipaparkan bersama dengan data-data yang berbentuk prosentate
b.       Intrumen Penelitian
Instrumen pada penelitian ini meliputi : lembar observasi, tes prestasi siswa dan dokumentasi (catatan guru, absensi dan daftar nilai). Instumen penelitian disajikan pada lampiran.
4. Refleksi
Peneliti bersama pengamat menganalisa semua tindakan kelas pada siklus II sebagaimana yang telah dilakukan pada siklus I. Selanjutnya peneliti mengadakan refleksi apakah dengan menggunakan metode pembelajaran snowball throwing akan dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas IV MI Miftahul Jannah Pait Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang tahun pelajaran 2008/2009 dengan  pokok bahasan menggunakan bilangan romawi.

Pada program penelitian tindakan kelas ini dikatakan sukses dan mencapai hasil  apabila:
“ Adanya peningakatan hasil belajar matematika siswa kelas IV MI Miftahul Jannah Pait Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang tahun pelajaran 2008/2009 dengan  pokok bahasan menggunakan bilangan romawi dengan perolehan nilai rata-ratanya 6,50 dan ketuntasan kelas ( banyaknya siswa yang mendapat nilai 6,50) sekurang-kurangnya 80 % dari jumlah siswa juga disertai data pada lembar pengamatan siswa yang menyatakan bahwa minat belajar siswa meningkat serta tambah dengan keaktifan siswa meningkat “.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus I
1. Hasil Penelitian Siklus I
Dari data pada  pelaksanaan siklus I, penulis memperoleh  data-data yaitu data hasil belajar siswa, data hasil observasi kinerja guru, dan data hasil observasi aktivitas  siswa (karakter adanya minat)  dan hasil pelaksanan metode snowball throwing.
a. Hasil Belajar Siswa
Bahwa data hasil tes siklus I dengan pokok bahasan menggunakan bilangan romawi diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar   7, 35 , siswa yang tuntas sebanyak 11 anak ( 55 % ), siswa yang tidak tuntas sebanyak 9 anak ( 45 % ) dengan nilai tertinggi 10 dan nilai terendah 4 . Hasil dari tes akhir sikus I, perinciaannya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.1 Tabel Hasil Tes Siklus I
Nilai
Jumlah
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
5
3
2
1
4
3
2
-
-
-
-




b. Hasil Observasi Kinerja Guru
Dari hasil pengamatan kemampuan guru yang dilaporkan oleh teman sejawat dalam pengelolaan pembelajaran pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:



No
Indikator
Penilaian
Arti
1
1
Baik
Guru memunculkan motivasi / apersepsi
keingintahuan siswa tentang materi
yang akan dipelajari
2
Sangat Baik
Menjelaskan Tujuan Pembelajaran
3
Sangat Baik
Mengatur waktu untuk membuka pelajaran
2
4
Baik
Membentuk kelompok
5
Baik
Mengkondisikan siswa agar siap
dengan metode pembelajaran ini, serta menyiapkan media pembelajaran dan saran yang lain
6
Sangat Baik
Memberikan contoh demonstrasi dengan
tepat
7
Sangat Baik
Mendampingi / membantu siswa saat
permainan sedang berlangsung
8
Baik
Menjawab pertanyaan siswa dengan
tepat
9
Baik
Memberikan penguatan pada siswa
yang berhasil
10
Sangat Baik
Melakukan tanya jawab dengan siswa
dalam memecahkan soal cerita yang
mengandung penjumlahan
3
11
Sangat Baik
Menarik  kesimpulan
12
Baik
Melaksanakan evaluasi


Dari hasil diatas diperoleh skor akhir kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran sebesar 77, 08 yang termasuk dalam kriteria baik dengan skor terendah 65 dan skor tertinggi 90.


c. Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Pengamatan aktivitas siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:


No
Nilai
Presentase
Arti
1
4
100%
Seluruh siswa telah duduk pada kelompok masing-masing
2
2
40%
Seluruh siswa telah siap dengan materi yang diberikan guru dan  sudah menyiapkan media pembelajaran berupa kertas untuk lemparan
3
1
20%
siswa tenang pada waktu guru menjelaskan
4
1
10%
keaktifan siswa bertanya
5
2
35%
siswa aktif menjawab pertanyaan guru ( termasuk angkat tangan saat guru bertanya)
6
3
65%
siswa sudah tahu jalannya proses pembelajaran snowball throwing
7
4
90%
siswa yang mampu menyelesaikan tugas tepat pada waktu yang telah ditentukan.
8
3
75%
Siswa memperhatikan semua instruksi guru
9
3
75%
Siswa sudah aktif dalam melaksanakan tugas kelompok.
10
4
95%
Siswa dapat bekerjasama dan berhubungan dengan siswa lain.

Dari hasil diatas skor total aktivitas siswa dalam pembelajaran sebesar 67,5 , yang termasuk kriteria cukup dengan skor terendah 1 dan skor tertinggi 4

2. Pembahasan Siklus I
Pada Siklus I  dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Hasil Belajar
Berdasarkan hasil belajar pada tabel  1.1 diperoleh rata-rata hasil belajar siswa sebesar 7,35. Dengan standar ketuntasan belajar klasikal sebesar 6,5 diperoleh prosentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 55 % atau sebanyak 11 anak tuntas belajar dengan mendapatkan nilai 6,5. Dengan demikian hasil belajar belum mencapai indikator keberhasilan, oleh karena itu diadakan upaya perbaikan pada siklus II  dengan memotivasi pada siswa untuk lebih aktif dan berminat dalam pembelajaran.
b. Aktivitas Siswa
Lembar observasi menunjukkan bahwa minat belajar siswa baik tetapi sangatlah minim dan menghawatirkan, kendatipun ada sedikit perbedaan dari  pada pada masal awal sebelum program perbaikan ini. Seperti minat belajar  siswa kurang meningkat dan atusiasme siswa dalam tataran rendah dalam mengikuti pembelajaran, karena dorongan dan pemberian motivasi oleh guru sangat kurang.
Untuk kerjasama kelompok perlu dibagun lebih lagi karena masih dalam taraf cukup saja dan ada anggota kelompok yang tidak sama sekali membantu kelompoknya. Jadi aktifitas siswa pada siklus ini masih kurang optimal dan masih perlu ditingkatkan dan dipupuk lagi.
Hasil lembar observasi siklus I pada aktivitas siswa, skor keaktifan siswa 67,5 , termasuk dalam kriteria cukup. Meskipun demikian masih perlu ditingkatkan. Guru harus mampu memberi perhatian serta memotivasi siswanya terhadap kegiatan siswa dalam kelompoknya. Permasalahan ini akan diupayakan perbaikan pada siklus II.
c. Aktivitas Guru
Pengelolaan  pembelajaran yang dilakukan guru meliputi mengorientasi siswa dalam pembelajaran, khususnya saat menerapkan metode snowball throwing pada materi menggunakan bilangan romawi sedang berlangsung dalam hal ini guru memberikan bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Guru kurang bisa menguasai kelas dan sehingga siswa menjadi gaduh.
Siswa dalam kelompoknya melakukan kegiatan dengan bimbingan guru, namun demikian bimbingan guru masih belum merata pada setiap kelompok. Guru lebih banyak memberikan bimbingan kepada kelompok yang aktif bertanya, sedangkan kelompok yang cenderung pasif hanya mendapat bimbingan guru secara sekilas. Kemampuan guru dalam memberikan apersepsi masih kurang sehingga siswa kurang memahami materi yang akan dipelajari. Dimoho guru untuk lebih lagi meningkatkan kompetensi keguruannya.
Secara umum pada siklus I ini guru masih mendominasi pembelajaran. Skor total aktivitas guru pada siklus I cukup baik yaitu sebesar 77, 08  yang termasuk dalam kriteria baik dan persiapan guru sudah cukup baik. Namun hal ini perlu ditingkatkan lagi pada siklus II dengan perbaikan-perbaikan seperti pemeratan bimbingan pada setiap kelompok, serta memberi kesempatan pada siswa untuk terbiasa berpikir sendiri, serta guru harus memotivasi siswanya supaya aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus II
1. Hasil Penelitian Siklus II
Data yang diperoleh dari siklus II yaitu data hasil belajar siswa, data hasil observasi kinerja guru dan  data hasil observasi aktivitas siswa
a. Hasil Belajar Siswa
Hasil tes siklus II setelah dianalisis menunjukkan bahwa diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 8,35 , siswa yang tuntas sebanyak 17 anak (85%), siswa yang tidak tuntas sebanyak 3 anak (15%) dengan nilai tertinggi 10 dan nilai terendah sama dengan  5
Hasil tes akhir siklus II dapat di lihat pada tabel berikut.

Nilai
Jumlah
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
6
5
4
2
1
2
-
-
-
-
-


b. Hasil Observasi Kinerja Guru
Pengamatan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.
No
Indikator
Penilaian
Arti
1
1
Sangat Baik
Guru memunculkan motivasi / apersepsi
keingintahuan siswa tentang materi
yang akan dipelajari
2
Baik
Menjelaskan Tujuan Pembelajaran
3
Sangat Baik
Mengatur waktu untuk membuka pelajaran
2
4
Sangat Baik
Membentuk kelompok
5
Sangat Baik
Mengkondisikan siswa agar siap
dengan metode pembelajaran ini, serta menyiapkan media pembelajaran dan saran yang lain
6
Baik
Memberikan contoh demonstrasi dengan
tepat
7
Sangat Baik
Mendampingi / membantu siswa saat
permainan sedang berlangsung
8
Sangat Baik
Menjawab pertanyaan siswa dengan
tepat
9
Sangat Baik
Memberikan penguatan pada siswa
yang berhasil
10
Sangat Baik
Melakukan tanya jawab dengan siswa
dalam memecahkan soal cerita yang
mengandung penjumlahan
3
11
Sangat Baik
Menarik  kesimpulan
12
Sangat Baik
Melaksanakan evaluasi



Dari hasil diatas diperoleh nilai akhir kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran sebesar 82,08 yang termasuk dalam kriteria sangat baik dengan skor terendah 70 dan skor tertinggi 90.
c. Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Pengamatan aktivitas siswa pada siklus II dapat dilihat pada table berikut:
No
Nilai
Presentase
Arti
1
4
100%
Seluruh siswa telah duduk pada kelompok masing-masing
2
3
75%
Seluruh siswa telah siap dengan materi yang diberikan guru dan  sudah menyiapkan media pembelajaran berupa kertas untuk lemparan
3
3
70%
siswa tenang pada waktu guru menjelaskan
4
2
40%
keaktifan siswa bertanya
5
3
70%
siswa aktif menjawab pertanyaan guru ( termasuk angkat tangan saat guru bertanya)
6
3
75%
siswa sudah tahu jalannya proses pembelajaran snowball throwing
7
4
100%
siswa yang mampu menyelesaikan tugas tepat pada waktu yang telah ditentukan.
8
3
75%
Siswa memperhatikan semua instruksi guru
9
4
95%
Siswa sudah aktif dalam melaksanakan tugas kelompok.
10
4
90%
Siswa dapat bekerjasama dan berhubungan dengan siswa lain.

Dari hasil diatas total nilai aktivitas siswa dalam pembelajaran sebesar 82,5 yang termasuk dalam kriteria baik dengan skor terendah 3 dan skor tertinggi 4.

2. Pembahasan Siklus II
Hasil penelitian siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Hasil Belajar
Hasil belajar berdasarkan data hasil tes pada siklus II terdapat peningkatan dengan  rata-rata hasil tes yang diberikan kepada siswa pada siklus II adalah sebesar 8,35. Ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 85% atau sebanyak 17 siswa memperoleh nilai ≥ 6, 5 . Dengan demikian hasil belajar pada siklus II ini sudah sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan, sehingga tidak perlu dilakukan siklus selanjutnya. Walaupun punya nilai peningkatannya tidak begitu tetapi  hanya beberapa point saja.
b. Aktivitas Guru
Guru merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil lembar aktivitas guru pada siklus II, dapat diketahui bahwa guru sudah dapat mengkondisikan kelas dengan lebih baik. Kemampuan guru seperti memunculkan motivasi, memberikan apersepsi, membentuk kelompok, mendampingi ssiwa saat bermain, menjawab pertanyaaan siswa dan membantu siswa membuat kesimpulan sudah meningkat ditandai dengan tingginya nilai akhir hasil observasi pada siklus II sebesar 82,08  yang termasuk dalam kriteria sangat baik.
c. Aktivitas Siswa
Berdasarkan data  pada  siklus II berupa aktivitas siswa lebih meningkat lagi dibandingkan dengan siklus I. Ditandai dengan perolehan skor total hasil observasi yang tinggi yaitu 82,5 yang termasuk dalam kriteria baik.
Hal ini menunjukkan siswa yang melakukan aktivitas belajar lebih banyak dibandingkan dengan siklus I. Ini berarti siswa lebih berminat dan lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Siswa juga telah bekerja sama dengan kelompoknya secara baik.
 Proses pembelajaran dalam kelompok kerja yang heterogen akan dapat menciptakan saling mendukung, meningkatkan relasi dan interaksi serta memudahkan pengelolaan kelas, karena dengan adanya siswa yang berkemampuan akademis yang tinggi guru mendapatkan asisten untuk kelompok. Oleh karena itu belajar kelompok sangat diperlukan agar diperoleh hasil belajar yang lebih baik, khusunya seperti pada kesempatan program perbaikan yang mengadakan metode snowball throwing pada pokok bahasan menggunakan bilangan romawi.







BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Dari seluruh pelaksanaan kegiatan tindakan kelas di kelas IV MI Miftahul Jannah Pait Kecamatan Kasembon dapat disimpulkan sebagai berikut :
“ Penerapan metode snowball throwing dapat ternyata telah berhasil. Hal ini dapat dilihat dari hasil dari siklus I adalah nilai rata-rata 7, 35 dan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 55 %. Jadi, hasil dari siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan. Hasil dari siklus II adalah nilai rata-rata 8,35 dan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 85 %. Hasil dari siklus II ini jelas telah melampaui kriteria ketuntasan belajar yang mensyaratkan rata-rata hasil tes minimal 6,5 dengan prosentase ketuntasan 85 %. Dengan demikian maka penelitian tidak perlu dilanjutkan ke siklus III. Serta ditambahkan lagi Metode snowball throwing dapat meningkatkan minat belajar siswa  dan meningkatkan aktivitas siswa untuk mengikuti pembelajaran serta juga menumbuh kembangkan kerjasama antar siswa dalam kelompok “

B. Saran
Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan penelitian tindakan kelas di kelas IV MI Miftahul Jannah Pait Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang tahun pelajaran 2008/2009 maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut :
1.      Guru hendaknya dapat berperan sebagai motivator dan fasilitator serta dapat mengembangkan kreatifitas dan meningkatkan peran siswa dalam pembelajaran. Serta harus menerapkan metode pembelajaran dengan semaksimal mungkin.
2.      Guru seharusnya mencoba model pembelajaran yang lain agar siswa tidal jenuh dan supaya hasil belajar siswa dapat meningkat terus.
3.      Meskipun penelitian tindakan kelas ini hanya sampai 2 siklus dan sudah mencapai hipotesis tindakan, namun guru hendaknya terus mengadakan penelitian selanjutnya agar hasil belajar siswa meningkat.







No comments:

Post a Comment