A. LATAR BELAKANG
Pendidikan
merupakan suatu keharusan bagi manusia dan berlangsung sepanjang hayat. Sejak
kelahirannya ke dunia, anak memiliki kebutuhan untuk memperoleh pendidikan.
Pendidikan sangat dibutuhkan oleh setiap manusia agar dapat melakukan aktivitas
sosial di masyarakat tempat mereka berada. Adalah suatu kenyataan, anak sebagai
makhluk yang belum dewasa harus ditolong, dibantu, dibimbing, serta diarahkan
agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah melalui pendidikan formal di sekolah.
Sebagai
lembaga pendidikan formal, sekolah tidak hanya berfungsi mengembangkan
kecerdasan anak tetapi juga mengembangkan kepribadian. Hal itu tertuang dalam
Undang-undang (UU) RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab II Pasal 3 sebagai berikut
“Pendidikan
Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis sertra bertanggung
jawab”. (hal. 7)
Selanjutnya
dalam UU Nomor 20/2003 ditegaskan bahwa penyelenggaraan pendidikan pada Sekolah
Dasar (SD) bertujuan memberikan bekal kepada siswa untuk hidup bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara dalam konteks masyarakat yang berkeadaban berdasarkan nilai dan moral
Pancasila serta dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Salah satu komponen untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui Ilmu
Pengetahuan Sosial dalam bentuk mata pelajaran IPS terpadu untuk SD.
Dari hasil
pengamatan pada beberapa SD di Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang tampak bahwa
soal pelajaran IPS yang kurang dikuasai oleh sebagian besar siswa adalah soal
cerita. Hal ini disebabkan siswa kurang cermat membaca dan kurang memahami
kalimat demi kalimat dan siswa tidak tahu bagaimana cara menyelesaikan soal
dengan tepat dan benar. Pengamatan ini terlihat dari uji coba soal dengan
menggunakan soal cerita yang diberikan pada tiga SD yang merupakan sampel di wilayah Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang.
Bagi
sebagian besar guru IPS SD di wilayah Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang,
memberikan soal IPS yang berkaitan dengan soal cerita bukanlah hal yang mudah.
Seringkali siswa yang telah memahami topik IPS secara teoristis mengalami
kesulitan ketika bentuk soal atau permasalahan disajikan dalam bentuk cerita.
Sementara itu, dalam kurikulum Pendidikan Dasar 1994, fungsi pengajaran IPS
adalah mempersiapkan anak didik agar dapat menjadi warga masyarakat yang
demokratis dalam kehidupan sehari-hari melalui latihan yang praktis,
bervariasi, dan aplikatif. Di sisi lain ada sebagian siswa masih mengalami
kesulitan dalam membaca teks bahasa Indonesia. Sementara itu, siswa akan lebih mudah
mencerna soal cerita IPS kelas III sampai VI SD apabila siswa mampu membaca
teks dengan baik dan benar, mengerti maksud cerita yang ada di dalamnya, serta
memahami gambar yang ada. Bagi sebagian besar guru IPS SD, mengajarkan materi
IPS yang berkaitan dengan kemampuan siswa memahami soal uraian bukanlah hal
yang mudah. Meskipun banyak siswa yang telah mampu memahami topik IPS secara
teoritis, akan tetapi banyak mengalami kesulitan ketika bentuk soal atau permasalahan
disajikan dalam bentuk soal uraian. Dalam hal ini guru dituntut untuk mampu memberikan
materi yang mudah diterima oleh siswa. Di samping itu pula, hendaknya guru memberikan
contoh yang kongkret dan jelas berkaitan dengan materi soal berbentuk uraian.
Bila upaya tersebut dapat dilakukan dengan baik, diharapkan hasil belajar siswa
dalam mata pelajaran IPS
juga akan meningkat.
Berdasarkan
situasi tersebut, dilakukan penelitian untuk mengembangkan strategi
pembelajaran yang efektif dalam memahami materi IPS bagi siswa SD. Untuk
mencapai tujuan tersebut, penelitian dilakukan dalam bentuk penelitian tindakan
kelas. Dalam penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan Guru IPS kelas
III,IV,V dan VI SD (sampel). Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini meliputi
observasi, wawancara dan dokumentasi.
Pemecahan masalah merupakan suatu kegiatan manusia
dengan menerapkan konsep dan aturan yang diperoleh sebelumnya (Dahar, 1996).
Lebih lanjut, Dahar mengatakan bahwa kemampuan memecahkan masalah pada dasarnya
merupakan tujuan utama proses pendidikan. Memecahkan masalah adalah menemukan
langkah untuk melintasi kesenjangan yang ada. Pemecahan masalah sebagai usaha
mencari jalan keluar dari suatu kesulitan dan mencapai suatu tujuan yang tidak
begitu saja dapat dicapai. Lebih lanjut Polya (1973) mengemukakan bahwa di dalam
IPS terdapat dua macam masalah yaitu masalah untuk menemukan dan masalah untuk
membuktikan. Kemampuan ini akan membantu siswa dalam memecahkan masalah. John
Dewey seperti dikutip Suyanto (1996) mengemukakan lima langkah utama dalam
pemecahan masalah yaitu sebagai
berikut:
- Mengetahui bahwa ada masalah yakni kesadaran adanya kesukaran, rasa putus asa, keheranan atau keragu-raguan.
- Mengenali masalah yakni klasifikasi dan definisi pemberian tanda pada tujuan yang dicari.
- Menggunakan pengalaman yang lalu, misalnya informasi yang relevan, penyelesaian soal yang lalu atau gagasan untuk merumuskan hipotesa dan proposisi pemecahan masalah.
- Menguji secara berturut-turut hipotesa atau kemungkinan- kemungkinan penyelesaian, bila perlu masalahnya dapat dirumuskan kembali
- Mengevaluasi penyelesaian dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti yang ada
Dari uraian
tersebut dapat dinyatakan bahwa yang disebut dengan pemecahan masalah adalah
suatu usaha yang dilakukan dengan berbekalkan pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki untuk memulihkan situasi yang tidak diharapkan menjadi situasi yang
diharapkan. Pengetahuan dan keterampilan ini dapat diperoleh melalui proses
belajar. Belajar sebagai suatu proses yang berkelanjutan dipengaruhi oleh
banyak faktor. Menurut Suryabrata (1995) ada dua faktor utama yang mempengaruhi
proses dan hasil belajar yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa (faktor
sosial dan faktor non sosial) serta faktor yang berasal dari dalam diri siswa
(faktor psikologis dan fisiologis) .
Penelitian
ini dilaksanakan pada dua SD di wilayah Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang.
Pemilihan sampel didasarkan pada pertimbangan karena SD tersebut merupakan SD inti
dan menjadi acuan bagi SD yang berada di sekitarnya dan guru-guru yang ada
merupakan instruktur untuk mata pelajaran IPS. Ada
dua faktor yang akan diamati dalam penelitian tindakan ini, yaitu cara
pemecahan masalah yang tepat dan mudah dimengerti siswa dalam soal uraian bagi
pelajaran IPS dan upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan prestasi belajar
IPS siswa kelas 3 sampai 6 SD.
Penelitian
ini melibatkan teman sejawat guru yang diamati, yang berperan sebagai pengamat
pada saat guru melakukan kegiatan pembelajaran di kelas dan mencatat jalannya
proses pembelajaran dengan menggunakan pedoman dan lembar observasi.
Selanjutnya hasil pengamatan didiskusikan bersama sebagai bahan masukan
refleksi dan dijadikan sebagai saran dalam melakukan langkah selanjutnya.
Setelah langkah-langkah tersebut dilaksanakan, guru dan pengamat dapat melakukan revisi kegiatan
pembelajaran di kelas
Prosedur
penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam tiga siklus, yaitu siklus pertama,
siklus kedua dan siklus ke tiga. Pada tiap siklus dilaksanakan Perencanaan,
Pelaksanaan Tindakan , Observasi dan Refleksi (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1999). Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan untuk tiap siklus adalah
sebagai berikut :
1. Siklus
Pertama
a. Perencanaan
kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini
adalah sebagai berikut.
1. Membuat
skenario pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar IPS anak
2. Membuat
lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi pembelajaran tersebut ketika diterapkan;
3. Mendesain
penilaian untuk melihat sejauhmana kemajuan yang telah dicapai.
b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah
melaksanakan skenario pembelajaran yang telah dilaksanakan.
c. Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap
pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.
d. Refleksi
Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dikumpulkan
serta dianalisis dalam tahap ini. Refleksi dilakukan dengan melihat data
observasi apakah proses pembelajaran yang diterapkan dapat meningkatkan
prestasi belajar IPS siswa. Hasil analisis data yang dilaksanakan dalam tahap
ini dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan:
1.
Bagaimanakah motivasi belajar siswa SD pada
mata pelajaran IPS sebelum diterapkanya strategi
pembelajaran yang baik?
2.
Apakah
dengan strategi pembelajaran yang baik akan meningkatkan motivasi belajar siswa
SD pada mata pelajaran IPS ?
C. PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian Dan Analisis
a. Siklus Pertama
Dalam tahap
ini peneliti dan guru melakukan perencanaan perbaikan pembelajaran sebagai
berikut. Tindakan pada siklus pertama diawali dengan kegiatan pra observasi dan
diskusi dengan maksud untuk melihat secara lebih jelas permasalahan yang
dihadapi. Fokus utamanya adalah mengamati aktivitas siswa selama proses
pembelajaran berlangsung, dimana siswa masih menunjukkan tanda-tanda yang
sifatnya pasif, yaitu tidak menunjukkan reaksi dalam menerima pelajaran dalam
mengerjakan soal-soal pemecahan masalah dalam pelajaran IPS. Salah satu faktor
penyebabnya adalah contoh atau soal pemecahan masalah yang diberikan guru
kurang menarik bahkan
penjelasan yang diberikan kurang dimengerti oleh siswa.
Pada siklus
pertama ini diberikan cara menyelesaikan soal pemecahan masalah dengan
menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah sebagai berikut: Pertama,
menganalisis masalah, kedua membuat alternatif pemecahan masalah, ketiga
mengevaluasi alternatif-alternatif pemecahan masalah, dan keempat penerapan
solusi dan rencana tindak lanjut . Hal ini dapat dilihat dalam penyelesaian soal cerita untuk
kelas enam sebagai berikut:
Sampah
Pernahkah kita menghitung sudah berapa
banyak sampah yang kita buang dalam sehari? Sisa makanan, kertas, barang-barang
dari plastik, kain-kain bekas, tisu, botol-botol, bahkan mungkin sampai
mainan-mainan atau peralatan rumah dan kendaraan yang tak terpakai lagi serta
masih banyak lagi. Jika kita sedang jalan-jalan, coba lihat tempat sampah di
wilayah pertokoan. Tempat sampah di sana mungkin jadi menggunung dengan kardus-kardus bekas,
kemasan styrofoam, kantong
plastik, sisa-sisa makanan dari restoran, dan lain sebagainya. Lalu coba kita
tengok tempat sampah di rumah sakit. Volumenya mungkin sama besarnya, tetapi
sampahnya lebih banyak terdiri dari perban bekas, obat-obatan tak terpakai,
botol-botol infus dan sebagainya. Diperkirakan bahwa rata-rata penduduk di kota
membuang sampah sebanyak 1 - 2 kg sehari. Bagaimana kehidupan masyarakat kita
ke depan, jika persoalan sampah tidak segera diselesaikan.Permasalahansampah
bukan hanya berdampak pada persoalan lingkungan, tetapi juga telah menimbulkan
kerawanan sosial dan bencana kemanusiaan. (sumber: http://www. e-smartSchool.com)
Selama
kegiatan pembelajaran berlangsung partisipasi dan motivasi belajar siswa dalam
pembahasan soal pemecahan masalah IPS terlihat masih kurang. Peneliti melihat
beberapa hal yang berkaitan
dengan pembelajaran di kelas sebagai berikut.
1.
Dilihat
dari metode yang digunakan oleh guru, pada saat menerangkan soal cerita guru
hanya menyampaikan
pembelajaran satu arah, guru lebih mendominasi proses pembelajaran tanpa memberi kesempatan kepada siswa ikut
serta berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran.
2.
Dilihat
dari kegiatan siswa dalam proses pembelajaran, pada saat
guru menerangkan pelajaran banyak
siswa yang kurang memperhatikan. Hanya beberapa siswa yang memperhatikan keterangan
yang diberikan oleh guru, terlihat dari kegiatan mereka, seperti menulis tapi
tidak jelas apa yang
ditulis, berbicara dengan teman sebangku, dan ada yang mengantuk. Hal ini terjadi karena guru tidak mengikut sertakansiswa
dalam pembahasan materi.
3.
Evaluasi yang diberikan guru, Agar
dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran tersebut guru melakukan koreksi dan
memperbaiki strategi pembelajaran, siswa diberikan kesempatan untuk melakukan
latihan sendiri tidak hanya
memperhatikan contoh yang diberikan oleh guru, sehingga mampu melakukan sendiri. Strategi yang diterapkan untuk
memotivasi siswa agar dapat menyelesaikan soal IPS dengan bentuk soal pemecahan masalah adalah melalui diskusi,
kerja kelompok dan pemberian tugas
sehingga dapat menemukan cara mengerjakan soal pemecahan masalah dengan mudah.
Hasil
pengamatan selama proses pembelajaran dengan menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah pada siklus pertama
dapat dilihat pada Lampiran 1.
Berdasarkan
informasi dan saran dari para peneliti dan teman sejawat guru, ada beberapa hal
yang perlu diperbaiki pada kegiatan selanjutnya yakni pada siklus kedua sebagai
siklus lanjutan, terutama masalah cara atau strategi, media yang digunakan, dan
waktu pelaksanaan perlu mendapat perhatian. Pada saat dilakukan tindakan
refleksi siklus pertama, guru pengamat memberikan saran perbaikan pada hal-hal sebagai
berikut.
1. Pemahaman terhadap masalah soal
pemecahan masalah. Dalam hal ini hendaknya guru menyajikan masalah dengan lebih jelas seperti memberikan
keterangan lebih rinci mengenai manfaat dan kerugian yang ditimbulkan oleh
sampah bagi kehidupan, kemudian guru dapat memberikan salah satu topik mengenai
kerugian sampah bagi kehidupan manusia. Setelah itu guru merumuskan masalah sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
2. Pembuatan rencana pemecahan masalah,
guru harus membuat beberapa alternatif pemecahan masalah
antara lain: mengindentifikasi jenis sampah (sampah organik dan non organik),
dan membuat prosedur
kerja untuk dipergunakan dalam memecahkan masalah.
3. Pelaksanaan rencana pemecahan
masalah. Pelaksanaan pemecahan masalah hendaknya disesuaikan dengan alternatif pemecahan masalah dengan
prosedur kerja dan langkah-langkah yang telah dibuat. Pertama, menganalisis
masalah, kedua membuat alternatif pemecahan masalah, ketiga mengevaluasi
alternatif-alternatif pemecahan masalah, dan keempat penerapan solusi dan rencana tindak lanjut .
4. Peninjauan kembali hasil pemecahan
masalah, hendaknya guru mengadakan interpretasi jawaban melalui perwujudan kembali, memeriksa jawaban
yang diperoleh dan mengevaluasi kembali langkah-langkah pengerjaan secara keseluruhan,
5. Pada saat dilakukan evaluasi ada
beberapa siswa yang melihat jawaban temannya, disarankan agar guru lebih cermat dalam
memperhatikan siswa dan melarang siswa mencontoh jawaban temannya.
b. Siklus Kedua
Dalam siklus
ke dua ini keterlibatan guru pengamat sudah lebih kompleks, tidak hanya sebagai
pengamat tetapi sekaligus ikut membantu memberikan masukan untuk memperbaiki
proses pembelajaran pada siklus berikutnya. Hal ini terlihat dalam kolaborasi
melakukan pengamatan dan mencatat segala proses kegiatan yang terjadi di dalam
kelas. Hasil pengamatan dan catatan ini didiskusikan pada akhir pertemuan
pelajaran untuk mengadakan evaluasi dan membuat suatu kesimpulan serta
memberikan saran tindakan apa yang selanjutnya akan dilakukan.
Pengamatan
dilakukan dalam penyelesaian soal dengan menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah soal cerita pada
kelas enam.
Udara
Udara adalah kumpulan/campuran gas,
yang terbanyak adalah nitrogen dan oksigen. Oksigen sangat penting untuk mendukung kehidupan makhluk hidup.
Nitrogen merupakan penyubur tanaman. Bakteri menggunakan nitrogen dari udara
untuk menyuburkan tanah. Udara juga melindungi bumi dari radiasi berbahaya yang
berasal dari ruang angkasa. Apa yang akan terjadi jika udara yang kita hirup
kotor? Udara yang kotor bisa membuat kita sakit atau cacat, bahkan dapat
menyebabkan kematian. Penyakit yang ditimbulkan dari polusi udara di antaranya
adalah gangguan sistem pernapasan, TBC dan penyakit lainnya. Oleh karena itu
kita harus selalu menjaga lingkungan agar kualitas udara di bumi ini terjaga.
Apa yang dimaksud kualitas udara? Kualitas udara adalah mutu atau tingkat
kebaikan udara
menurut sifat-sifat unsur pembentuknya. Udara disebut berkualitas rendah bila sifat unsur-unsur pembentuknya membahayakan atau merusak. Udara kotor juga menjadi penyebab dari rendahnya kualitas air hujan. Air hujan yang jatuh pada tempat yang udaranya kotor akan membawa racun-racun yang melayang ke tanah, menjadikan genangan air hujan tidak lagi bersih. Di beberapa tempat yang tingkat pencemarannya tinggi, hujan yang jatuh sering disebut hujan asam karena sifat keasamannya yang tinggi dan sangat merusak
menurut sifat-sifat unsur pembentuknya. Udara disebut berkualitas rendah bila sifat unsur-unsur pembentuknya membahayakan atau merusak. Udara kotor juga menjadi penyebab dari rendahnya kualitas air hujan. Air hujan yang jatuh pada tempat yang udaranya kotor akan membawa racun-racun yang melayang ke tanah, menjadikan genangan air hujan tidak lagi bersih. Di beberapa tempat yang tingkat pencemarannya tinggi, hujan yang jatuh sering disebut hujan asam karena sifat keasamannya yang tinggi dan sangat merusak
Untuk
membahas soal pemecahan masalah yang berkaitan dengan udara, ada beberapa langkah yang dilakukan oleh guru,
yaitu sebagai berikut.
1. Membagikan soal pemecahan masalah
kepada setiap siswa.
2. Memberikan soal yang harus
diselesaikan oleh siswa, berkaitan dengan masalah udara yaitu “bagaimana upaya yang dapat dilakukan oleh siswa sebagai
salah satu anggota masyarakat untuk mengurangi polusi udara?”
3. Membimbing siswa secara bersama-sama
untuk menyelesaikan masalah yang diajukan sesuai dengan langkah-langkah penyelesaian masalah.
Dari hasil
pengamatan, pada saat menjelaskan langkah-langkah menyelesaikan soal pemecahan
masalah IPS guru belum mengidentifikasi unsur-unsur yang ada dalam soal, secara
jelas. Penyajian masalah dalam bentuk soal pemecahan masalah IPS belum sesuai
dengan langkah-langkah pemecahan masalah, begitu juga dalam merumuskan masalah
masih menimbulkan persepsi yang berbeda-beda dari siswa. Demikian pula halnya
dengan rencana pembelajaran IPS belum menunjukkan hal yang runtut sesuai dengan langkah
pemecahan masalah.
Partisipasi siswa selama pembelajaran IPS pada umumnya masih belum
menunjukkan
suasana belajar yang positif. Keterlibatan mereka dalam menjawab pertanyaan guru, mengerjakan tugas, menanggapi jawaban siswa lain, mengajukan pertanyaan, dan partisipasi siswa secara umum masih belum menunjukkan keterlibatan secara emosional tetapi masih terlihat secara verbal, sehingga keterlibatan siswa secara aktif dalam menyelesaikan soal belum muncul selama proses pembelajaran.
suasana belajar yang positif. Keterlibatan mereka dalam menjawab pertanyaan guru, mengerjakan tugas, menanggapi jawaban siswa lain, mengajukan pertanyaan, dan partisipasi siswa secara umum masih belum menunjukkan keterlibatan secara emosional tetapi masih terlihat secara verbal, sehingga keterlibatan siswa secara aktif dalam menyelesaikan soal belum muncul selama proses pembelajaran.
Dalam
siklus ini, dibuat suatu rencana pembelajaran dengan membentuk formasi yang
berbeda dengan hari-hari biasa. Misalnya dengan membentuk formasi hurf U. Kelas
dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang masing-masing kelompok
beranggotakan rata-rata lima siswa. Pelaksanaan pembelajaran dalam siklus ini,
sudah dibicarakan sebelumnya dengan para guru pengamat. Sekaligus dibahas juga
tentang perubahan formasi tempat duduk siswa dalam kegiatanpembelajaran
tersebut. Setelah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran dalam siklus ini,
maka diadakan revisi untuk melakukan perbaikan pada siklus selanjutnya.
Kemampuan guru menjelaskan langkah-langkah penyelesaian soal pemecahan masalah
dan partisipasi siswa selama pembelajaran IPS yang diamati pada siklus dua dapat dilihat pada
Lampiran 2.
Hasil
refleksi menunjukkan bahwa pada siklus kedua guru telah melakukan perbaikan-
perbaikan yang disarankan sebagai kekurangan pada siklus sebelumnya. Dengan demikian,
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah IPS dengan langkah-langkah pemecahan masalah mulai menunjukkan perbaikan, dan perlu ditingkatkan pada siklus berikutnya. Saran yang perlu diperhatikan adalah dalam membuat rencana pemecahan masalah, siswa hendaknya diberi kesempatan mencoba menyelesaikan dengan caranya sendiri dan tidak terpaku dengan satu cara. Kemudian guru mengarahkan dengan cara yang sederhana dan mudah dipahami oleh siswa.
perbaikan yang disarankan sebagai kekurangan pada siklus sebelumnya. Dengan demikian,
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah IPS dengan langkah-langkah pemecahan masalah mulai menunjukkan perbaikan, dan perlu ditingkatkan pada siklus berikutnya. Saran yang perlu diperhatikan adalah dalam membuat rencana pemecahan masalah, siswa hendaknya diberi kesempatan mencoba menyelesaikan dengan caranya sendiri dan tidak terpaku dengan satu cara. Kemudian guru mengarahkan dengan cara yang sederhana dan mudah dipahami oleh siswa.
Hasil
diskusi antara guru dengan peneliti menunjukkan bahwa siswa lebih aktif dan
teliti dalam setiap langkah, apabila soal yang diberikan mampu membangkitkan
rasa keingintahuan siswa dengan
menggunakan pendekatan pemecahan masalah.
c. Siklus Ketiga
Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan oleh guru dan kolaborator, hasil evaluasi dari siklus
pertama dan kedua motivasi siswa dalam proses pembelajaran masih kurang. Hal
ini dapat dilihat pada kondisi belajar di dalam kelas, misalnya pada
pelaksanaan diskusi, terlihat hanya satu dua orang saja yang aktif berbicara
ataupun menjawab pertanyaan, sedangkan kelompok pembahas terlihat sibuk dengan
obrolannya sendiri. Permasalahan lain yang dihadapi adalah ruang kelas agak
sempit dan berdekatan dengan kelas lain, sering kali kelas yang ramai
mengganggu suasana belajar kelas lain. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang
memanfaatkan kesempatan ini untuk bertanya.
Dari hasil
kesepakatan antara guru dan kolaborator, pada siklus ke tiga ini kegiatan
pembelajaran diskusi kelas dilaksanakan di aula, dengan tujuan agar diskusi
siswa tidak menganggu kelas lain yang sedang belajar. Selain itu di aula juga
tersedia fasilitas sound sistem dan lebih leluasa membentuk posisi duduk siswa
yang harus berkelompok, karena ruangan cukup luas.
Soal yang
diberikan dalam siklus ketiga pada kelas enam sebagai latihan yang menggunakan
langkah-langkah pemecahan masalah IPS adalah dengan topik sebagai berikut.
Banjir
Bila musim hujan tiba,
umumnya penduduk dan pemerintah di beberapa daerah menjadi khawatir. Mengapa ?
Karena seiring musim hujan, maka banjir pun akan datang. Apa sebenarnya yang menyebabkan
setiap musim hujan tiba selalu terjadi banjir? Banjir sering terjadi sebagian
besar dikarenakan oleh tangan-tangan manusia juga, di antaranya karena
banyaknya sampah yang dibuang sembarangan ke dalam saluran air (selokan) dan
sungai yang menyebabkan selokan dan sungai menjadi dangkal sehingga aliran air
terhambat dan menjadi tergenang. Yang kedua, dikarenakan tidak adanya saluran
air di beberapa jalan raya, sehingga air yang tidak mengalir dan hanya menggenang
di jalan lama kelamaan akan menghancurkan aspal jalan. Selain dua faktor
sebelumnya, faktor lainnya karena tanah sudah tidak mampu menampung dan
menyerap air lagi disebabkan ulah penebang-penebang pohon di hutan yang tidak menerapkan
sistem reboisasi (penanaman pohonkembali) pada lahan yang gundul, sehingga daerah resapan air sudah
sangat sedikit. Faktor alam lainnya adalah karena curah hujan yang tinggi
sehingga tanah tidak
mampu menyerap air.
Setelah
guru membagikan soal latihan yang berbentuk soal pemecahan masalah, langkah berikutnya yang dilakukan adalah
sebagai berikut.
1. Siswa diminta untuk mengidentifikasi
masalah-masalah yang terdapat dalam soal cerita
2. Setelah masalah-masalah
teridentifikasi, siswa diminta untuk membuat alternatif pemecahan masalah yang telah terindikasi tersebut.
3. Selanjutnya siswa diminta untuk
mengevaluasi setiap alternatif pemecahan masalah yang telah dubuat.
4. Akhirnya siswa melakukan penerapan
solusi dari alternatif pemecahan masalah dan rencana tindak
lanjut dari solusi yang telah dibuat.
Siswa
dibagi dalam empat kelompok diskusi untuk menyelesaikan soal yang diberikan
oleh guru. Selama diskusi berlangsung guru mengamati segala aktivitas yang
dilakukan oleh siswa dan membimbing kelompok siswa yang mengalami masalah dalam
menerapkan langkah-langkah pemecahan masalah. Agar diskusi berjalan dengan
baik, setiap kelompok diminta untuk memberikan fungsi dan tugas yang jelas pada
setiap siswa agar mengaktifkan setiap anggota kelompok dalam kegiatan diskusi.
Siswa yang masih mengalami kesulitan akan dibantu oleh teman kelompoknya dan dibimbing secara langsung oleh guru.
Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pemecahan masalah IPS pada
siklus ketiga ini telah terjadi pola interaksi yang aktif dan interaktif selama
berlangsungnya
pembelajaran. Pola interaksi siswa mengarah pada pola multiarah. Ini terjadi antara siswa-siswa, siswa dengan guru atau sebaliknya. Pembelajaran dengan langkah-langkah pemecahan masalah dapat menjadikan siswa lebih teliti walaupun langkah-langkah yang harus ditempuh panjang dan memerlukan waktu cukup lama, sehingga guru perlu persiapan dan perencanaan yang cukup matang.
Hasil pengamatan selama proses pembelajaran dengan
menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah pada siklus ketiga ini dapat
dilihat pada lampiranpembelajaran. Pola interaksi siswa mengarah pada pola multiarah. Ini terjadi antara siswa-siswa, siswa dengan guru atau sebaliknya. Pembelajaran dengan langkah-langkah pemecahan masalah dapat menjadikan siswa lebih teliti walaupun langkah-langkah yang harus ditempuh panjang dan memerlukan waktu cukup lama, sehingga guru perlu persiapan dan perencanaan yang cukup matang.
D. PENUTUP
1.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan temuan di lapangan tentang pembelajaran IPS dengan
pendekatan pemecahan masalah dengan objek penelitian di SDN wilayah Kecamatan
Kasembon Kabupaten Malang, dapat disimpulkan lima hal sebagai berikut.
a. Kemampuan guru menjelaskan dengan
pemecahan masalah dalam kebermaknaan materi, mengalami peningkatan dengan baik, peningkatan terjadi
terutama pada siklus kedua dan siklus ketiga.
b. Motivasi selama pembelajaran yang
menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah mengalami peningkatan dari siklus pertama sampai siklus
ketiga. Hal ini terlihat dengan adanya kesungguhan siswa selama pembelajaran
berlangsung, keterlibatan siswa dalam pembelajaran menjadikan kelas tampak
hidup dan siswa kelihatan bersemangat, baik dalam menjawab pertanyaan maupun dalam mengerjakan
soal yang diberikan oleh guru.
c. Partisipasi siswa selama pembelajaran
dari siklus pertama sampai siklus ketiga meningkat secara terus menerus. Keadaan tersebut
tercermin pada keterlibatan siswa dalam mengerjakan soal, sehingga dalam
kegiatan pembelajaran tidak lagi didominasi oleh guru tetapi siswa sudah aktif mengerjakan soal, baik sendiri
maupun secara kelompok.
d. Kemampuan siswa dalam mengerjakan
soal IPS dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan menggunakan langkah-langkah
penyelesaian menunjukkan hasil yang lebih baik, di samping itu siswa juga dapat
menyelesaikan soal dengan benar dan lebih cepat.
e. Kesulitan dalam menerapkan model
pengajaran pemecahan masalah dalam pembelajaran IPS di SD
wilayah Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang terutama terlihat pada kesulitan
siswa dalam memahami dan menyelesaikan bentuk soal pemecahan masalah. Sementara
guru sendiri masih belum mampu membuat
dan menyusun langkah-langkah soal dengan baik dan benar-benar yang dapat
mengukur seluruh aspek pemecahan masalah IPS. Di samping itu pembelajaran IPS
dengan menggunakan model pembelajaran
pemecahan masalah memerlukan waktu yang relatif lama
2.
Saran
Berikut ini
empat saran yang dikembangkan untuk memperbaiki tindakan serta peningkatan
prestasi belajar IPS, khususnya topik yang berhubungan dengan soal pemecahan
masalah di Sekolah
Dasar.
a.
Dalam
mengajarkan bidang studi IPS guru SD hendaknya selalu meningkatkan pengetahuan,
dengan berbagai model
pembelajaran untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan menyelesaikan materi yang berhubungan dengan
soal pemecahan masalah. Dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah
hendaknya siswa dilatih mengikuti tahapan yang
meliputi memahami masalah, membuat rencana pemecahan masalah, melaksanakan
rencana pemecahan masalah, dan meninjau kembali hasil pemecahan masalah. Dengan
menggunakan cara ini siswa lebih teliti dalam
menyelesaikan soal
b.
Dukungan
kepala sekolah sangat diharapkan supaya tetap mengupayakan agar guru yang telah
memiliki pengalaman pembelajaran pendekatan pemecahan
masalah dapat melaksanakan pembelajaran
yang baik. Karena pemecahan masalah merupakan suatu aktivitas yang penting dalam kegiatan belajar IPS.
c.
Keterampilan
menggunakan pemecahan masalah dalam menyelesaikan soal hendaknya dipertimbangkan untuk dilaksanakan
dalam pembelajaran ilmu-ilmu sosial pada institusi pendidikan tinggi, karena
pemecahan masalah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran IPS yang dapat
membantu menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan soalsoal IPS.
d.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran yang menggunakan pemecahan masalah
terhadap siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Namun demikian tidak semua guru mampu menerapkan pendekatan pemecahan masalah pada penyelesaian soal IPS. Oleh karena itu diharapkan dapat diselenggarakan penataran kepada guru Sekolah Dasar tentang pembelajaran yang menggunakan pendekatan pemecahan masalah.
terhadap siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Namun demikian tidak semua guru mampu menerapkan pendekatan pemecahan masalah pada penyelesaian soal IPS. Oleh karena itu diharapkan dapat diselenggarakan penataran kepada guru Sekolah Dasar tentang pembelajaran yang menggunakan pendekatan pemecahan masalah.
E. DAFTAR
PUSTAKA
Dahar, R.W.. (1996). Teori-teori belajar. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. (1999). Penelitian tindakan (Action research). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Polya G.
(1973). How to solve it. Zurich: Princeton University Press.
Suryabrata,
S. (1995). Psikologi pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Suyanto.
(1996). Pedoman pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Bagian Kesatu Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment