PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PKN
(Mengenai Metode Pembelajaran)
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan
yang bermutu/berkualitas hanya akan muncul dari sekolah yang
bermutu/berkualitas. Oleh sebab itu, upaya peningkatan mutu sekolah merupakan
titik sentral upaya menciptakan pendidikan yang berkualitas demi terciptanya
tenaga kerja yang berkualitas pula. Dengan kata lain upaya peningkatan mutu
sekolah adalah merupakan tindakan yang tidak pernah berhenti, kapanpun,
dimanapun dan dalam kondisi apapun.
Dalam
upaya peningkatan mutu sekolah, peran tenaga kependidikan yang meliputi :
tenaga pendidik, pengelola satuan pendidik, penilik, pengawas, peneliti, teknis
sumber belajar, sangat diharapkan berperan sebagaimana mestinya dan sebagai
tenaga kependidikan yang Handal . Tenaga guru yang handal adalah tenaga pendidik/guru yang
sanggup, mampu dan cakap dalam melaksanakan tugasnya.
Tugas
utama guru adalah bertanggung jawab membantu anak didik dalam hal belajar.
Dalam proses belajar mengajar, gurulah yang menyampaikan pelajaran, memecahkan
masalah-masalah yang terjadi dalam kelas, membuat evaluasi belajar siswa, baik
sebelum, sedang, maupun sesudah pelajaran berlangsung (Combs, 1984 : 11-13).
Untuk
memainkan peranan dan melaksanakan tugas-tugas itu, seorang guru diharapkan
memiliki kemampuan profesional yang tinggi. Dalam hubungan ini maka untuk
mengenal siswa-siswanya dengan baik, guru perlu memiliki kemampuan untuk
melakukan diagnosis serta mengenal dengan baik cara-cara yang paling efektif
untuk membantu siswa bertumbuh sesuai dengan potensinya masing-masing.
Masalah
pengajaran dan pembelajaran yang dilakukan guru memang dibedakan keluasan
cakupannya, tetapi dalam konteks proses kegiatan belajar mengajar mempunyai
tugas yang sama. Maka tugas mengajar bukan hanya sekedar menuangkan bahan
pelajaran, tetapi teaching is primarely and always of learner
(Wetherington, 1986 : 131-136), dan mengajar tidak hanya dapat dinilai dengan
hasil penguasaan mata pelajaran, tetapi yang terpenting adalah perkembangan
pribadi anak, sekalipun mempelajari pelajaran yang baik, akan memberikan
pengalaman membangkitkan bermacam-macam sifat, sikap dan kesanggupan yang
konstruktif (Murshell, ____ : 2-4).
Dengan
tercapainya tujuan dan kualitas pembelajaran, maka dapat dikatakan bahwa guru
telah berhasil dalam mengajar. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar tentu
saja diketahui setelah diadakan evaluasi dengan seperangkat item soal yang
sesuai dengan rumusan beberapa tujuan pembelajaran khusus. Jika hanya tujuh
puluh lima persen atau lebih dari jumlah anak didik yang mengikuti proses
belajar mengajar mencapai taraf keberhasilan kurang (di bawah minimal), maka
proses belajar mengajar berikutnya hendaknya bersifat perbaikan (remedial).
Setiap
akan mengajar, guru perlu membuat persiapan mengajar dalam rangka melaksanakan
sebagian dari rencana bulanan dan rencana tahunan. Dalam persiapan itu sudah
terkandung tentang : tujuan mengajar, pokok yang diajarkan, bahan pelajaran,
alat peraga dan teknik evaluasi yang digunakan. Karena itu setiap guru harus
memahami benar tentang tujuan mengajar, memahami bahan pelajaran sebaik mungkin
dengan menggunakan berbagai sumber, cara memilih, menentukan dan menggunakan
alat peraga, cara membuat tes dan menggunakannya dan pengetahuan tentang
alat-alat evaluasi.
Selama
mengajar, guru melaksanakan hal-hal yang bersifat rutin, bertanya kepada kelas,
menerangkan pelajaran dengan suara yang
baik dan mudah ditangkap serta ia sendiri dapat memahami pertanyaan-pertanyaan
atau pendapat muridnya, ia harus pandai berkomunikasi dengan murid-murid.
Setiap saat ia siap memberikan bimbingan atas kesulitan yang dihadapi siswa, pekerjaan
ini hanya mungkin dilakukan apabila ia berbadan sehat dan memiliki kepribadian
yang menarik.
Dalam
suasana kelas, dimana siswa dengan bermacam-macam latar belakang minat dan
kebutuhannya, maka setiap guru harus sanggup merangsang murid-murid belajar,
menjaga disiplin kelas, melakukan supervisi belajar dan memimpin murid-murid
belajar sehingga pengajaran berjalan dengan baik dan memberikan hasil yang
memuaskan. Jadi kualitas pengajaran atau pendidikan yang dilakukan di sekolah
sangat tergantung pada kemampuan guru melaksanakan pembelajaran.
Sementara
itu metode pembelajaran adalah salah satu dari aspek tersebut yang cenderung
diabaikan oleh beberapa pelaku pendidikan, karena mereka berpikir bahwa mereka
menggunakan metode itu-itu saja anak didik sudah paham dan bisa, terutama bagi
mereka yang menganggap bahwa sumber daya manusia pendidikan, sarana dan
parasarana pendidikanlah yang terpenting. Padahal kalau dikaji lebih lanjut,
setiap pembelajaran pada semua tingkat pendidikan baik formal maupun non formal
apalagi tingkat SD,
haruslah berpusat pada kebutuhan perkembangan anak sebagai calon individu yang
unik, sebagai makhluk sosial, dan sebagai calon manusia Indonesia seutuhnya.
Hal
tersebut dapat dicapai apabila dalam aktivitas belajar mengajar di sekolah,
guru senantiasa memperhatikan metode pembelajaran yang mengacu pada
pembelajaran terstruktur dalam penyampaian materi dan mudah diserap peserta
didik atau siswa untuk masing-masing mata pelajaran yang tentunya memiliki
karakteristik yang berbeda.
Mata
pelajaran PKN merupakan salah satu mata pelajaran yang di dalamnya mencakup
pelajaran memahami, menghayati, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Tetapi dalam kenyataan yang ada di lapangan mata pelajaran pendidikan PKN
dewasa ini mutunya masih rentan karena belum mencapai target yang diinginkan
secara memadai, hal ini disebabkan oleh kesulitan siswa dalam mamahami materi
yang sukar diterima. Selain itu metode yang digunakan dalam proses belajar
mengajar masih terpaku pada buku-buku pelajaran dan terkesan konvensional.
Pada
hakekatnya guru sering menggunakan suatu metode dalam pengajaran, yaitu metode
ceramah sehigga proses belajar anak hanya sekedar merekam informasi saja, hal
demikian mengakibatkan proses belajar anak hanya bersifat harfiah saja. Guru
mendiktekan semua informasi dan murid memperhatikaan serta mencatat yang pada
akhirnya anak membiasakan diri untuk tidak kreatif dalam mengemukakan ide-ide
dan memecahkan masalah yang efeknya akan membawa anak dalam kehidupan di
masyarakat. Siswa kurang dapat mengolah informasi menjadi ide-ide baru, tetapi
hanya merekam dan mengemukan informasi yang telah diterimanya.
Tujuan
pengajaran di sekolah hendaknya bersifat komprehensif artinya bukan hanya
mengutamakan pengetahuan, melainkan juga pembentukan strategi belajar mengajar
yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep, memecahkan suatu masalah
melalui satu proses yang memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir,
percaya kepada diri sendiri dan berani mengemukanan pendapatnya, berlatih
bersifat kritis dan positif, serta mampu berinteraksi sosial. Dengan kata lain,
dengan metode diskusi kelompok merupakan salah satu strategi belajar mengajar
yang memungkinkan tercapainya tujuan pengajaran komprehensif.
Di saat
sekarang ini sering kita jumpai para siswa yang tidak punya kesiapan dalam
menghadapi kegiatan belajar mengajar, terutama dalam hal materi pelajaran yang
akan disampaikan, sehingga ketika di dalam kelas siswa tidak tahu materi yang
akan dibahas, selain itu masalah alokasi
waktu yang tidak mencukupi, sehingga menyebabkan interaksi belajar mengajar
menjadi tidak efektif dan efisien serta tidak sesuai dengan tuntutan yang
diharapkan oleh kurikulum.
Oleh
karena itu untuk mengatasi hal tersebut diperlukan suatu cara agar pelaksanaan
belajar mengajar dapat terlaksana secara efektif yaitu dengan menerapkan atau
menggunakan metode resitasi sebagai variasi dalam penyajian dalam pembelajaran
mata pelajaran PKN baik itu tugas individual atau kelompok, rumah atau sekolah,
merupakan salah satu metode dari beberapa metode yang ada sebagai langkah
alternatif dalam rangka mengefektifkan dan mengefisienkan proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas
problematika ketidakefisienan dan miskonsep terhadap masalah metode pembelajaran
dalam meningkatkan hasil belajar .
B.
Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah pada tulisan ini sebagai
berikut :
1. Apa saja yang menjadi problematika dalam metode pembelajaran PKN?
2.
Bagaimana cara mengatasi problematika
pada kajian mengenai metode pembelajaran PKN ?
C.
Pembahasan
1. Problematika
Dari
uraian latar belakang yang disajikan oleh penulis, sebagai bahan awal untuk
kajian mengetahui lebih dalam masalah kurang diperhatikan metode pembelajaran
oleh para pendidik. Metode pembelajaran yang oleh beberapa oknum pendidik merupakan
salah satu dari aspek yang cenderung diabaikan oleh beberapa pelaku pendidikan,
karena mereka berpikir bahwa mereka menggunakan metode itu-itu saja anak didik
sudah paham dan bisa materi yang diajarkan.
Kalau
dilihat dari peserta didik, bahwa pendidikan haruslah berpusat pada kebutuhan
perkembangan anak sebagai calon individu yang unik, sebagai makhluk sosial, dan
sebagai calon manusia Indonesia seutuhnya. Karena tujuan pendidikan adalah
memanusiakan manusia dan mengantarkan menuju kedewasaan.
Seharusnya
guru senantiasa memperhatikan metode pembelajaran yang mengacu pada
pembelajaran terstruktur dalam penyampaian materi dan mudah diserap peserta
didik atau siswa untuk masing-masing mata pelajaran yang tentunya memiliki karakteristik
yang berbeda. Hendaknya dikaji dan dirancang dulu bahwa materi tentang suatu
hal sangat cocok dengan menggunakan metode pembelajaran ini.
Pelajaran
PKN merupakan salah satu mata pelajaran yang di dalamnya mencakup pelajaran
memahami, menghayati, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi
dalam proses pembelajaran sering kita lihat bahwa proses pembelajaranya tidak
sesuai dengan cakupan yang dikatakan memahami, menghayati, dan mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Seharusnya dalam proses pembelajaran diberikan
metode yang akan dapat membangkitkan cakupan-cakupan dalam materi PKN tersebut.
Banyak
oknum guru hanya mengajar dengan berceramah, siswa mendengarkan kemudian siswa
disuruh mencatat materi yang diajarkan. Sehingga dalam kenyataan yang ada pelajaran
PKN dewasa ini mutunya masih rentan karena belum mencapai target yang
diinginkan secara memadai, hal ini disebabkan oleh kesulitan siswa dalam
mamahami materi yang sukar diterima. Selain itu metode yang digunakan dalam
proses belajar mengajar masih terpaku pada buku-buku pelajaran dan terkesan
konvensional.
Dari
metode guru yang terkesan konvensional dan monoton menyebabkan siswa antara
lain sebagai berikut:
a.
Anak
didik hanya sekedar merekam informasi saja sehingga pasif dalam proses
pembelajaran.
b.
Proses
belajar anak didik hanya bersifat harfiah saja, sehingga tidak dapat memahami, menghayati
dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
c.
Menjadikan
anak didik membiasakan diri untuk tidak
kreatif dalam mengemukakan ide-ide dan memecahkan masalah yang efeknya akan
membawa anak dalam kehidupan di masyarakat.
d.
Anak
didik kurang dapat mengolah informasi menjadi ide-ide baru, tetapi hanya
merekam informasi yang telah diterimanya.
Serta
hendaknya pembelajaran disekolah bersifat komprehensif artinya bukan hanya
mengutamakan pengetahuan, melainkan juga pembentukan strategi belajar mengajar
yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep, memecahkan suatu masalah
melalui satu proses yang memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir,
percaya kepada diri sendiri dan berani mengemukanan pendapatnya, berlatih
bersifat kritis dan positif, serta mampu berinteraksi sosial. Sehingga dengan
hal itu diperlukan metode pembelajaran yang cocok dan tujuan pengajaran
komprehensif.
Serta diperlukan
metode pembelajaran yang bersifat tugas individual atau kelompok, baik di rumah
maupun di sekolah, sebagai langkah alternatif dalam rangka mengefektifkan dan
mengefisienkan proses pembelajaran pada anak didik.
2. Cara Mengatasi
Kalau dilihat dari problematika yang ada
pada kasus diatas, adapun solusinya mungkin dengan penggunakan metode
pembelajaran yang tepat, sehingga dengan metode pembelajaran yang tepat
akan dapat menimbulkan kebaikan yang signifikan pada proses pemebelajaran PKN
yang menyebabkan hasil belajarnya akan membaik dan problematika tersebut
selesai.
Adapun metode pembelajaran yang sesuai
menurut penulis yang digunakan untuk menyelesaikan problematika tersebut adalah
dengan metode diskusi dan resitasi.
a. Diskusi:
1)
Pengertian Metode Diskusi
Teknik diskusi adalah salah satu teknik
belajar mengajar yang dilakukan seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi ini
proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar
menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah dapat terjadi jika semuanya
aktif dan tidak ada yang pasif sebagai pendengar.
Menurut Nana Sudjana, metode diskusi pada
dasarnya adalah tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman
secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas
dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan
keputusan bersama.
Sedangkan menurut Suryosubroto (1997 :
179) metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru
memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan
perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau
menyusun beberapa alternatif pemecahan suatu masalah.
Dari beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa metode diskusi adalah suatu metode yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan saling tukar
pendapat atau ide, pengalaman, untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2)
Fungsi Metode Diskusi
Di dalam buku Metodik Khusus
Pengajaran , adapun fungsi diskusi antara lain :
a)
Untuk merangsang murid-murid berfikir dan
mengeluarkan pendapat-pendapatnya sendiri, serta ikut menyumbangkan
fikiran-fikiran dalam masalah bersama.
b)
Untuk mengambil satu jawaban aktual atau
suatu rangkaian yang didasarkan atas pertimbangan yang sesama.
Sedangkan tujuan penggunaan diskusi dalam
proses belajar mengajar di kelas, disamping sebagai alat untuk mencapai tujuan
instruksional, juga dimaksudkan untuk memperoleh berbagai keuntungan yang lain.
Keuntungan-keuntungan itu antara lain : siswa dapat saling urun informasi atau
pengalaman dalam menjelajahi gagasan baru atau masalah yang harus dipecahkan
oleh mereka, dapat mengembangkan kemampuan untuk berfikir dan berkomunikasi,
serta keterlibatannya dalam perencanaan dan pengambilan keputusan dapat meningkat
(JJ. Hasibuan, 2004 : 66).
Dari penjelasan di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa fungsi diskusi yaitu untuk memberikan dorongan (stimulus)
kepada siswa, sehingga dapat memberi pendapat, ide, pemikiran yang berguna bagi
pemecahan masalah. Sedangkan tujuan penggunaan metode diskusi adalah untuk
melatih dan membina aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dalam hal
penyampaian pendapat dan pikiran sehingga siswa terbiasa menyelesaikan sendiri
permasalahan yang dihadapi baik permasalahan individu maupun kelompok.
Berhasil tidaknya diskusi tergantung pada
beberapa faktor sebagai berikut :
·
Kepandaian dan kelincahan pimpinan
diskusi.
·
Jelas tidaknya masalah dan tujuan yang
dirumuskan.
·
Partisipasi dari setiap anggota.
·
Terciptanya situasi yang mendorong jalannya
diskusi.
·
Mengusahakan masalah supaya cukup
problematik dan merangsang siswa untuk berfikir
Dari penjelasan di atas penulis dapat
memberikan kesimpulan bahwa dalam pengunaan metode diskusi seseorang harus
melalui langkah-langkah yaitu persiapan, pelaksanaan diskusi dan tindak lanjut
diskusi. Diskusi akan berjalan dengan lancar dan baik tidaknya tergantung pada
pimpinan atau ketua diskusi melainkan masalah yang didiskusikan harus menarik
partisipasi peserta diskusi serta situasi pada waktu pelaksanaan diskusi.
3)
Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi
Setiap metode yang dipakai dalam kegiatan
belajar mengajar di sekolah mempunyai kelebihan dan kekurangan, demikian juga
halnya dengan metode diskusi.
Adapun kelebihan metode diskusi adalah
sebagai berikut :
·
Suasana kelas lebih hidup sebab siswa
mengarahkan perhatian atau pikirannya kepada masalah yang akan didiskusikan.
·
Dapat memunculkan kreatifitas, ide,
prestasi kepribadian individu seperti toleransi, demokrasi, berpikir kritis,
sistematis, sabar dan sebagainya.
·
Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami
siswa karena mereka mengikuti proses berpikir sebelum sampai pada suatu
kesimpulan.
·
Siswa dilatih belajar untuk mematuhi
peraturan dan tata tertib layaknya dalam suatu musyawarah.
·
Membantu murid untuk mengambil keputusan
yang tepat dan lebih baik
·
Tidak terjebak ke dalam pemikiran
individu yang kadang-kadang salah, penuh prasangka dan sempit, dengan diskusi
seseorang dapat mempertimbangkan alasan pemikiran orang lain.
Sedangkan kelemahan atau kekurangan metode
diskusi adalah sebagai berikut :
·
Kemungkinan ada siswa yang tidak aktif
sehingga diskusi baginya hanyalah merupakan kesempatan untuk melepaskan
tanggung jawab.
·
Sulit menduga hasil yang dicapai karena
waktu yang diperlukan untuk pembahasan diskusi cukup panjang.
Untuk mengatasi kekurangan atau kelemahan
metode ini maka diperlukan dan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
·
Pimpinan diskusi diberikan kepada siswa
dan diatur secara bergiliran
·
Pimpinan yang diberikan kepada siswa
perlu adanya bimbingan dari pihak guru
·
Guru mengusahakan agar seluruh siswa ikut
aktif berpartisipasi dalam berdiskusi
·
Mengusahakan supaya semua siswa mendapat
giliran atau kesempatan berbicara sementara siswa lain belajar mendengarkan
pendapat temannya
·
Mengoptimalkan waktu yang ada supaya
tercapai hasil yang diinginkan
b. Resitasi:
1)
Pengertian Metode Resitasi
Yang dimaksud dengan metode resitasi atau
penugasan adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu
agar siswa melakukan kegiatan belajar, yang mana kegiatan itu dapat dilakukan
di dalam kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan, di rumah
ataupun dimana saja asal tugas itu dapat diselesaikan.
Menurut Roestiyah dikatakan bahwa
resitasi adalah suatu metode dengan cara menyusun laporan sebagai hasil dari
apa yang dipelajari. Resitasi (penugasan) dapat berupa perintah kemudian siswa
mempelajari bersama teman atau sendiri untuk menyusun laporan atau resume
kemudian keesokan harinya hasil laporan didiskusikan dengan seluruh siswa di
kelas.
Metode resitasi biasanya diberikan atau
digunakan oleh guru dengan tujuan agar siswa itu memiliki hasil belajar yang
lebih matang, dan untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa. Resitasi diberikan
untuk memperoleh pengetahuan dengan cara melaksanakan tugas dan juga dapat
memperluas dan memperkaya pengetahuan serta ketrampilan siswa di sekolah
melalui kegiatan luar sekolah.
Dalam percakapan sehari-hari metode ini
dikenal dengan sebutan pekerjaan rumah (PR), tetapi sebenarnya metode ini
terdiri dari tiga fase, antara lain :
a)
Pendidik memberi tugas
b)
Anak didik melaksanakan tugas (belajar)
c)
Siswa mepertanggungjawabkan apa yang
telah dipelajari (resitasi)
Penerapan metode resitasi (tugas),
diberikan dengan harapan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih matang, karena
siswa mengerjakan latihan-latihan selama melaksanakan tugas tersebut, sehingga
pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. Dan dengan
metode ini diharapkan siswa dapat belajar bebas tapi bertanggung jawab, dan
anak didik akan berpengalaman, dan bisa mengetahui berbagai kesulitan. Dengan
metode ini siswa mendapatkan kesempatan untuk saling membandingkan dengan hasil
siswa yang lain, menarik anak didik agar belajar lebih baik, punya tanggung
jawab dan berdiri sendiri (Roestiyah. NK, 1989).
Metode resitasi ini diberikan untuk
merangsang anak agar tekun, rajin,dan giat belajar sehingga pada saat kegiatan
belajar mengajar mereka sudah siap sebelumnya. Selain itu metode ini diberikan
karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak sementara waktu yang ada
terlalu sedikit, dalam artian banyak bahan tapi waktu kurang seimbang. Agar
bahan yang diberikan dapat sesuai dengan waktu yang ada metode ini dapat
digunakan. Metode resitasi (tugas) dapat berupa anatara lain :
a)
Menyusun karya tulis.
b)
Menyusun laporan mengenai bahan bacaan
atau menyusun berita
c)
Menjawab pertanyaan yang ada dalam buku
d)
Tugas lain yang dapat menunjang
keberhasilan siswa
Pemberian tugas atau resitasi dapat
diberikan di awal pelajaran atau di akhir pelajaran, baik itu secara individu
atau secara kelompok, di dalam kelas atau di luar kelas. Dalam pemberian tugas
atau resitasi ini agar dapat berhasil dalam pelaksanaannya, maka seorang guru
harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
a)
Tugas itu harus jelas dan tegas
b)
Suatu tugas harus disertai dengan
penjelasan tentang yang akan dihadapi
c)
Tugas harus berhubungan dengan yang anak
pelajari
d)
Tugas harus berhubungan atau disesuaikan
dengan minat siswa
e)
Tugas harus disesuikan dengan waktu yang
dimiliki oleh siswa, dan sebagainya
Selain beberapa poin di atas yang harus
diperhatikan oleh guru yaitu setiap pemberian tugas diharapkan agar mengecek
tugas yang diberikan, sudah dikerjakan atau belum, kemudian dievaluasikan untuk
memotivasi siswa dan mengetahui hasil kerja siswa. Dengan demikian siswa dapat
bertanggungjawab terhadap tugasnya, selain itu siswa dapat lebih termotivasi
untuk mempelajari materi yang akan disampaikan, sehingga ketika menerima
pelajaran ia sudah siap dan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dan sesuai
dengan apa yang diinginkan.
2)
Kelebihan dan Kekurangan Metode Resitasi
Dalam penggunaan suatu metode itu pasti
tidak akan lepas dari suatu kekurangan atau kelebihan, begitu juga metode ini.
Adapun kelebihan metode resitasi
adalah sebagai berikut :
·
Pengetahuan siswa akan lebih luas dan
sifat verbalismenya akan semakin berkurang
·
Siswa lebih mendalam dan mengalami
sendiri pengetahuan yang dicarinya, sehingga pengetahuan itu akan tinggal lama
dalam ingatan jiwanya
·
Lebih merangsang siswa dalam melakukan
aktifitas belajar individu atau kelompok
·
Dapat mengembangkan kemandirian siswa di
luar pengawasan guru
·
Dapat menumbuhkan kreatifitas, usaha,
tanggung jawab, dan sikap mandiri, serta memperkaya pengetahuan dan pengalaman
siswa
Sedangkan kelemahan/kekurangan metode
resitasi adalah sebagai berikut :
·
Sulit memberikan tugas yang sesuai dengan
masing-masing individu
·
Siswa sulit dikontrol, apakah benar siswa
mengerjakan tugas sendiri atau orang lain yang mengerjakan
·
Khusus untuk tugas kelompok tidak jarang
yang aktif, mengerjakan dan menjelaskan hanya anggota tertentu saja, sedangkan
anggota yang lain tidak ikut berpartisipasi dengan baik
·
Sering memberikan
tugas yang monoton, dan menimbulkan kejenuhan pada siswa
Setelah kita ketahui secara teoritis tentang
kedua metode tersebut, perlu diperhatikan penggunaan kedua metode haruslah
dengan kombinasi yang sesuai sehingga tidak akan menimbulkan kejenuhan dan
kemalasan peserta didik.
Dalam hal ini akan diterangkan bagaimana
penerapan kedua metode tersebut sebagai berikut :
a.
Metode diskusi
Adapun langkah-langkah penggunaan metode diskusi serta ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode diskusi adalah :
1)
Persiapan dan perencanaan diskusi
·
Tujuan diskusi harus jelas agar
pengarahan diskusi lebih terjamin.
·
Peserta diskusi harus memenuhi
persyaratan tertentu yang jumlahnya harus disesuaikan dengan sifat diskusi itu
sendiri.
·
Penentuan dan perumusan masalah yang akan
didiskusikan harus jelas.
·
Waktu dan tempat diskusi harus tepat
sehingga tidak akan berlarut-larut.
2)
Pelaksanaan diskusi
·
Membuat struktur kelompok (ketua,
sekretaris, anggota).
·
Pembagian tugas dalam diskusi
·
Mendorong seluruh anggota untuk
berpartisipasi
·
Mencatat ide atau saran yang penting
·
Menghargai setiap pendapat peserta lain
·
Menciptakan situasi yang menyenangkan
3)
Tindak lanjut diskusi
·
Membuat hasil atau kesimpulan.
·
Membacakan kembali hasilnya untuk
diadakan koreksi seperlunya.
·
Membuat penilaian terhadap pelaksanaan
diskusi untuk dijadikan bahan pertimbangan dan perbaikan pada diskusi mendatang
b.
Metode resitasi
Dalam penggunaan metode resitasi di kelas, ada
beberapa langkah yang harus dilakukan oleh pengajar, yaitu antara lain:
1)
Fase Memberikan Tugas
Yaitu guru memberikan tugas pada siswa baik
itu secara individu maupun kelompok. Dan hasil yang diperoleh dapat sesuai
dengan yang diinginkan, hendaknya tugas yang diberikan pada siswa memperhatikan
:
a)
Tujuan yang akan dicapai.
b)
Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut
c)
Sesuai dengan kemampuan siswa
d)
Ada petunjuk kemampuan siswa
e)
Ada petunjuk atau sumber yang dapat membantu
pekerjaan siswa
f)
Menyediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan
tugas tersebut.
2)
Langkah Pelaksanaan
a)
Diberikan
bimbingan atau pengawasan
b)
Diberikan dorongan sehingga anak mau berkerja
c)
Diusahakan dikerjakan oleh siswa sendiri,
tidak menyuruh orang lain
d)
Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil
yang mereka peroleh dan sistematis
3)
Fase Mempertanggungjawabkan Tugas
Hal yang harus dikerjakan siswa pada fase ini,
antara lain :
a)
Laporan siswa baik secara lisan atau tertulis
dari apa yang telah dikerjakannya
b)
Ada tanya
jawab atau diskusi kelompok
c)
Penelitian hasil pekerjaan siswa baik dengan
tes maupun non tes atau cara lainnya
Dengan fase mempertanggungjawabkan inilah yang
disebut dengan resitasi (Drs. Syaiful Bahri D : 2002). Sedangkan menurut Zakiah Darajat (2001), pemberian tugas dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
a)
Siswa diberi tugas mempelajari bagian dari
suatu buku atau teks, baik secara kelompok atau individu, diberi waktu tertentu
untuk mengerjakannya, kemudian murid yang bersangkutan
mempertanggungjawabkannya
b)
Siswa diberi tugas untuk melaksanakan sesuatu
yang tujuannya melatih mereka dalam hal bersifat kecakapan mental dan motorik
c)
Siswa diberi tugas untuk mengatasi maasalah
tertentu dengan cara mencoba untuk memecahkannya, dengan tujuan agar siswa
terbiasa berpikir secara ilmiah dalam memecahkan suatu permasalahan
d)
Siswa diberi tugas untuk mengerjakan suatu
proyek, dengan tujuan agar siswa terbiasa untuk bertanggung jawab terhadap penyelesaian
suatu masalah yang telah disediakan dan bagaimana selanjutnya
Dalam pemberian metode tugas atau resitasi ini
supaya bisa sesuai dengan yang diinginkan maka ada beberapa syarat yang harus
diketahui oleh pendidik dan anak didik yang diberi tugas, yaitu :
a)
Tugas yang diberikan harus berkaitan dengan
pelajaran yang telah mereka pelajari, sehingga murid di samping sanggup
mengerjakan juga sanggup menghubungkan dengan pelajaran-pelajaran tertentu
b)
Guru harus dapat mengukur dan memperkirakan
bahwa tugas yang diberikan kepada siswa akan dapat dilaksanakannya karena
sesuai dengan kesanggupan dan kecerdasan yang dimilikinya
c)
Guru harus menanamkan kesadaran murid bahwa
tugas yang diberikan pada siswa akan dikerjakan atas kesadaraan sendiri yang
timbul dari hati sanubarinya
d)
Jenis tugas yang diberikan harus benar-benar
dimengerti sehingga murid tidak ada keraguan dalam mengerjakannya
Dengan pelaksanaan kedua metode
pembelajaran ini secara maksimal semoga menjadi salah satu alternatif
penyelesaian pada problematika dalam kajian ini.
D.
Penutup
1.
Kesimpulan
Setelah penulis
mengkaji dan mengadakan penyimpulan, maka disini dapat ditarik kesimpulan :
§
Metode diskusi adalah salah satu metode
yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu mata pelajaran.
§
Keaktifan siswa dalam proses diskusi
dapat dirangsang melalui beberapa penghargaan seperti halnya memberikan nilai
tambahan bagi siswa yang aktif dalam proses diskusi.
§
Penugasan disini dapat membantu siswa
untuk lebih bisa memahami, menghayati mata pelajaran PKn.
§
Penugasan juga mengukur siswa dari ranah
kognitif dan afektifnya
§
Keberhasilan guru dalam proses
pembelajaran dapat dilihat dari hasil yang dicapai yang diraih siswa serta
semangat dan perhatian siswa terhadap suatu mata pelajaran.
§
Kendala yang sering muncul di dalam
proses diskusi adalah pertanyaan dan jawaban yang kurang mengena, disini
dikarenakan peserta diskusi kurang begitu memahami materi yang dibahas.
§
Kendala yang sering muncul dalam
penugasan siswa sering mengumpulkan tugas tidak tepat waktu dengan berbagai
alasan.
2.
Saran
§
Dengan pertimbangan berbagai keuntungan
yang ada hendaknya penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi dan
resitasi dapat diteruskan.
§
Sebelum menerapkan suatu metode
pembelajaran baru, guru hendaknya dapat membaca situasi dan kondisi siswa,
karena suatu metode belum tentu sesuai untuk diterapkan di lingkungan yang
berbeda.
§
Hendaknya guru dapat lebih sering
memberikan resitasi atau penugasan terhadap siswa di setiap pembelajaran usai,
hal ini sangat penting agar siswa dapat lebih memahami materi yang telah
dipelajari serta persiapan untuk materi selanjutnya.
E.
Daftar Pustaka
Bahri Syaiful Djamara. 1989. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta : Bina Akksara.
Combs, Arthur W.1984. The Profesional
Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc, Boston.
Darajat Zakiyah. 2000. Guru dan Anak
Didik dalam Interaktif Edukatif. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Hasibuan JJ dan Sulthoni. 2004. Kemampuan
Dasar Mengajar. Departemen Pendidikan-Universitas Negeri Malang Fakultas
Ilmu Pendidikan.
Mursell, James L. Successful Teaching
(terjemahan). Bandung : Jemmars.
Roestiyah N.K. 1991. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta : Bina Aksara
Sudjana, Nana. 1984. Dasar-dasar
Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar BaruAlgensido.
Suryosubroto. 1997. Proses Belajar
Mengajar di Sekolah. Jakarta : PT Rineka Cipta
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru
Profesional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Wetherington H.C and W.H Walt Burton.
1986. Teknik-teknik Belajar dan Mengajar (terjemahan). Bandung :
Jemmars.
No comments:
Post a Comment