PROSES PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN MELALUI SOSIALISASI
Sosialisasi sebagai Proses
Pembentukan Kepribadian
1. Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses yang
dapat membantu individu supaya dapat diterima dalam kelompoknya melalui proses
belajar dan penyesuaian diri. Upaya yang dapat dilakukan individu supaya ia
dapat diterima dalam kelompoknya adalah dengan cara belajar dan menyesuaikan
diri (adaptasi).
2. Jenis-jenis Sosialisasi
Secara umum, sosialisasi dibedakan menjadi dua jenis
yaitu:
a. Sosialisasi primer yaitu sosialisasi yang pertama kali dijalani oleh seorang individu sejak masih kecil. Hampir semua individu mendapatkan sosialisasi primer di dalam lingkungan keluarga. Sosialisasi ini menjadi jembatan untuk memasuki lingkungan masyarakat yang lebih luas.
b. Sedangkan sosialisasi sekunder adalah sosialisasi tahap berikutnya yang dijalaninya di masyarakat yang lebih luas. Di dalam masyarakat ini, seorang individu diperkenalkan terhadap sektor-sektor baru dalam dunia objektif masyarakat. Sekolah, merupakan salah satu tempat di mana seorang individu menjalani sosialisasi sekundernya yang bersifat formal.
3. Tahap-tahap dalam
Sosialisasi
a. Tahap Persiapan
(Preparatory Stage)
Tahap persiapan dimulai sejak anak dilahirkan. Sejak saat
itu, seorang anak dipersiapkan untuk mengenal dunia sosialnya serta untuk
memahami tentang dirinya. Pada tahap ini, sosialisasi dilakukan dengan cara
meniru apa yang diucapkan oleh orang-orang yang ada di sekitarnya, meskipun
belum sempurna dan belum mengerti penuh apa maknanya.
b. Tahap Meniru (Play Stage)
Pada tahap ini seorang anak mulai melakukan peniruan
terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, meskipun belum sempurna. Mungkin
kalian masih ingat saat kalian memainkan peranan ibu dengan boneka-boneka milik
kalian bukan? Atau kalian perhatikan anak-anak kecil yang sedang berperan
sebagai ibu, mungkin kalian akan merasa lucu, karena ucapan-ucapannya pada
boneka itu merupakan pengulangan kata-kata yang diucapkan oleh ibunya sendiri.
c. Tahap Siap Bertindak
(Game Stage)
Pada tahap ini sosialisasi dilakukan dengan penuh
kesadaran, sehingga proses peniruan (imitasi) terhadap orang lain mulai
berkurang. Kesadaran tentang pentingnya kerja sama dalam sebuah kelompok
menyebabkan seseorang lebih banyak menjalin interaksi dengan orang lain. Dengan
kata lain, pada tahap ini, seseorang sudah mampu berpartisipasi aktif di
masyarakatnya.
d. Tahap Penerimaan Norma
Kolektif (Generalized Other)
Selain mampu berpartisipasi aktif di masyarakatnya, pada
tahap ini seseorang mulai menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari
masyarakat yang diatur oleh berbagai norma sosial. Oleh karena itu, dia mampu
menempatkan dirinya pada masyarakat luas. Jika seseorang sudah mencapai tahap
ini, dapat dikatakan sebagai orang dewasa.
4. Fungsi Sosialisasi
sebagai Proses Pembentuk Kepribadian
Sosialisasi telah dilakukan seseorang sejak masih bayi,
yaitu yang terjadi di keluarga. Pada tahap awal sosialisasi, seorang bayi sudah
membutuhkan adanya interaksi dengan orang lain. Karena orang tua dan anggota
keluarga lainnya yang selalu berada di sekitarnya, maka interaksi yang sering
terjadi adalah dengan mereka. Pada saat itulah orang tua mulai memperkenalkan
status dan perannya dalam keluarga.
Seiring dengan perkembangan usianya, orang tua mulai membekali dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakatnya. Orang tua berperan sebagai peletak dasar-dasar bagi perkembangan kepribadian seorang anak. Penanaman nilai dan norma yang berlaku di masyarakat sangatlah penting karena setiap individu merupakan bagian dari masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat, nilai dan norma yang berlaku adalah nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat itu sendiri. Tentunya, supaya kita bisa diterima masyarakat kita dengan baik, salah satu jalannya adalah dengan menjunjung tinggi nilai dan norma masyarakat tersebut. Dalam hal ini, nilai dan norma berperan sebagai patokan perilaku individu dalam masyarakat.
Terkadang orang tua menggunakan hadiah (reward) dan hukuman (punishment) untuk menghasilkan kebiasaankebiasaan yang baik. Sebagai contoh, jika seorang anak melakukan sesuatu yang diharapkan, orang tuanya akan memberikan hadiah berupa ciuman, pelukan atau bahkan memberikan hadiah mainan. Namun, jika seorang anak berlaku tidak sesuai dengan yang mereka harapkan, orang tua akan memberikan sanksi negatif atau hukuman. Pemberian hadiah dan sanksi/hukuman tersebut merupakan salah satu cara yang dilakukan orang tua untuk menyosialisasikan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Oleh karena itu, dilihat dari sudut pandang kepentingan individu dan masyarakat, pada dasarnya sosialisasi memiliki dua fungsi utama, yaitu berikut ini.
a. Dilihat dari sudut pandang kepentingan individu, sosialisasi berfungsi untuk membentuk seorang individu sehingga menjadi anggota masyarakat yang baik.
b. Dilihat dari sudut pandang kepentingan masyarakat, sosialisasi berfungsi sebagai alat pelestarian, penyebarluasan, dan pewarisan nilai-nilai serta norma-norma yang ada dalam masyarakat.
MEDIA SOSIALISASI DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
Media sosialisasi
meliputi :
1.
Media sosialisasi keluarga
Keluarga merupakan organisasi manusia yang terdiri dari
ayah, ibu, anak dan juga mungking kerabat yang lain yang menjalankan fungsi dan
perannya secara konstan. Keluarga merupakan organisasi masyarakat terkecil.
Dalam lingkungan keluarga inilah seorang untuk pertama
kalinya mengenal sistem nilai dan sistem norma yang mengatur peri kehidupan
yang melalui pergaulan sehari-hari yang berlangsung setiap hari. Tidak salah
jika dikatakan bahwa keluarga merupakan tempat proses sosialisasi yang pertama
dan utama.
2.
Media sosialisasi teman sepermainan
Teman sepermainan merupakan kelompok orang dekat yang
memiliki tingkat umur yang sebaya dan diantara mereka sering terlibat
dalam sebuah intraksi yang intensif. Biasanya teman sepermainan dijadikan untuk
saling bertukar pikiran, berbagi rasa, berkeluh kesah, dan berbagai macam
penyaluran aspirasi lainnya.
Diantara teman sepermainan sering terjalin hubungan yang
amat dekat, karena intensitas komunikasi yang cukup tinggi, maka teman
sepermainan merupakan media komunikasi yang cukup berpengaruh bagi pembentukan
kepribadian seseorang.
3.
Media sosialisasi sekolah
Sekolah merupakan sebuah lembaga yang menyelenggarakan
kegiatan pendidikan secara formal. Di sekolah juga terdapat beberapa komponen
yang kemungkinan terselenggaranya proses pendidikan yakni : pelajar, pengajar,
media belajar, lingkungan belajar dan tujuan pembelajaran.
Dalam hubungannya dengan sosialisasi sekolah mengemban
dua peranan yang sangat penting yakni
a.
Memperkenalkan sistem nilai dan norma yang berlaku di
masyarakat sehingga terbentuk kepribadian seperti yang diharapakan.
b.
Mengemban potensi para pelajar memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan pemahaman yang sangat diperlukan dalam kehidupan nyata.
4.
Media sosialisasi lingkungan kerja
Lingkungan kerja juga mempunyai pengaruh yang sangat
besar dalam pembentukan kepribadian seseorang. Di lingkungan kerja seseorang
akan berintraksi dengan teman sekerja, pimpinan, dan relasi bisnis.
5.
Media massa
Media massa merupakan alat komunikasi yang sanggup
menjangkau masyarakat luas. Secara umum media massa memegang tiga fungsi utama
yakni : fungsi informasi, fungsi hiburan dan fungsi pendidikan.
6.
Rekreasi
Rekreasi memberi pengaruh dalam pembentukan kepribadian
seseorang. Dengan rekreasi seseorang dapat mengeluarkan apresiasinya.
7.
Peristiwa unik
Peristiwa unik adalah peristiwa yang dianggap penting
bagi orang yang mengalaminya. Peristiwa unik akan dijadikan sebagai pengalaman
bagi seseorang untuk dijadikan pelajaran falam pengambilan keputusan. Dengan
demikian peristiwa unik mempengaruhi kepribadian seseorang.
UNSUR PEMBENTUK KEPRIBADIAN
Unsur pembentuk kepribadian antara
lain:
1.
Faktor keturunan
Faktor keturunan
(biologis) berpengaruh langsung dalam pembentukan kepribadian seseorang.
Beberapa factor biologis yang penting seperti system syaraf, watak, seksual dan
kelainan biologis, seperti penyakit-penyakit tertentu.
2.
Faktor lingkungan fisik (geografis)
Meliputi iklim dan
bentuk muka bumi atau topografi setempat, serta sumber-sumber alam, Faktor
lingkungan fisik (geografis) ini mempengaruhi lahirnya budaya yang berbeda pada
masing-masing masyarakat.
3.
Faktor lingkungan social
Faktor keluarga, dimulai sejak bayi
yaitu berhubungan dengan orangtua dan saudaranya
Lingkungan masyarakat yang beraneka
ragam. Suatu warna yang harus ditegaskan dapat saja dianggap tidak perlu oleh
anggota masyarakat lainnya.
4.
Faktor kebudayaan yang berbeda-beda
Perbedaan kebudayaan
dalam setiap masyarakat dapat mempengaruhi kepribadian seseorang misalnya
kebudayaan di daerah pantai, pegunungang, kebudayaan petani, kebudayaan kota.
5.
Kebudayaan dan Pengaruhnya terhadap kepribadian
Ciri-ciri dan
unsur-unsur kepribadian seseorang individu dewasa sebenarnya sudah tertanam ke
dalam jiwa seseorang anak sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak melalui proses
sosialisasi.
6. Kelompok manusia
Kehidupan seseorang
sangat dipengaruhi oleh kelompoknya. Setiap anggota kelompok memiliki peranan
yang diwariskan kepada anggota kelompoknya. Kelompok manusia pertama adalah
keluarga, tetangga, teman sepermainan, teman sekolah, lingkungan kerja dan
media massa. Tiap kelompok dihadapkan pada anggapan-anggapan, nilai-nilai,
norma-norma, dan adat istiadat.
7. Pengalaman unik
Pada lingkungan keluarga
yang sama, tidak ada individu yang memiliki kepandaian yang sama, karena
meskipun berada dalam satu lingkungan keluarga tidak mendapatkan pengalaman
yang sama. Begitu juga dengan pengalama yang dialami oleh seseorang yang lahir
kembar tidak aka sama.
HUBUNGAN SOSIALISASI
DENGAN KEPRIBADIAN
Kepribadian merupakan
abstraksi atau pengorganisasian darisikap-sikap seorang individu untuk
berprilaku dalam rangka berhubungandengan
orang lain (berinteraksi sosial) atau mennanggapi suatu hal yangterjadi
dalam lingkungan masyarakat.
Sosialisasi yang
dilakukan seseorang akan berpengaruh besar terhadap kepribadiannya.
Contoh: seseorang yang
besosialisasi dengan orang yang suka minum miniman keras akan memiliki
kepribadian yang sama dengan teman sosialisasinya tersebut
Pengaruh
perubahan budaya terhadap kepribadian
Budaya
merupakan salah satu unsur dasar dalam kehidupan social. Budaya mempunyai
peranan penting dalam membentuk pola berpikir dan pola pergaulan dalam
masyarakat, yang berarti juga membentuk kepribadian dan pola piker masyarakat
tertentu. Budaya mencakup perbuatan atau aktivitas sehari-hari yang dilakukan
oleh suatu individu maupun masyarakat, pola berpikir mereka, kepercayaan, dan
ideology yang mereka anut.
Tentu
saja pada kenyataannya budaya antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya
berbeda, terlepas dari perbedaan karakter masing-masing kelompok masyarakat ataupun
kebiasaan mereka. Realitas yang multi budaya ini dapat kita jumpai di
negara-negara dengan komposisi penduduk yang terdiri dari berbagai etnis,
seperti Indonesia, Uni Soviet (sekarang, Rusia), Yugoslavia (sekarang terpecah
menjadi beberapa Negara) dan lain-lainnya. Kondisi Negara dengan komposisi
multi budaya rentan terhadap konflik dan kesenjangan social. Memang banyak
factor yang menyebabkan terjadinya berbagai konflik tersebut, akan tetapi
sebagai salah satu unsur dasar dalam kehidupan social, budaya mempunyai peranan
besar dalam memicu konflik.
. PROSES
INTERNALISASI
Proses internalisasi, adalah
proses yang berlangsung sepanjang hidup individu, yaitu mulai saaat ia
dilahirkan sampai akhir hayatnya. Sepanjang hayatnya seorang individu terus
belajar untuk mengolah segala perasaan, hasrat, nafsu dan emosi yang membentuk
kepribadiannya. Perasaan pertama yang diaktifkan dalam kepribadian saat bayi
dilahirkan adalah rasa puas dan tak puas, yang menyebabkan ia menangis.Manusia mempunyai bakat yang telah terkandung di dalam dirinya untuk mengembangkan berbagai macam perasaan, hasrat,nafsu, serta emosi dalam kepribadian individunya. Akan tetapi, wujud pengaktifan berbagai macam isi kepribadiannya itu sangat dipengaruhi oleh berbagai macam stimulus yang berada dalam alam sekitarnya dan dalam lingkungan sosial maupun budayanya.
Setiap hari dalam kehidupan individu akan bertambah pengalamannya tentang bermacam-macam perasaan baru, maka belajarlah ia merasakan kebahagiaan, kegembiraan, simpati, cinta, benci, keamanan, harga diri, kebenaran, rasa bersalah, dosa, malu, dan sebagainyaa. Selain perasaan tersebut, berkembang pula berbagai macam hasrat seperti hasrat mempertahankan hidup.
No comments:
Post a Comment