Dra. Suprayetkti, M.Pd.
*
Abstrak
Penelitian ini
bertujuan untuk untuk menerapkan model pembelajaran interaktif pada
pelajaran IPA
dengan kerja kelompok,
sebagai suatu upaya
perbaikan dan peningkatan
proses pembelajaran.
Metode
penelitian menggunakan Penelitian
Tindakan Kelas yang
dilaksanakan dengan
mengikuti
prosedur penelitian berdasarkan
pada prinsip Kemmis
S, MC Toggar R
(1988) yang
mencakup
kegiatan perencanaan (planning),
tindakan (action), observasi
(observation), refleksi
(reflection) atau evaluasi. Keempat kegiatan ini berlangsung
secara berulang dalam bentuk siklus.
Penelitian ini dilakukan dengan cara berkolaborasi antara
dosen LPTK (FKIP-UT) dengan guru SD
N
Jakarta Timur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Kinerja belajar siswa meningkat
setelah pembelajaran
IPA menggunakan model
pembelajaran interaktif. Siswa sangat
antusias membahas topik dalam
diskusi, dan berusaha
menjawab dan menemukan informasi tentang
topik tersebut. Siswa saling
berebut
mengemukakan informasi (apa
yang mereka ketahui)
tentang topik. Setelah
dilakukan
pembagian tugas kelompok
siswa bekerja sesuai
dengan tugasnya
masing-masing; (2) Prestasi
belajar siswa meningkat setelah mengalami pembelajaran
interaktif dengan kerja kelompok. Pada
siklus pertama nilai
rata-rata siswa perorangan
5,859; nilaia rata-rata kelompok
sebesar 6,102.
Pada siklus kedua
nilai rata-rata siswa 6,512 dan nilai rata-rata kelompok 7,615;
sedangkan pada
siklus ketiga nilai rata-rata siswa 7,948 dan nilai
rata-rata kelompok 7,384. Berdasarkan nilai yang
diperoleh siswa dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran interaktif dengan kerja
kelompok
dapat digunakan pada penelitian tindakan kelas.
Kata Kunci: model pembelajaran interaktif, penelitian
tindakan kelas, IPA, SD.
I. PENDAHULUAN
Meningkatkan
mutu pendidikan adalah
menjadi tanggungjawab semua
pihak
yang terlibat dalam
pendidikan terutama bagi guru SD,
yang merupakan ujung tombak
dalam pendidikan dasar. Guru SD
adalah orang yang paling berperan dalam menciptakan
sumber daya manusia
yang berkualitas yang
dapat bersaing di
jaman pesatnya
perkembangan
teknologi. Guru SD
dalam setiap pembelajaran
selalu menggunakan
pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang dapat
memudahkan siswa memahami
materi yang diajarkannya,
namun masih sering
terdengar keluhan dari
para guru di
*
Dosen pada Program
Studi Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Jakarta.
http://www.teknologipendidikan.net
2
lapangan tentang
materi pelajaran yang
terlalu banyak dan
keluhan kekurangan waktu
untuk mengajarkannya semua.
Menurut
pengamatan penulis, dalam
pelaksanaan pembelajaran di
kelas
penggunaan model pembelajaran
yang bervariatif masih
sangat rendah dan
guru
cenderung
menggunakan model konvesional
pada setiap pembelajaran
yang
dilakukannya. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya
penguasaan guru terhadap model-
model pembelajaran yang ada, padahal penguasaan terhadap model-model pembelajaran
sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan
profesional guru, dan sangat
sesuai
dengan kurikulum berbasis kompetensi.
Kurikulum
berbasis kompetensi yang
mulai diberlakukan di
sekolah dasar
bertujuan untuk menghasilkan
lulusan yang kompeten
dan cerdas sehingga
dapat
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini
hanya dapat tercapai apabila
proses
pembelajaran yang berlangsung
mampu mengembangkan seluruh
potensi yang
dimiliki siswa, dan
siswa terlibat langsung
dalam pembelajaran IPA.
Disamping itu
kurikulum
berbasis kompetensi memberi
kemudahan kepada guru
dalam menyajikan
pengalaman belajar,
sesuai dengan prinsip belajar
sepanjang hidup yang mengacu pada
empat pilar pendidikan
universal, yaitu belajar
untuk mengetahui (learning
to know),
belajar dengan melakukan
(learning to do),
belajar untuk hidup
dalam kebersamaan
(learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be).
Untuk itu guru
perlu meningkatkan mutu
pembelajarannya, dimulai dengan
rancangan
pembelajaran yang baik dengan memperhatikan tujuan, karakteristik siswa, materi yang
diajarkan, dan sumber belajar yang tersedia. Kenyataannya
masih banyak ditemui proses
pembelajaran yang
kurang berkualitas, tidak efisien dan kurang mempunyai daya tarik,
bahkan cenderung membosankan, sehingga hasil belajar yang
dicapai tidak optimal. Hal
ini dapat dilihat
dari hasil belajar
IPA siswa kelas
5 di SDN
Jakarta Timur yang
dipaparkan pada tabel berikut.
Tabel 1 Nilai rapor
untuk mata pelajaran IPA Tahun Ajaran
1998/1999 sampai
dengan 2003/2004 SDN
Pagi Jakarta Timur
Tahun Ajaran Nilai
Tertinggi Nilai Terendah Nilai Rata-Rata
http://www.teknologipendidikan.net
3
1998/1999 6,34 3,78
5,06
1999/2000 7,26 4,26
5,76
2000/2001 6,82 3,96
5,39
2001/2002 7,12 4,12
5,62
2002/2003 7,36 3,42
5,39
2003/2004 6,92 4,08
5,00
Rendahnya
perolehan hasil belajar
mata pelajaran IPA
di SDN Jakarta
Timur
munjukkan adanya indikasi
terhadap rendahnya kinerja
belajar siswa dan
kemampuan
guru dalam mengelola
pembelajaran yang berkualitas.
Untuk mengetahui mengapa
prestasi siswa tidak seperti yang diharapkan, tentu guru
perlu merefleksi diri untuk dapat
mengetahui
faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan siswa
dalam pelajaran IPA.
Sebagai guru yang
baik dan profesional,
permasalahan ini tentu
perlu ditanggulangi
dengan segera.
Berdasarkan hal tersebut
diatas, penerapan model
pembelajaran interaktif menjadi
alternatif untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
dalam mata pelajaran IPA.
Penelitian ini
dilakukan peneliti yang
bertugas sebagai tenaga
dosen FKIP-UT
dengan
berkolaborasi dengan guru-guru
SD di SDN
Jakarta Timur. Dengan
berlolaborasi
ini, diharapkan kemampuan
profesional guru dalam
merancang model
pembelajaran akan lebih baik lagi dan dapat menerapkan model
pembelajaran yang lebih
bervariatif. Disamping
itu kolaborasi ini
dapat meningkatkan kemampuan guru
dalam
merefleksi diri terhadap
kinerja yang telah
dilakukannya, sehingga dapat
melakukan
perubahan dan perbaikan kualitas pembelajaran dan mengelola
proses pembelajaran yang
lebih terpusat pada siswa.
Model pembelajaran interaktif sering dikenal dengan nama
pendekatan pertanyaan anak.
Model ini dirancang
agar siswa akan
bertanya dan kemudian
menemukan jawaban
pertanyaan mereka sendiri (Faire & Cosgrove dalam
Harlen, 1992). Meskipun anak-anak
mengajukan
pertanyaan dalam kegiatan
bebas, pertanyaan-pertanyaan tersebut
akan
terlalu melebar
dan seringkali kabur
sehingga kurang terfokus. Guru perlu mengambil
langkah khusus untuk mengumpulkan, memilah, dan mengubah
pertanyaan-pertanyaan
tersebut ke dalam kegiatan khusus. Pembelajaran interaktif merinci langkah-langkah ini
http://www.teknologipendidikan.net 4
dan menampilkan suatu
struktur untuk suatu
pelajaran IPA yang
melibatkan
pengumpulan dan pertimbangan
terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa sebagai pusatnya
(Harlen, 1992:48-50)
Salah satu kebaikan
dari model pembelajaran
interaktif adalah bahwa
siswa belajar
mengajukan
pertanyaan, mencoba merumuskan
pertanyaan, dan mencoba
menemukan
jawaban terhadap pertanyaannya
sendiri dengan melakukan
kegiatan observasi
(penyelidikan). Dengan cara seperti itu siswa atau anak
menjadi kritis dan aktif belajar.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang masalah
yang telah diuraikan
sebelumnya, maka rumusan
masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebgai
berikut.
1. Bagaimana desain
model pembelajaran interaktif
dengan kerja kelompok
dalam pembelajaran IPA di SD?
2. Bagaimana menerapkan
model pembelajaran interaktif
dengan kerja
kelompok dalam pembelajaran IPA di SD?
3. Bagaimana kinerja
belajar siswa dalam
pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok?
4. Apakah dengan
kerja kelompok dapat
memperbaiki dan meningkatkan
kinerja belajar siswa
dalam menggunakan model
pembelajaran interaktif
dengan kerja kelompok?
5. Bagaimana kreaktivitas
siswa dalam pembelajaran
IPA yang menggunakan
model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok?
6. Kendala yang
dihadapi dalam pembelajaran
interaktif dengan kerja
kelompok?
C. CARA PEMECAHAN
MASALAH
Permasalahan
rendahnya hasil belajar
IPA di SDN
Jakarta Timur perlu
segera
ditanggulangi, dan guru perlu melakukan refleksi atas
kinerjanya selama perolehan hasil
belajar IPA masih dapat ditingkatkan lebih
tinggi lagi, apabila kreaktifitas
siswa dalam
pembelajaran
juga tinggi. Hasil
penelitian mengungkapkan bahawa
tingkat kreatifitas
http://www.teknologipendidikan.net
5
siswa saat penelitian
dilaksanakan masih rendah, kinerja siswa menunjukkan fenomena
sebagai berikut guru
jarang membimbing siswa dalam
diskusi tentang topik-topik
IPA,
guru jarang
memberikan pertanyaan kepada siswa baik secara
individual maupun secara
klasikal. Siswa tidak
berani bertanya kepada guru karena guru kurang memotivasi siswa
agar berani bertanya
apabila ada masalah/materi yang
tidak/kurang dimengerti.
Pembelajaran yang ada lebih terpusat pada guru, bukan kepada
siswa. Hal ini tidak dapat
dibiarkan begitu saja,
apalagi dengan diberlakukannya kurikulum
berbasis kompetensi
yang
mengisyaratkan pembelajaran harus
dapat mengembangkan semua
potensi yang
dimiliki siswa. Hal
ini dapat tercapai apbila kinerja
belajar siswa ditingkatkan, sehingga
guru hanya berperan sebagai fasiltator, motivator dan
organisator.
Berdasarkan hal tersebut
diatas, dengan demikian
untuk memperbaiki dan
meningkatkan
kualitas pembelajaran IPA
di SD, menerapkan
model pembelajaran
interaktif sebagai alternatif untuk dapat meningkatkan perolehan hasil belajar
IPA, dapat
lebih optimal lagi
apabila dilakukan melalui kerja kelompok. Rencana penerapan model
tersebut dapat dilihat pada skema berikut.
PERSIAPAN
Guru dan Kelas memilih topik dan
menemukan informasi
SEBELUM PANDANGAN
Kelas atau perorangan siswa mengemukakan
Yang diketahui tentang topik yang dibahas
KEGIATAN EKSPLORASI
Melibatkan siswa
dalam topik
PEMBANDINGAN
PERTANYAAN ANAK
Kesempatan kelas mengundang siswa
Mengajukan Pertanyaan tentang topik
http://www.teknologipendidikan.net
6
PENYELIDIKAN
Guru dan siswa
memilih pertanyaan untuk
Untuk dieksplorasi selama 2-3 hari
PERTANYAAN
TAMBAHAN
SETELAH PANDANGAN
Pernyataan perorangan atau kelompok dikompilasi
Dan dibandingkan dengan pernyataan sebelumnya
REFLEKSI
Saat memantapkan hal-hal yang telah diverifikasi
Dan hal-hal yang masih perlu dipilah
Gambar 1 Bagan Alur
Pembelajaran Interaktif
(Faire and Cosgrove, dalam Harlen 1992)
D. TUJUAN PENELITIAN
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menerapkan
model pembelajaran
interaktif pada pelajaran IPA dengan kerja kelompok, sebagai
suatu upaya perbaikan dan
peningkatan proses pembelajaran.
Secara khusus tujuan penelitian adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui
kemampuan guru mendesain model pembelajaran
interaktif pada
pelajaran IPA dengan kerja kelompok
2. Menerapkan model
pembelajaran interaktif pada pelajaran
IPA di SD dengan
kerja kelompok
3. Meningkatkan kinerja
belajar siswa dalam
pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran interaktif dengan kerja
kelompok
4. Mengetahui apakah
kerja kelompok dapat
memperbaiki dan meningkatkan
kinerja belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran
interaktif
5. Meningkatkan
kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA
yang menggunakan
model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok.
http://www.teknologipendidikan.net
7
6. Mengetahui kendala
yang dihadapi dalam menerapkan model pembelajaran
interaktif dengan kerja kelompok
7. Solusi yang
dilakukan guru dalam
mengatasi kendala dalam
menerapkan
model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok
E. KONTRIBUSI
HASIL PENELITIAN
Bagi siswa pembelajaran interaktif memberikan pengalaman
baru dan diharapkan
memberikan
kontribusi terhadap peningkatan
belajarnya. Siswa memiliki
kesadaran
bahwa proses pembelajaran
adalah dalam rangka
mengembangkan potensi dirinya,
karena itu keberhasilan
pembelajaran sangat ditentukan
oleh siswa. Disamping
itu,
melalui penelitian ini siswa terlatih untuk dapat memecahkan
masalah dengan pendekatan
ilmiah dan siswa didorong aktif secara fisik, mental, dan
emosi dalam pembelajaran.
Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan profesional,
dan pembelajaran interaktif menjadi alternative
pembelajaran IPA untuk meningkatkan
prestasi siswa. Memberikan kesadaran
guru untuk memperbaiki
dan meningkatkan
kualitas
pembelajaran yang disesuaikan
dengan tujuan, materi, karakteristik
siswa, dan
kondisi pembelajaran. Guru
mempunyai kemampuan dalam
merancang model
pembelajaran
interaktif yang merupakan hal baru bagi guru, dan menerapkannya dalam
pembelajaran
IPA. Dengan penelitian
ini, kemampuan guru
mengaktifkan siswa dan
memusatkan pembelajaran pada
pengembangan potensi diri
siswa juga meningkat,
sehingga pembelajaran
lebih menarik, bermakna, menyenangkan, dan mempunyai daya
tarik. Disamping itu penelitian ini dapat memperkaya
pengalaman guru dalam melakukan
perbaikan dan meningkatkan kualitas
pembelajaran dengan refleksi
diri atas kinerjanya
melalui PTK.
Bagi kepala sekolah
penelitian ini dapat
dijadikan masukan untuk
kebijakan
dalam upaya
meningkatkan proses belajar mengajar (PBM)
dan meningkatkan prestasi
belajar siswa serta
perlunya kerjasama yang
baik antar guru
dan antara guru
dengan
kepala sekolah.
II. KAJIAN PUSTAKA
Ilmu Pengetahuan Alam
di Sekolah Dasar
adalah program untuk menanamkan
dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan
nilai ilmiah pada siswa serta
rasa mencintai dan
menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
Tujuan IPA secara
umum membantu agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan
kehidupan
sehari-hari. Memiliki keterampilan
untuk mengembangkan pengetahuan
tentang alam sekitar
maupun menerapkan berbagai
konsep IPA untuk
menjelaskan
gejala-gejala
alam yang harus
dibuktikan kebenarannya di
laboratorium, dengan
demikian IPA tidak saja sebagai produk tetapi juga sebagai
proses. Untuk itu ada tiga hal
yang berkaitan dengan
sasaran IPA di
Sekolah Dasar adalah
sebagai berikut. (1)
IPA
tidak semata berorientasi kepada hasil tetapi
juga proses. (2) Sasaran
pembelajaran IPA
harus utuh
menyeluruh dan (3)
pembelajaran IPA akan
lebih berarti apabila
dilakukan
secara berkesinambungan dan melibatkan siswa secara aktif.
A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Seringkali kita mendengar
kata penelitian, yang
merupakan terjemahan dari
bahasa Inggris :
research, yang berarti
kegiatan pencaharian atau
ekspolrasi untuk
menemukan jawaban dari masalah yang menjadi bidang
kajian. Adapun yang dimaksud
dengan
Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) atau classroom
action research, yaitu
satu
action research yang
dilakukan di kelas.
Dari segi semantik
(arti kata) action
researh
diterjemahkan
menjadi penelitian tindakan.
Carr dan Kemmis
(McNiff, J, 1991,
p.2)
mendefisikan action research sebagai berikut :
Action research is
a form of
self – refflective
enquiry undertaken by
participants
(teachers, students or principals, for example) in social
(including educational) situations
in order to
improve the rationality
and justice of
(a) their own
social or educational
practices, (b) their understanding of these practices, and
the situations (and institutions)
in which the practices are carried out.
Berdasarkan definisi di atas terdapat beberapa ide pokok
antara lain :
1. Penelitian
Tindakan Kelas merupakan satu
bentuk inkuiri atau
penyelidikan
yang dilakukan melalui refleksi diri
2. Penelitian
Tindakan dilakukan oleh
peserta yang terlibat
dalam situasi yang
diteliti, seperti guru, siswa, atau kepala sekolah.
http://www.teknologipendidikan.net
9
3. Penelitian
Tindakan dilakukan dalam situasi sosial, termasuk situasi pendidikan
4. Tujuan
Penelitian Tindakan adalah untuk
memperbaiki : dasar pemikiran dan
kepantasan dari praktek-praktek, pemahamn
terhadap praktek tersebut,
serta
situasi atau lembaga
tempat tersebut dilaksanakan
Dari keempat ide
pokok di atas,
dapat ditarik kesimpulan
bahwa Penelitian Tindakan
Kelas merupakan penelitian dalam bidang sosial, yang
menggunakan refleksi diri sebagai
metode utama dilakukan
oleh orang yang
terlibat di dalamnya,
serta bertujuan untuk
melakukan
perbaikan dalam berbagai
aspek. Berdasarkan pengertian
tersebut maka
Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan guru di dalam
kelasnya melalui refleksi diri,
dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa
menjadi meningkat.
B. Model Pembelajaran
Interaktif
Secara khusus, istilah
model diartikan sebagai
kerangka konseptual yang
digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan suatu
kegiatn. Sunarwan (1991)
dalam
Sobry Sutikno (2004
:15) mengartikan model
merupakan gambaran tentang
keadaan
nyata. Model
pembelajaran atau model
mengajar sebagai suatu
rencana atau pola
yang
digunakan dalam mengatur materi pelajaran, dan memberi
petunjuk kepada mengajar di
kelas dalam setting
pengajaran. Model
pembelajaran merupakan kerangka
konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan
berfungsi sebagai pedoman
bagi para
perancang
pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan
dan melaksanakan
aktivitas belajar mengajar.
Model
pembelajaran interaktif sering
dikenal dengan nama
pendekatan
pertanyaan anak. Model
ini dirancang agar
siswa akan bertanya
dan kemudian
menemukan jawaban pertanyaan mereka sendiri (Faire &
Cosgrove dalam Harlen, 1992).
Meskipun
anak-anak mengajukan pertanyaan
dalam kegiatan bebas,
pertanyaan-
pertanyaan tersebut
akan terlalu melebar dan seringkali
kabur sehingga kurang terfokus.
Guru perlu mengambil
langkah khusus untuk mengumpulkan, memilah, dan mengubah
pertanyaan-pertanyaan
tersebut ke dalam
kegiatan khusus. Pembelajaran
interaktif
merinci
langkah-langkah ini dan
menampilkan suatu struktur untuk suatu pelajaran IPA
http://www.teknologipendidikan.net 10
yang melibatkan pengumpulan dan pertimbangan terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa
sebagai pusatnya (Harlen, 1992:48-50).
Model
pembelajaran interaktif memiliki
lima langkah.
Langkah-langkah
penerapan model pembelajaran
Interaktif diawali dengan
(1) persiapan, sebelum
pembelajaran dimulai guru menugaskan siswa untuk membawa
hewan peliharaannya dan
mempersiapkan
diri untuk menceritakan tentang
hewan peliharaannya masing-masing.
(2) kegiatan penjelajahan, pada saat pembelajaran di kelas siswa
lain boleh mengamati
hewan-hewan peliharaan
teman-temannya dari dekat (meraba, mengelus, menggendong)
dan mereka boleh mengajukan pertanyaan. (3) pertanyaan siswa diarahkan guru sekitar
proses
pemeliharaannya. (4) penyelidikan,
guru dan siswa
memilih pertanyaan untuk
dieksplorasi
lebih jauh. Misalnya siswa
diminta mengamati keadaan hewan-hewan yang
tidak
dipelihara, seperti dari
mana mereka memperoleh
makanannya, dimana mereka
tidur, punya nama
atau tidak, bagaimana
kebersihannya. (5) refleksi,
pada pertemuan
berikutnya di kelas dibahas hasil penyelidikan mereka,
dilakukan pembandingan antara
hewan peliharaan dengan
hewan liar untuk memantapkan hal-hal
yang sudah jelas
dan
memisahkan
hal-hal yang masih perlu
diselidiki lebih jauh.
Pada akhir kegiatan
guru
dapat memberikan
tugas kepada siswa
untuk mengamati benda-benda di
sekitar siswa
untuk mengamati benda-benda di sekitar mereka seperti buku
dan tas sekolahnya.
Salah satu kebaikan
dari model pembelajaran
interaktif adalah bahwa
siswa
belajar
mengajukan pertanyaan, mencoba
merumuskan pertanyaan, dan
mencoba
menemukan jawaban terhadap
pertanyaannya sendiri dengan
melakukan kegiatan
observasi (penyelidikan). Dengan cara seperti itu siswa atau
anak menjadi kritis dan aktif
belajar.
C. Kerja Kelompok
Suatu strategi pembelajaran
untuk mencapai tujuan
IPA yang berupaya
untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerja sama, berpikir
kritis, dan pada saat yang
sama
meningkatkan prestasi akademiknya.
Disamping itu kerja
kelompok dapat
membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit sambil pada
saat yang bersamaan
sangat berguna untuk
menumbuhkan kemauan kerja
sama dan kemauan
membantu
teman. Kerja kelompok memungkinkan siswa
lebih terlibat secara
aktif dalam belajar
karena ia mempunyai
tanggung jawab belajar
yang lebih besar
dan memungkinkan
http://www.teknologipendidikan.net
11
berkembangnya daya kreatif dan sifat kepemimpinan pada
siswa. Sedangkan peran guru
lebih ditekankan sebagai
organisator kegiatan belajar-mengajar, sumber
informasi bagi
siswa, pendorong bagi siswa untuk belajar, serta penyedia
materidan kesempatan belajar
bagi siswa. Guru
harus dapat mendiagnosa
kesulitan siswa dalam
belajar dan dapat
memberikan bantuan kepadanya sesuai dengan
kebutuhannya.
D. Pengertian Belajar
Belajar
merupakan salah satu
bentuk perilaku yang
amat penting bagi
kelangsungan hidup
manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan
diri (adaptasi)
dengan
lingkungannya. Dengan adanya
proses belajar inilah
manusia bertahan hidup
(survived).
Belajar secara sederhana
dikatakan sebagai proses
perubahan dari belum
mampu menjadi sudah mampu,
tejadi dalam jangka
waktu waktu tertentu.
Perubahan
yang itu harus secara
relative bersifat menetap (permanent) dan
tidak hanya terjadi pada
perilaku yang saat
ini nampak (immediate
behavior) tetapi juga
pada perilaku yang
mungkin terjadi di masa mendatang (potential behavior). Hal
lain yang perlu diperhatikan
ialah bahwa perubahan-perubahan tersebut
terjadi karena pengalaman.
Perubahan yang
terjadi karena pengalaman
ini membedakan dengan
perubahan-perubahan lain yang
disebabkan oleh kemasakan (kematangan).
E. Kreativitas
Dewasa ini istilah
kreativitas atau daya
cipta sering digunakan
dalam kegiatan
manusia
sehari-hari, sering pula
ditekankan pentingnya pengembangan
kreativitas baik
pada anak didik,
pegawai negeri maupun pada mereka yang
berwiraswasta. Kreativitas
biasanya diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu
produk baru. Ciptaan itu
tidak perlu seluruh
produknya harus baru, mungkin
saja gabungannya, kombinasinya,
sedangkan
unsur-unsurnya sudah ada
sebelumnya, kombinasi baru,
atau melihat
hubungan-hubungan baru antara unsur, data, atau hal-hal yang
sudah ada sebelumnya.
Kreativitas
terletak pada kemampuan
untuk melihat asosiasi antara
hal-hal atau
obyek-obyek yang sebelumnya
tidak ada atau tidak tampak hubungannya. Seorang anak
kecil asyik bermain
dengan balok-balok yang
mempunyai bentuk dan
warna yang
bermacam-macam,
setiap kali dapat
menyusun sesuatu yang
baru, artinya baru
bagi
dirinya karena sebelumnya
ia belum pernah membuat hal
yang semacam itu. Anak
ini
http://www.teknologipendidikan.net
12
adalah anak yang kreatif, berbeda dengan anak lain yang
hanya membangun sesuatu jika
ada contohnya.
Mengembangkan kreativitas dalam pembelajaran, Gordon dalam
Joice and Weill
(1996) dalam E. Mulyana
(2005 : 163)
mengemukakan empat prinsip
dasar sinektik
tentang kraetivitas. Pertama, kreativitas merupakan sesuatu
yang penting dalam kegiatan
sehari-hari.
Hampir semua manusia
berhubungan dengan proses
kreativitas, yang
dikembangkan
melalui seni atau
penemuan-penemuan baru. Lebih
jauh Gordon
menekankan bahwa kreativitas
merupakan bagian dari
kehidupan kita sehari-hari
dan
berlangsung sepanjang hayat. Kedua, proses kreatif bukanlah
sesuatu yang misterius. Hal
tersebut dapat diekspresikan
dan mungkin membantu
orang secara langsung
untuk
meningkatkan
kreativitasnya. Secara tradisional,
kreativitas didorong pleh
kesadaran
yang memberi petunjuk untuk mendeskripsikan dan menciptakan
prosedur latihan yang
dapat diterapkan di sekolah atau lingkungan
lain. Ketiga, penemuan kreatif sama dalam
semua bidang, baik
dalam bidang seni,
ilmu, maupun dalam
rekayasa. Selain itu,
penemuan kreatif ditandai
oleh beberapa proses
intelektual. Keempat, berpikir
kraetif
baik secara individu
maupun kelompok adalah
sama. Individu dan
kelompok
menurunkan ide-ide dan produk dalam berbagai hal.
III. PELAKSANAAN
PENELITIAN
Penelitian
dilaksanakan di kelas
lima SDN Jakarta
Timur pada Tahun
Ajaran
2004/2005.
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research)
yang
dilaksanakan dengan mengikuti
prosedur penelitian berdasarkan
pada prinsip
Kemmis S, MC
Toggar R (1988)
yang mencakup kegiatan
perencanaan (planning),
tindakan
(action), observasi (observation), refleksi
(reflection) atau evaluasi.
Keempat
kegiatan ini berlangsung
secara berulang dalam
bentuk siklus. Penelitian
ini dilakukan
dengan cara
berkolaborasi antara dosen LPTK (FKIP-UT) dengan guru SD N Jakarta
Timur.
B. Prosedur
Penelitian
http://www.teknologipendidikan.net
13
Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri atas tiga siklus
kegiatan sebagai berikut.
SIKLUS 1 A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research)
yang
dilaksanakan dengan mengikuti
prosedur penelitian berdasarkan
pada prinsip
Kemmis S, MC
Toggar R (1988)
yang mencakup kegiatan
perencanaan (planning),
tindakan
(action), observasi (observation), refleksi
(reflection) atau evaluasi.
Keempat
kegiatan ini berlangsung
secara berulang dalam
bentuk siklus. Penelitian
ini dilakukan
dengan cara
berkolaborasi antara dosen LPTK (FKIP-UT) dengan guru SD N Jakarta
Timur.
Tahap Perencanaan (Planning)
1. Mengidentifikasi
masalah
2. Menganalisis dan
merumuskan masalah
3. Merancang model
Pembelajaran interaktif
4. Mendiskusikan
penerapan model pembelajaran interaktif
5. Menyiapkan
instrumen (angket, pedoman observasi, tes akhir)
6. Menyusun kelompok
belajar siswa
7. Merencanakan tugas
kelompok
Tahap Melakukan Tindakan (Action)
1. Melaksanakan
langkah-langkah sesuai perencanaan
2. Menerapkan model
pembelajaran interaktif
3. Melakukan pengamatan
terhadap setiap langkah-langkah kegiatan
sesuai
rencana
4. Memperhatikan alokasi
waktu yang ada
dengan banyaknya kegiatan
yang
dilaksanakan
5.
Mengantisipasi dengan melakukan
solusi apabila menemui
kendala saat
melakukan tahap tindakan
Tahap Mengamati (observasi)
1. Melakukan diskusi
dengan guru SD
dan kepala Sekolah
untuk rencana
observasi
2. Melakukan pengamatan
terhadap penerapan model
pembelajaran interaktif
yang dilakukan guru kelas lima
3. Mencatat setiap
kegiatan dan perubahan
yang terjadi saat
penerapan model
pembelajaran interaktif
4. Melakukan diskusi
dengan guru untuk
membahas tentang kelamahan-
kelemahan atau kekurangan
yang dilakukan guru
serta memberikan saran
perbaikan untuk pembelajaran berikutnya
Tahap refleksi (Reflection)
1. Menganalisis
temuan saat melakukan observasi pelaksanaan observasi
2. Menganalisis kelemahan
dan keberhasilan guru
saat menerapkan model
pembelajaran
interaktif dengan kerja
kelompok dan mempertimbangkan
langkah selanjutnya
3. Melakukan refleksi
terhadap penerapan model pembelajaran interaktif dengan
kerja kelompok
4. Melakukan refleksi
terhada kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA
5. Melakukan refleksi
terhadap hasil belajar siswa
SIKLUS II
Tahap Refleksi/Siklus II meliputi
Tahap Perencanaan (Planning)
1. Hasil refleksi
dievaluasi, didiskusikan, dan mencari
upaya perbaikan untuk
diterapkan pada pembelajaran berikutnya
2. Mendata masalah
dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran
3. Merancang
perbaikan II berdasarkan refleksi siklus I
Tahap Melakukan Tindakan (Action)
1. Melakukan analisis
pemecahan masalah
2. Melaksanakan tindakan
perbaikan II dengan
memaksimalkan penerapan
model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok
Tahap Mengamati (observation)
1. Melakukan pengamatan
terhadap penerapan model
pembelajaran interaktif
dengan kerja kelompok
2. Mencatat perubahan
yang terjadi
3. Melakukan diskusi
membahas masalah yang dihadapi saat
pembelajaran dan
memberikan balikan
Tahap Refleksi (Reflection)
1. Merefleksi proses
pebelajaran interakti dengan kerja kelompok
http://www.teknologipendidikan.net
15
2. Merfleksi hasil
belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran interaktif
dengan kerja kelompok
3. Menganalisis
temuan dan hasil akhir penelitian
4. Rekomendasi
Dari tahap kegiatan pada siklus I dan II, hasil yang
diharapkan adalah
1) Siswa memiliki
kemampuan dan kreativitas serta selalu
aktif terlibat dalam
proses pembelajaran
IPA
2) Guru memiliki
kemampuan guru merancang
dan menerapkan model
pembelajaran
interaktif dengan kerja
kelompok khusus pada mata
pelajaran
IPA
3) Terjadi
peningkatan prestasi siswa pada mata pelajaran IPA
C. Analisis Data
Untuk lebih menjamin
keakuratan data penelitian
dilakukan perekaman data
dalam video. Data yang diperoleh dianalisis dan
dideskripsikan sesuai permasalahan yang
ada dalam bentuk
laporan hasil penelitian.
Rancangan pembelajaran interaktif dan
pemberian tugas kerja
kelompok dilakukan validasi
oleh teman sejawat
dan kepala
sekolah. Untuk kreativitas
siswa dalam pembelajaran
digunakan observasi dan
angket
serta perolehan hasil belajar siswa digunakan deskripsi
kuantitatif.
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
SIKLUS 1
Tahap Perencanaan (Planning)
- Guru mulai
mengidentifikasi masalah yang
mungkin muncul saat
pelaksanaan
pembelajaran.
- Guru mencoba
menganilisis dan merumuskan
masalah yang mungkin
muncul saat
pembelajaran
- Guru merancang model pembelajaran interaktif, dibantu
peneliti
- Guru dan
peneliti melakukan diskusi
mengenai penerapan model
pembelajaran
interaktif, terutama langkah-langkah kegiatan diskusi
kelompok siswa
- Peneliti dan guru
bersama-sama membuat angket untuk siswa dan pedoman observasi
http://www.teknologipendidikan.net
16
- Guru menyusun
kelompok berdasarkan siswa
yang pandai dibagi
merata kesetiap
kelompok
- Guru merencanakan
tugas kelompok tentang topik/materi IPA/Sains
Tahap Melakukan Tindakan (Action)
- Guru melaksanakan langkah-langkah kegiatan sesuai
perencanaan pembelajaran
- Guru menerapkan model pembelajaran interaktif pada pelajaran
Sains/IPA
- Peneliti dan
pengamat (teman sejawat
dan kepala sekolah)
melakukan pengamatan
terhadap setiap langkah-langkah kegiatan sesuai rencana
- Peneliti dan
pengamat memperhatikan alokasi
waktu yang ada
dengan banyaknya
kegiatan yang dilaksanakan
- Guru belum
dapat mengantisipasi kendala
dengan melakukan solusi
mengalami
kendala saat melakukan tahap tindakan
Tahap Mengamati (observasi)
- Peneliti, pengamat
(teman sejawat dan
kepala sekolah) dan guru melakukan
diskusi
untuk rencana observasi pada pembelajaran IPA/Sains
berikutnya
- Peneliti dan
para pengamat melakukan
pengamatan terhadap penerapan
model
pembelajaran interaktif yang dilakukan guru
- Peneliti dan para
pengamat mencatat setiap kegiatan dan
perubahan yang terjadi saat
penerapan model pembelajaran
interaktif. Pada awal
pembelajaran guru
melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan
prncanaan, namun setelah
beberapa saat
guru kembali kepada
pola lama yang
biasa dilakukan dalam
pembelajaran yaitu
menjelaskan
materi dan siswa
menyimak penjelasan guru
dan mencatat hal
yang
dianggap
penting. Guru nampak
tidak percaya diri
ketika siswa bertanya
tentang
materi yang tidak dimengerti ketika mengerjakan tugas di
rumah.
- Peneliti, para
pengamat dan guru
melakukan diskusi untuk
membahas tentang
kelemahan-kelemahan atau kekurangan yang dilakukan guru
serta memberikan saran
perbaikan untuk pembelajaran
IPA/Sains berikutnya. Saran
yang diberikan peneliti
dan juga para
pengamat salah satunya adalah guru harus membaca materi IPA/Sains
paket, meskipun guru
sudah sering mengajarkan
materi tersebut. Guru
juga harus
membaca beberapa
buku referensi lain selain buku paket
dan buku wajib, agar guru
http://www.teknologipendidikan.net
17
lebih percaya diri dan dapat menjawab semua pertanyaan siswa
dengan tepat. Guru
harus dapat mengalokasi waktu dengan baik, sehingga
dapat merangkum materi yang
dibahas.
Tahap refleksi (Reflection)
- Guru menlakukan
analisis temuan peneliti
dan para pengamatan
saat melakukan
observasi pelaksanaan pembelajaran oleh guru
- Peneliti dan
para pengamat menganalisis
kelemahan dan keberhasilan
guru saat
menerapkan model pembelajaran
interaktif dan mempertimbangkan langkah
selanjutnya. Terutama dalam mengelola kelas, saat siswa
melakukan kerja kelompok.
- Guru melakukan
refleksi terhadap penerapan
model pembelajaran interaktif
pada
pelajaran
IPA/Sains. Selama diskusi
kelas guru berusaha
berkeliling pada setiap
kelompok. Guru menanyakan kesulitan atau masalah
yang dihadapi saat melakukan
percobaan.
- Guru dibantu peneliti melakukan refleksi terhadap
kreativitas siswa dalam pembelajaran
IPA/Sains, di samping itu guru mengadakan evaluasi tentang topik yang sudah dibahas
dan nilai rata-rata siswa 5,859. Kreativitas meningkat
setelah mengalami pembelajaran
yang dilaksanakan guru. Siswa terlibat aktif dalam diksusi
kelompok dan percobaan.
- Guru melakukan
refleksi terhadap hasil
belajar siswa, mengevaluasi
terhadap
kekurangan dan kelemahannya dalam
pelaksanaan pembelajaran, berupaya
untuk
memperbaikinya.
SIKLUS II
Tahap Refleksi/Siklus II meliputi
Tahap Perencanaan (Planning)
- Hasil refleksi
guru dievaluasi dan
didiskusikan bersama dengan
peneliti dan para
pengamat dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada
pembelajaran IPA/Sains
berikutnya.
- Guru mendata
masalah-masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran
- Guru merancang
perbaikan pembelajaran berdasarkan refleksi siklus I
Tahap Melakukan Tindakan (Action)
http://www.teknologipendidikan.net 18
- Guru melakukan analisis dan pemecahan masalah yang
dihadapinya dalam pelaksanaan
pembelajaran
- Guru melaksanakan
tindakan perbaikan pembelajaran
dengan memaksimalkan
penerapan model pembelajaran interaktif dan berusaha
memperbaiki kekurangan dan
kelemahan saat pembelajaran.
Tahap Mengamati (observation)
- Peneliti dan
para pengamat melakukan
pengamatan terhadap penerapan
model
pembelajaran interaktif
- Peneliti dan para
pengamat mencatat perubahan yang
terjadi, guru lebih percaya
diri
dan menjelaskan materi/konsep dengan baik. Guru sudah dapat berperan sebagai nara
sumber,
fasilitator dan mediator
dengan baik. Guru
sudah dapat mengelola
kelas
dengan baik.
- Guru, peneliti dan
para pengamat melakukan diskusi membahas masalah yang dihadapi
saat pembelajaran dan memberikan balikan.
Tahap Refleksi (Reflection)
- Guru merefleksi proses pembelajaran interaktif yang
dilaksanakannya
- Guru merefleksi hasil belajar siswa dengan penerapan model
pembelajaran interaktif
- Guru menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian
- Peneliti dan
guru memberikan rekomendasi
terhadap hasil akhir
penelitian tindakan
kelas yang dilakukan guru.
Dari tahap kegiatan pada siklus I dan II, hasil yang
diharapkan adalah
- Siswa
memiliki kemampuan dan
kreativitas serta selalu
aktif terlibat dalam
proses
pembelajaran
IPA. Setiap pembelajaran
IPA siswa selalu
sudah siap dengan
pertanyaan tentang
materi/topik yang akan
dibahas. Siswa sudah
terbiasa bekerja
kelompok dan berdiskusi
- Guru telah
memiliki kemampuan merancang
dan menerapkan model
pembelajaran
interaktif
khususnya pada mata
pelajaran IPA/Sains. Ada kemauan
guru untuk
menerapkan model pembelajaran interaktif pada pelajaran
lainnya
- Prestasi siswa
dalam pelajaran IPA/Sains meningkat. Nilai rata siswa mencapai 6,512
http://www.teknologipendidikan.net
19
V. KESIMPULAN DAN SARAN
- Guru dalam mendesain model pembelajaran interaktif
untuk mata pelajaran IPA, pada
awalnya masih ragu
dan belum terbiasa.
- Guru dalam menerapkan model pembelajaran interaktif pada
mata pelajaran IPA di SD
dengan kerja kelompok.
Pada awalnya siswa
mengalami kesulitan bekerja
dalam
kelompok, terutama siswa yang pintar/pandai tidak mau
bergabung dengan siswa yang
tidak/kurang pandai. Siswa yang merasa dirinya pandai lebih suka belajar dan
bekerja
sendiri. Siswa terkesan
egois, untuk dapat
menyatukan siswa dalam
kelompok dan
bekerja sama guru
berusaha memberi penjelasan tentang
pentingnya berbagi, bekerja
sama, bersahabat tanpa
memperhatikan kepintaran atau kemampuan orang lain. Justru
siswa yang memiliki kelebihan daripada teman-temannya dapat membantunya dengan
memberikan
penjelasan tentang teori/materi
pelajaran yang belum
dipahami dan
dimengerti
- Kinerja belajar
siswa meningkat setelah
pembelajaran IPA menggunakan model
pembelajaran interaktif.
Siswa sangat antusias membahas
topik dalam diskusi, dan
berusaha menjawab dan
menemukan informasi tentang
topik tersebut. Siswa saling
berebut mengemukakan
informasi (apa yang mereka ketahui) tentang
topik. Setelah
dilakukan pembagian tugas kelompok siswa bekerja sesuai
dengan tugasnya masing-
masing.
- Guru dalam
menerapkan model pembelajaran
interaktif dengan kerja
kelompok,
mengalami
kesulitan dalam pengelolaan waktu. Guru belum
dapat membagi waktu
dalam
masing-masing kegiatan pembelajaran.
Siswa terlalu melakukan
diskusi,
sehingga guru tidak
sempat merangkum/menyimpulkan materi
yang dibahas karena
waktunya sudah habis.
- Prestasi
belajar siswa meningkat setelah mengalami pembelajaran
interaktif dengan
kerja kelompok. Pada siklus pertama nilai rata-rata
siswa perorangan 5,859; nilaia rata-
rata kelompok sebesar 6,102. Pada siklus kedua nilai rata-rata siswa 6,512 dan nilai
rata-rata kelompok 7,615; sedangkan pada siklus ketiga nilai
rata-rata siswa 7,948 dan
nilai rata-rata kelompok
7,384. Berdasarkan nilai
yang diperoleh siswa
dapat
http://www.teknologipendidikan.net
20
disimpulkan
bahwa model pembelajaran
interaktif dengan kerja
kelompok dapat
digunakan pada penelitian tindakan kelas.
- Penelitian tindakan
kelas yang dilakukan bertujuan adalah
memperbaiki pembelajaran
yang
dilaksanakan guru. Menggunakan
model pembelajaran interaktif
dengan kerja
kelompok dapat dijadikan
alternatif untuk penelitian
tindakan kelas yang
akan
dilaksanakan berikutnya.
B. Saran
Penerapan model pembelajaran
interaktif dengan kerja kelompok memerlukan kemauan
dan pengorbanan yang besar, baik waktu, tenaga dan pikiran
untuk itu bagi guru sekolah
dasar mampu melaksanakan penelitian tindakan kelas
menggunakan model pembelajaran
ini sebagai suatu tantangan.
Penelitian
tindakan kelas sebaiknya
dilakukan oleh guru
dengan penuh kesadaran
dan
tanggung
jawabnya sebagai pendidik,
peneliti hanya berusaha
menjembatani dan
memfasilitasi
agar para guru
sekolah dasar mau
melakukan penelitian tindakan
kelas
sebagai langkah introspeksi diri sebagai tenaga profesional.
Sebaiknya
penelitian tindakan kelas
dilakukan oleh semua
guru, baik guru
SD, SMP,
maupun SMA, sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja sebagai
guru. Guru harus dapat
menilai dirinya sendiri
sebelum melakukan penilaian
kepada siswanya. Guru
harus
mengetahui
kelemahan dan kekurangannya
dalam pembelajarannya, berusaha
untuk
mengatasinya dan
menemukan solusi yang terbaik
serta mengantisipasi apabila
dalam
pembelajaran mengalami kendala dan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. (1994).
Pendekatan Dalam Proses
Belajar Mengajar. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
http://www.teknologipendidikan.net
21
Gagne, R.M (1985).
The Conditions of
Learning Theory of
instruction (4th
Edition). New York
: Holt, Rinehart and Winston.
Hasibuan, J.J,
Mudjiono (1988), Proses Belajar
Mengajar. CV. Remaja Karya.
Bandung.
Hendro Darmodjo, Kaligis, J
R E. (1991/1992).
Pendidikan IPA II,
Hal 7-11
Depdikbud Dirjen Dikti, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan
Hernawaty
Damanik. (2004). Penerapan
Model Pembelajaran Social
Science
Inquiry Dalam Mata
Pelajaran Sosiologi Dengan
Kerja Kelompok.
FKIP- Universitas Terbuka.
Irwanto, dkk (1991).
Psikologi Umum Buku
Panduan Mahasiswa. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Kemmis, S. dan
MC. Toggart.R. (Ed.1988).
The Action Resesarch
Planner.
Deakin. Deakin University:
Australia
Lemlit-UT, (2003).
Jurnal Pendidikan Volume 4, nomor
2. Pusat Studi Lembaga
Penelitian Universitas Terbuka.
Mulyasa, E (2005).
Menjadi Guru Profesional
: Menciptakan Pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Poedjiadi, A. (1990). Pendidikan Sains dan Teknologi di Masa
yang akan datang.
Disampaikan pada Seminar Puskur Balitbang Dikbud, Jakarta.
Poedjiadi, A. (1993).
Mewujudkan literasi Sains
dan Teknologi Melalui
Pendidikan, hal 4-6.
Disampaikan pada seminar
FPMIPA IKIP-
Bandung.
http://www.teknologipendidikan.net
22
Slavin, RE.(1994). Educational Psychology : Theory and Practice. Masschusetts:
Allyn and Bacon Publisher.
Sobry Sutikno, (2004).
Model Pembelajaran Interaksi
Sosial, Pembelajaran
Efektif dan Retorika. NTP
Press. Mataram
Slavin,
RE.(1994). Educational Psychology
: Theory Research
and Practice.
Second Edition. Boston:
Allyn and Bacon.
Sutarno, N. (2004).
Materi Dan Pembelajaran
IPA SD. Pusat
Penerbitan
Universitas Terbuka.
http://www.teknologipendidikan.net