Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pergaulan Remaja
- Faktor-Faktor
yang Memengaruhi Pergaulan Remaja
-
- Faktor internal
- Sebagai makhluk sosial, individu di
tuntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan
aturan atau norma yang berlaku. Begitu juga dengan pergaulan pada remaja, ada
beberapa faktor yang bisa memengaruhinya antara lain :
- 1.
Kondisi fisik
- Penampilan fisik merupakan aspek
penting bagi remaja dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Mereka biasanya
mempunyai standar-standar tertentu tentang sosok fisik ideal yang mereka
dambakan. Misalnya, standar cantik adalah postur tinggi, tubuh langsing dan
berkulit putih. Namun tentu saja tidak semua remaja memiliki kondisi fisik se
ideal itu. Karenanya, remaja harus bisa belajar menerima dan memanfaatkan
bagaimanapun kondisi fisik seefektif mungkin. Remaja harus menanamkan keyakinan
bahwa keindahan lahiriah bukannya makna kecantikan yang sesungguhnya.
Kecantikan sejati justru bersumber dari hati nurani, akhlak, serta kepribadian
yang baik.
- 2.
Kebebasan Emosional
- Pada umumnya, remaja ingin
memperoleh kebebasan emosional. Mereka ingin bebas melakukan apa saja yang
mereka suakai. Dalam masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, seorang
remaja senantiasa berusaha agar pendapat atau pikiran-pikirannya, diakui dan
disejajarkan dengan orang dewasa. Dengan demikian, jika terjadi perbedaan
pendapat anatara anak dan orang tua, maka pendekatan yang bersifat demokratis
dan terbuka akan terasa lebih bijaksana. Salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah membangun rasa saling pengertian dimana masing-masing pihak berusaha
memahami sudut pandang pihak lain. Saling pengertian juga dapat dibangkitkan
dengan bertukar pengalaman atau dengan melakukan beberapa aktivitas tertentu
bersama-sama dimana orang tua dapat menempatkan diri pada situasi remaja dan
sebaliknya. Inti dari metode pemecahan konflik yang aman antara orang tua dan
anak adalah menjadi pendengar yang aktif.
- 3.
Interaksi sosial.
- Kemampuan untuk melakukan interaksi
sosial juga sangat penting dalam membentuk konsep diri yang positip, sehingga
seseorang mampu melihat dirinya sebagai orang yang kompeten dan disenangi oleh
lingkungan. Dia memiliki gambaran yang wajar tentang dirinya sesuai dengan kenyataan
yang ada ( tidak di kurangi atau dilebih-lebihkan).
-
-
- 4.
Pengetahuan terhadap kemampuan diri
- Setiap kelebihan atau potensi yang
ada dalam diri manusia sesungguhnya bersifat laten. Artinya harus terus digali
dan dan terus dirangsang agar keluar secara optimal. Kita melihat sejauh mana
potensi itu ada dan dijalur mana potensi itu terkonsentrasi untuk selanjutnya
diperdalam, hingga dapat melahirkan karya yang berarti. Dengan menerima
kemampuan diri secara positip, seorang remaja diharapkan lebih mampu menentukan
keputusan yang tepat terhadap apa yang akan ia jalani, seperti memilih sekolah
atau jenis kegiatan yang diikuti
- 5.
Penguasaan diri terhadap nilai-nilai moral dan agama
- William James, seorang psikolog yang
mendalami psikologi agama, mengatakan bahwa orang yang memiliki komitmen
terhadap nilai-nilai agama cenderung mempunyai jiwa yang lebih sehat. Kondisi
tersebut ditampilkan dengan sikap positip, optimis, spontan, bahagia, serta
penuh gairah dan vitalitas. Sebaliknya, orang yang memandang agama sebagai
suatu kebiasaan yang membosankan atau perjuangan yang berat dan penuh beban
akan memiliki jiwa yang sakit. Dia akan dihinggapi oleh penyesalan diri, rasa
bersalah, murung, serta tertekan.
- Faktor eksternal:
- Keluarga
- Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau
perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada
remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan
anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap
eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
- Teman
sebaya yang kurang baik
- Komunitas/lingkungan
tempat tinggal yang kurang baik.
No comments:
Post a Comment